PROGRAM RESUSITASI NEONATUS

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Standar kompetensi & kompetensi dasar
Advertisements

KEDARURATAN SUHU DAN KERACUNAN.
PENANGANAN HENTI JANTUNG
FIRST AID “Pertolongan Pertama Selamatkan Jiwa” Anchi PP KSR Dasar
RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP )
Senam Hamil; Langkah bijak mempersiapkan persalinan
Oleh : Ns. Lili Fajria, S.Kep, M.Biomed
Sri Yunita Suraida Saat, S.ST.M.Kes.
Memberikan asuhan sayang ibu
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN
LUKA BAKAR.
RUJUKAN DAN TRANSPORTASI BAYI BARU LAHIR
DI SUSUN OLEH MERLIN DEVI MAIZA PUTRI ANIS WATUL ZHURIAH.
BANTUAN HIDUP DASAR BAYI (RESUSITASI NEONATUS)
Heri Widiarso, S.Kep, Ns, MNur Bidang Perawatan RS Bethesda Yogyakarta
Rury Narulita Sari, SST., M.Kes RURY NARULITA SARI, SST., M.Kes
PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU, BAYI DAN ANAK BALITA
SELAMAT DATANG PMI DAERAH MAKASAR.
RESUSITASI JANTUNG PARU
ASFIKSIA Oleh : dr. Irma Susanti.
Kebutuhan Oksigenasi R Bayu KN, S.Kep.,Ners.,M.Kes.
Asuhan Keperawatan Neonatus dengan Asfiksia
Penatalaksanaan jalan napas
MELAKSANAKAN KEBUTUHAN DASAR PADA BAYI
Obat-Obatan Dalam Resusitasi Neonatus
Kebutuhan Dasar Pada Bayi Baru Lahir
PERSENTASE CAIRAN (LIQUID)
ANAMNESA,PEMERIKSAN FISIK,ANAMNESA DAN ASUHAN PADA BAYI BARU LAHIR
Asuhan Neonatus,Bayi,Balita dan Pra Sekolah
MENGETAHUI PERUBAHAN ANATOMI DAN FISIOLOGIS PADA IBU HAMIL TRIMESTER I II DAN III DALAM BIDANG SISTEM KARDIOVASKULER Aldilah alfi izlami ib
MELAKSANAKAN KEBUTUHAN DASAR PADA BAYI
RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)
TUJUAN PEMBERIAN PERTOLONGAN
ASUHAN BAYI BARU LAHIR BERMASALAH
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI DENGAN ASFIKSIA
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) LANJUTAN Riana Aini, Amd.Keb.
BANTUAN HIDUP DASAR & RESUSITASI JANTUNG PARU
ASUHAN BAYI BARU LAHIR BERMASALAH
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN
PERAWATAN BAYI BARU LAHIR
Asuhan Bayi baru lahir normal
Perawatan bayi baru lahir
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) LANJUTAN.
PENDAHULUAN.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR
Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Baru Lahir
INFEKSI AKUT KASUS OBSTETRI
Gangguan pada sistem pencernaan
ASKEP ASFIKSIA NEONATORUM
Assalamu’alaikum wr. wb
PENILAIAN PENDERITA.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN
BHD (Bantuan Hidup Dasar) atau BLS (Basic Life Support)
PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL SAAT BAYI LAHIR Oleh dr Retno Purwati Rahayu.
- FIRST AID - PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
Resusitasi jantung PARU (RJP ) ROSMALIANA. PURBA.S.Kep, Ns Disampaikan Oleh :
KEDARURATAN SUHU DAN KERACUNAN.
TRAUMA ABDOMEN.
PERDARAHAN DAN SYOK Perdarahan : Perdarahan Nadi ( Arteri )
LUKA BAKAR ( COMBUSTIO )
-FIRST AID- PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN dr. Margaretha.
Dr.Hendry Widjaja,MARS. Tujuan Utama : Mempertahankan penderita tetap hidup Membuat keadaan penderita tetap stabil Mengurangi rasa nyeri,
M. Siauta. CMPK Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa mampu melakukan tindakan Irigasi Lambung CMPK Setelah mempelajari pokok bahasan ini,
ASFIKSIA NEONATORUM. DEFINISI  Asfiksia pada bayi baru lahir adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah.
Transcript presentasi:

PROGRAM RESUSITASI NEONATUS

LANGKAH AWAL RESUSITASI PROGRAM RESUSITASI NEONATUS

TUJUAN UMUM Menentukan apakah neonatus memerlukan resusitasi Membuka jalan napas bayi Melakukan resusitasi pada air ketuban bercampur mekonium Memberikan oksigen aliran bebas

TUJUAN KHUSUS Menyebutkan urutan langkah awal Menjelaskan bahwa penghisapan jalan napas yang dalam  harus dihindari Menjelaskan penanganan bayi dengan mekoneum Menyebutkan cara rangsangan yang tepat Menyebutkan indikasi O2 aliran bebas Mendemonstrasikan langkah awal resusitasi & mampu menentukan keputusan serta tindakan yang tepat

DALAM < 30 DETIK  tanya & jawab hal-hal dibawah ini Bayi Lahir Bersih dari mekonium? Bernapas atau menangis? Tonus otot baik? Warna kulit kemerahan? Cukup bulan? Perawatan rutin Memberi kehangatan Membersihkan jalan napas Mengeringkan badan

Menentukan apakah bayi memerlukan resusitasi ? Bersih dari mekonium Bila terdapat mekonium dalam cairan amnion  perlu intubasi dan penghisapan trakea sebelum melakukan langkah resusitasi lain. Keputusan: dalam beberapa detik Bernapas/menangis Perhatikan dada bayi Tidak ada usaha napas  perlu intervensi Megap-megap  perlu intervensi

Menentukan apakah bayi memerlukan resusitasi ? Tonus otot Tonus otot baik : fleksi & bergerak aktif Kemerahan Sianosis sentral vs sianosis perifer Hanya sianosis sentral  perlu intervensi

LANGKAH AWAL Berikan kehangatan Posisikan, bersihkan jalan napas (bila perlu) Keringkan, rangsang, perbaiki posisi Beri oksigen (bila perlu)

1. MEMBERIKAN KEHANGATAN Letakkan bayi dibawah alat pemancar panas Bila bayi kurang bulan  harus dilakukan !

2. POSISIKAN, BERSIHKAN JALAN NAPAS (BILA PERLU) Letakkan bayi dgn kepala sedikit tengadah Terlentang atau miring Leher sedikit tengadah/ekstensi Gulungan kain di bawah bahu

  

Bila ada mekonium & bayi tidak aktif Bila bayi : depresi pernapasan tonus otot kurang Frekuensi Jantung < 100 kali /menit  hisap mekonium dari trakea sebelum bayi bernapas

… bila ada mekoneum & bayi tidak aktif Oksigen (O2) aliran bebas Pasang laringoskop, hisap dengan kateter penghisap no. 12F/14F Masukkan pipa ET Sambung pipa ET ke alat penghisap Lakukan penghisapan sambil menarik keluar pipa ET Ulangi bila perlu atau bila resusitasi harus segera dilanjutkan

Bila tidak ada mekonium Lendir dibersihkan Mulut & hidung: usap, hisap Lendir kental  kepala dimiringkan  lendir berkumpul di pipi  mudah dibersihkan Alat penghisap mekanik  tekanan negatif 100 mmHg

… bila tidak ada mekonium Mulut  hidung Terlalu kuat / terlalu dalam  refleks vagus  bradikardi / apnu Penghisapan singkat & lembut  cukup untuk membersihkan lendir

3. KERINGKAN, RANGSANG, PERBAIKI POSISI Setelah jalan napas bersih  keringkan, rangsang pernapasan, letakkan pada posisi yang benar Posisi & menghisap lendir  cukup merangsang pernapasan Mengeringkan tubuh & kepala bayi  memberi rangsangan dan mengurangi kehilangan panas

Sambil mengeringkan, pastikan posisi kepala agar jalan napas tetap terbuka Rangsang taktil  membantu bayi bernapas Cara yang aman : 1. Menepuk / menyentil telapak kaki 2. Menggosok punggung, perut, dada atau ekstremitas

Tindakan berbahaya Kemungkinan akibat Menepuk punggung Perlukaan Menekan rongga dada Patah tulang pnemotoraks, distres pernapasan, kematian Menekankan paha ke perut Pecahnya hati atau limpa Mendilatasi sfingter ani Robeknya sfingter ani Menggunakan kompres dingin Hipotermi, hipertermi, luka bakar Menggoyang-goyang tubuh Kerusakan otak

Rangsangan taktil

Perlu diperhatikan ! Perangsangan yang terlalu bersemangat tidak menolong & dapat menimbulkan cedera yang berat. Bayi jangan digoyang-goyang Meneruskan perangsangan taktil pada bayi yang tidak bernapas membuang waktu yang berharga. Untuk bayi yang tetap tidak bernapas, berikan VTP.

4. OKSIGEN ALIRAN BEBAS Bila bayi bernapas, tetapi tetap sianosis  berikan oksigen aliran bebas Pada langkah awal: setelah hisap lendir, pengeringan, rangsangan taktil  bayi bernapas, tetapi sianosis  beri oksigen aliran bebas

4. OKSIGEN ALIRAN BEBAS Cara: Balon tidak mengembang sendiri Pipa Oksigen Sungkup Oksigen

Kadar Oksigen : 100% Aliran Oksigen: minimal 5 L / menit Bila bayi kemudian kemerahan  hentikan secara bertahap Bila sianosis menetap  VTP dan/atau evaluasi PJB

Hangat, posisi benar, jalan napas bersih, kering, rangsangan taktil, oksigen kalau perlu  Lakukan penilaian bayi Pernapasan  adekuat Frekuensi Jantung  > 100 kali/menit (menghitung dalam 6 detik, kalikan 10) Warna kulit  kemerahan Bila satu / lebih  tidak normal  VTP

Evaluasi pernapasan, FJ, warna kulit Bersih dari mekonium? Bernapas atau menangis? Tonus otot baik? Warna kulit kemerahan Cukup bulan? Bayi Lahir Tidak Berikan kehangatan Posisikan, bersih jalan napas (bila perlu) Keringkan, rangsang, posisikan lagi Beri Oksigen Evaluasi pernapasan, FJ, warna kulit Apnu atau FJ < 100 Berikan VTP

HAL-HAL PENTING

Lima pertanyaan harus dijawab Bersih dari mekonium? Bernapas atau menangis? Tonus otot baik? Warna kulit kemerahan Cukup bulan? Semua bayi dgn mekonium dalam cairan amnion  perlu penghisapan lendir & farings sebelum lahir Bayi bugar: usaha napas baik Tonus otot baik FJ > 100 X/menit Membuka jalan napas  letakkan bayi dengan posisi tengadah

Penghisapan lendir: mulut dahulu baru hidung Rangsangan taktil: Menepuk/menyentil telapak kaki Menggosok punggung Melanjutkan rangsangan taktil pada bayi apnu  tidak berguna Bila apnu menetap  VTP O2 aliran bebas tidak dapat diberikan dengan menggunakan balon mengembang sendiri

Kesimpulan & tindakan selama resusitasi ditentukan oleh: Usaha napas FJ Warna kulit Menghitung FJ  hitung dalam 6 detik  kalikan 10

PENGGUNAAN BALON & SUNGKUP RESUSITASI PROGRAM RESUSITASI NEONATUS

TUJUAN UMUM Kapan ventilasi balon & sungkup diberikan Perbedaan antara “balon tidak mengembang sendiri” dan “balon mengembang sendiri” Cara kerja tiap jenis balon Meletakkan sungkup yang tepat pada wajah bayi Menguji & mengatasi masalah tiap jenis balon Menilai keberhasilan ventilasi balon & sungkup

TUJUAN KHUSUS Bagaimana menyiapkan & menggunakan balon & sungkup resusitasi untuk memberikan ventilasi. Pada Pelajaran 2 telah belajar cara menentukan dlm beberapa detik bahwa: resusitasi perlu bagaimana melakukan Langkah Awal

TUJUAN KHUSUS Bila setelah Langkah Awal bayi tetap: tidak bernapas Frekuensi Jantung < 100 x/menit Sianosis menetap, setelah diberi O2 100%  VTP dgn balon & sungkup Ventilasi paru ialah langkah paling penting dan efektif dalam resusitasi kardio-pulmoner pada BBL yang memerlukan.

Jenis balon resusitasi Balon tidak mengembang sendiri (disebut juga balon anestesi) terisi bila dialiri O2 dari sumber yang dimampatkan. Balon mengembang sendiri terisi secara spontan setelah diremas, menarik O2 atau udara ke dalam balon

Balon tidak mengembang sendiri

Balon tidak mengembang sendiri Keuntungan Memberikan O2 100% setiap saat. Mudah mengetahui lekatan pada wajah pasien. Kekakuan paru dapat terasa bila balon diremas. Dapat digunakan untuk memberikan O2 aliran bebas 100%.

Balon tidak mengembang sendiri Kerugian Membutuhkan lekatan ketat antara sungkup dan pasien untuk mempertahankan balon tetap mengembang. Membutuhkan sumber gas untuk mengembang Umumnya tidak mempunyai katup pelepas tekanan untuk pengaman.

Balon mengembang sendiri

Balon mengembang sendiri Keuntungan: Selalu terisi setelah diremas, walau tanpa sumber gas. Katup pelepas tekanan mengurangi pengembangan yang berlebihan Kerugian : Tetap mengembang walaupun tidak terdapat lekatan antara sungkup dan wajah pasien. Memerlukan pemasangan reservoir O2 untuk dapat memberikan O2 mendekati kadar 100%. Tidak dapat memberikan O2 aliran bebas 100%.

Karakteristik balon resusitasi untuk ventilasi BBL Ukuran balon:  750 mL Bayi perlu: 15-25 mL tiap ventilasi (5-8 mL/kg) Dapat memberikan O2 90%-100% Sumber O2 100% disambungkan ke B.T.M.S atau B.M.S + reservoar Catatan: udara kamar Dapat menghindari tekanan yang berlebihan alat penyelamat Ukuran sungkup sesuai menutupi dagu, mulut, hidung dan tidak menutupi mata

Balon Tidak Mengembang Sendiri 1 3 4 2 Bagian2 B.T.M.S. 1. Tempat masuk O2 2. Tempat keluar O2 ke pasien 3. Katup pengontrol aliran 4. Tempat untuk memasang manomater

CARA KERJA Balon tidak mengembang sendiri Balon tak mengembang, bila Sungkup tidak melekat baik Terdapat robekan pada balon Katup pengontrol aliran terbuka terlalu lebar Manometer tidak terpasang atau pipa oksigen terlepas / tersumbat Balon mengembang bila O2 dialirkan dari sumber O2 yang dimampatkan Kadar O2 masuk ke balon  kadar O2 yang didapat bayi

… CARA KERJA Balon tidak mengembang sendiri Cara mengatur tekanan  juga mengatur pengembangan balon: Menyesuaikan pengatur aliran  mengatur volume O2 ke balon Menyesuaikan katup pengontrol aliran  mengatur juml. O2 dibuang dari balon Bisa untuk O2 aliran bebas

Balon Mengembang Sendiri Bagian2 B.M.S.: Pintu masuk udara & tempat memasang reservoar O2 Pintu masuk O2 Pintu keluar O2 Susunan katup Reservoar O2 Katup pelepas tekanan (pop-off valve) Tempat memasang manometer (bagian ini mungkin tidak ada) 1 6 4 5 2 7 3

CARA KERJA Balon mengembang sendiri B.M.S: Mengembang tanpa perlu disambungkan ke sumber gas Bila perlu O2 kadar tinggi  perlu disambungkan ke O2 Bayi harus mendapat O2 90%-100%: Tanpa reservoar  kadar O2 ke bayi: 40% Dgn reservoar  kadar O2 ke bayi: 90%-100%

Reservoar Reservoir Oksigen Ujung tertutup Ujung terbuka

… CARA KERJA Balon mengembang sendiri Besarnya tekanan & volume yang diberikan pada setiap napas tergantung pada: Kekuatan meremas balon Adanya kebocoran antara sungkup & wajah bayi. Batas tekanan yang dipasang pada katup pelepas tekanan

Alat Pengaman Tiap balon resusitasi harus memiliki: Manometer & katup pengontrol aliran Katup pelepas tekanan

S U N G K U P Ukuran Tepi Bentuk 

Sebelum ventilasi dengan balon & sungkup, perlu dipikirkan: Pilih sungkup dengan ukuran yang sesuai Jalan napas terbuka Posisi kepala bayi Posisi penolong

Tekanan pada ventilasi Pernapasan awal segera setelah lahir: >30 cmH2O Paru normal: 15 - 20 cmH2O Paru yang sakit atau immatur: 20 – 40 cmH2O

Kecepatan Melakukan Ventilasi 40-60 kali/menit remas lepas remas lepas (pompa) (dua…tiga) (pompa) (dua…tiga)

Bila dada tidak mengembang KONDISI TINDAKAN Lekatan tidak adekuat Pasang kembali sungkup ke wajah Jalan napas tersumbat Reposisi kepala. Periksa sekresi, hisap bila ada Lakukan ventilasi dengan mulut sedikit terbuka. Tidak cukup tekanan Naikkan tekanan sampai tampak gerakan naik turun dada yang mudah Pertimbangkan intubasi ET.

ADA 3 TANDA PERBAIKAN Peningkatan frekuensi jantung Perbaikan warna kulit Adanya napas spontan

Cara menghentikan VTP Kecepatan & tekanan ventilasi diturunkan secara bertahap Beri O2 100% Rangsangan Observasi adanya pernapasan spontan

Bila ventilasi balon & sungkup perlu dilanjutkan beberapa menit Pipa orogastrik Gas yang masuk lambung dapat mengganggu ventilasi: Distensi lambung  berisi udara  menekan diafragma, mencegah ekspansi paru. Gas dalam lambung  regurgitasi isi lambung  dapat teraspirasi selama ventilasi balon & sungkup.

Cara memasang pipa orogastrik Alat: Pipa orogastrik 8F dan semprit 20 ml Mengukur: pangkal hidung – daun telinga – prosesus sifoid Masukkan melalui mulut Pasang semprit  hisap isi gaster Lepaskan semprit  lubang pipa tetap terbuka Rekatkan plester  pipa di pipi bayi

Bila bayi tidak menunjukkan perbaikan Dengan VTP, sebagian besar bayi membaik, bila tidak membaik: Apakah gerakan dada adekuat? Apakah lekatan sungkup & wajah cukup erat? Adakah sumbatan jalan napas karena posisi kepala tidak benar/sekresi dalam hidung, mulut atau farings? Apakah balon berfungsi baik? Apakah tekanan adekuat? Apakah udara dalam lambung mengganggu pengembangan dada

Apakah O2 diberikan 100%? Apakah pipa O2 tersambung pada balon dan ke sumber O2? Apakah gas mengalir melalui pengatur aliran? Bila memakai balon mengembang sendiri, apakah reservoar O2 terpasang? Bila menggunakan tangki O2, apakah tangki berisi O2?

INGAT ! MELAKUKAN VENTILASI YANG EFEKTIF MERUPAKAN KUNCI KEBERHASILAN HAMPIR SEMUA RESUSITASI NEONATUS

Bila kondisi tetap buruk atau gagal membaik & Frekuensi Jantung < 60 kali/menit setelah 30 detik VTP yang adekuat  langkah selanjutnya Kompresi Dada

HAL-HAL PENTING Ventilasi  langkah paling penting & efektif Indikasi: Apnu/megap-megap FJ < 100/menit, walaupun bernapas Sianosis sentral tetap, setelah diberi O2 aliran bebas BKB lebih sering memerlukan bantuan & intubasi ET

HAL-HAL PENTING BTMS: terisi bila O2 dari sumber gas bertekanan masuk Tergantung pada sumber gas bertekanan Lekatan wajah & sungkup harus Katup pengontrol aliran utk mengatur tekanan/pengembangan Balon kempis bila dipakai

BTMS tidak dapat bekerja bila: BMS Terisi spontan Tetap mengembang Dapat memberikan VTP tanpa sumber gas bertekanan Butuh reservoar BTMS tidak dapat bekerja bila: Sungkup tak melekat dengan baik Robekan Katup pengontrol aliran terbuka lebar Manometer tidak ada Setiap balon resusitasi harus mempunyai: Katup pelepas tekanan, dan/atau Manometer & katup pengontrol aliran

BMS harus mempunyai reservoar, bila tidak, hanya O2 40% tidak cukup Tindakan bila dada tidak naik Betulkan letak sungkup, reposisi kepala Periksa sekresi, hisap mulut & hidung Lakukan ventilasi dengan mulut sedikit terbuka Naikkan tekanan ventilasi Periksa & letakkan kembali balon resusitasi Bila tetap tidak berhasil  lakukan intubasi Perbaikan ditunjukkan dengan: Peningkatan FJ Perbaikan warna kulit Pernapasan spontan

PROGRAM RESUSITASI NEONATUS KOMPRESI DADA PROGRAM RESUSITASI NEONATUS

TUJUAN KHUSUS Kapan memulai kompresi dada Bagaimana melakukan kompresi dada Bagaimana menggabungkan kompresi dada & VTP Kapan menghentikan kompresi dada

Indikasi Kompresi Dada Bila setelah 30 detik dilakukan VTP dengan 100% O2, Frekuensi Jantung tetap < 60 kali/menit

Apa itu kompresi dada? Disebut sebagai: External Cardiac Massage Kompresi yang teratur pd tulang dada, termasuk: Kompresi jantung ke arah tulang belakang Meningkatkan tekanan intratorak Memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh organ vital Dilakukan bersama VTP

KOMPRESI DADA INTRODUKSI Hipoksemia  denyut jantung bayi Hipoksemia lama : mengurangi frekuensi jantung mengurangi kekuatan kontraktilitas jantung Kekurangan oksigen  bradikardi Dengan ventilasi baik  Frekuensi Jantung membaik

Berapa orang diperlukan untuk kompresi dada? Diperlukan 2 orang: 1 orang  kompresi dada, 1 orang lagi  melanjutkan ventilasi Pelaksana kompresi  menilai dada & menempatkan posisi tangan dgn benar Pelaksana ventilasi  mengambil posisi di kepala bayi agar dapat menempatkan sungkup wajah secara efektif & memantau gerakan dada

Bagaimana melakukan kompresi dada? Ada 2 teknik: Teknik ibu jari Teknik dua jari Teknik ibu jari  kedua ibu jari u/ menekan tulang dada, sementara kedua tangan melingkari dada & jari-jari tangan menopang bagian belakang bayi. Teknik dua jari  ujung jari tengah & jari telunjuk atau jari tengah & jari manis dari satu tangan u/ menekan tulang dada. Tangan yang lain untuk menopang bagian belakang bayi.

Untuk kedua teknik kompresi dada: Posisi bayi: Topangan yang keras pada bagian belakang bayi Leher sedikit tengadah Kompresi: Lokasi, kedalaman penekanan & frekuensi sama

TEKNIK DUA JARI   KEUNTUNGAN Tidak tergantung besarnya bayi Ruangan yang tersisa masih banyak (u/ pemberian obat2an) KERUGIAN Cepat lelah 

TEKNIK IBU JARI   KEUNTUNGAN KERUGIAN Tidak cepat lelah Jika bayi besar atau tangan kecil, tekniknya sulit Ruangan yang terpakai banyak  sulit jika akan melakukan pemberian obat2an melalui umbilikus  

Lokasi untuk kompresi dada Cara : Gerakkan jari-jari sepanjang tepi bawah iga sampai mendapatkan sifoid. Lalu letakkan ibu jari atau jari-jari pada tulang dada, tepat di atas sifoid.

Tekanan saat kompresi dada Kedalaman ± 1/3 diameter antero-posterior dada Lama penekanan << lama pelepasan  curah jantung maksimal sepertiga

Jangan mengangkat ibu jari atau jari-jari tangan dari dada di antara penekanan: Perlu waktu untuk mencari lokasi Kehilangan kontrol kedalaman Dapat terjadi penekanan di tempat yang salah  trauma organ  

KOMPLIKASI Tulang iga patah Trauma/laserasi hepar Pneumotorak

Frekuensi 90 kompresi + 30 ventilasi dalam 1 menit  Rasio 3 : 1 1½ detik 3 kompresi dada, ½ detik 1 ventilasi  2 detik (1 siklus) “Satu” “Dua” “Tiga” “Pompa”

Kapan kompresi dada dihentikan? Jika FJ > 60 kali/menit

HAL–HAL PENTING

Ada 2 teknik kompresi dada Kompresi dada  bila FJ tetap < 60 kali/menit, meskipun telah dilakukan VTP yg efektif selama 30 detik. Kompresi dada Menekan jantung ke arah tulang belakang Menaikkan tekanan intratoraks Mengalirkan darah ke organ vital, termasuk otak. Ada 2 teknik kompresi dada Teknik ibu jari dan teknik dua jari. Teknik ibu jari lebih disukai.

Tentukan daerah untuk kompresi dada Untuk memastikan frekuensi kompresi dada dan ventilasi yang tepat, penekan menghitung “Satu – Dua – Tiga - Pompa-…” Selama kompresi dada, diberikan ventilasi 30 kali/menit dan kompresi dada 90 kali/menit. Ini berarti 120 kegiatan per menit. Satu siklus terdiri dari 3 kompresi dada dan 1 ventilasi dalam 2 detik.

Selama kompresi dada, pastikan : Gerakan dada adekuat selama ventilasi Digunakan oksigen 100% Kedalaman kompresi: 1/3 diameter dada Ibu jari atau jari-jari tetap melekat pada dada selama kompresi Waktu kompresi ke bawah lebih pendek daripada pelepasan Kompresi dada dan ventilasi terkoordinasi baik

Setelah 30 detik kompresi dada dan ventilasi, periksa FJ. Jika FJ: Lebih dari 60 x/menit, hentikan kompresi dada dan lanjutkan ventilasi pada 40-60 kali/menit. Lebih dari 100 x/menit, hentikan kompresi dada dan hentikan ventilasi secara bertahap jika bayi bernapas spontan. Kurang dari 60 x/menit, lakukan intubasi, jika belum dilakukan  cara yang lebih terpercaya untuk melanjutkan ventilasi dan memberikan epinefrin.

PROGRAM RESUSITASI NEONATUS INTUBASI ENDOTRAKEAL PROGRAM RESUSITASI NEONATUS

TUJUAN KHUSUS Mengetahui kapan & mengapa diperlukan intubasi endotrakeal Mempersiapkan peralatan untuk intubasi endotrakeal (ET) Menggunakan laringoskop untuk memasukkan pipa ET Memastikan letak pipa ET dalam trakea Menggunakan pipa ET untuk menghisap mekonium Menggunakan pipa ET pada waktu ventilasi

INDIKASI Intubasi Endotrakeal Terdapat mekonium & bayi mengalami depresi Jika VTP dgn balon & sungkup tidak efektif Membantu koordinasi kompresi dada & VTP Pemberian epinefrin u/ stimulasi FJ Indikasi lain: sangat prematur & hernia diafragmatika

Alat & Perlengkapan Laringoskop dgn baterei & lampu cadangan Daun laringoskop (no. 1, no. 0) Pipa ET no. 2.5, 3.0, 3.5 & 4.0 Stilet (bila tersedia) Pendeteksi CO2 (bila tersedia) Kateter penghisap ≥ 10F Plester Gunting Gudel Aspirator mekonium Stetoskop Balon resusitasi & sungkup dan manometer

Pipa Endotrakeal Diameter sama Ujung mengecil Pita suara Pedoman pita suara Karina

Memilih pipa Endotracheal Mempersiapkan pipa ET Memilih pipa Endotracheal Ukuran pipa (diameter dalam mm) Berat (g) Umur kehamilan 2.5 < 1000 < 28 3.0 1000 - 2000 28 - 34 3.5 2000 – 3000 34 – 38 3.5 – 4.0 > 3000 > 38

Memotong pipa ET Pipa yang terlalu panjang  meningkatkan resistensi aliran udara Memotong pipa ET menjadi 13-15 cm  lebih mudah memegang dan mengurangi dimasukkan terlalu dalam Pasang sambungan

Penggunaan stilet Stilet  agar pipa lebih kaku & mudah dibentuk. Ketika memasukkan stilet: Ujung stilet tidak keluar dari lubang pipa ET Stilet tidak boleh bergerak masuk sendiri di dalam pipa saat intubasi Penggunaan stilet  pilihan

Mempersiapkan Laringoskop & peralatan lain Pilih daun laringoskop yang sesuai No. 0 untuk bayi kurang bulan No. 1 untuk bayi cukup bulan Periksa lampu  batere & lampu berfungsi baik? Siapkan peralatan penghisap Atur kekuatan penghisapan: 100 mmHg Kateter penghisap Siapkan balon & sungkup Alirkan O2 Sediakan stetoskop Sediakan plester

Anatomi saluran napas Glotis Krikoid Karina Pita suara Trakea Bronkus utama Karina

Saluran napas dan laringoskop Trakea Valekula Bronkus utama Esofagus Epiglotis Esofagus

Glotis & struktur disekitarnya Epiglotis Glotis Esofagus Pita suara

Posisi bayi waktu intubasi  Posisi bayi waktu intubasi Sama dengan posisi VTP sedikit tengadah meluruskan trakea & mengoptimalkan pandangan  

Memegang laringoskop Nyalakan lampu & pegang laringoskop dengan tangan kiri, meskipun kidal

Memasukkan laringoskop Stabilkan kepala bayi dengan posisi sedikit tengadah, O2 aliran bebas tetap diberikan Dorong daun laringoskop dari sebelah kanan lidah dgn menggeser lidah ke sebelah kiri mulut, lalu masukkan daun sampai sebatas pangkal lidah

  … memasukkan laringoskop Angkat sedikit daun laringoskop  Angkat seluruh daun, jangan hanya ujungnya & jangan mengungkit. 

… memasukkan laringoskop Cari tanda anatomis

… memasukkan laringoskop Masukkan pipa dari sebelah kanan mulut sampai batas pedoman pita suara Berhenti dahulu jika pita suara tidak terbuka dalam 20 detik & lakukan VTP. Coba lagi setelah FJ & warna kulit membaik Perhatikan tanda cm sebatas bibir bayi

… memasukkan laringoskop Pegang pipa dgn satu tangan & cabut daun laringoskop Cabut juga stilet (jika memakai) dari pipa ET

Intubasi untuk menghisap mekonium Setelah pipa ET dimasukkan & stilet dicabut: Sambungkan pipa ET ke aspirator mekonium Tutup lubang pengatur hisapan pada aspirator, lalu cabut pipa ET secara perlahan sambil menghisap mekonium dari trakea Ulangi intubasi & hisapan sampai mekonium habis atau FJ menunjukkan perlu VTP

Waktu untuk mencoba menghisap mekonium Ketika menarik pipa ET keluar, tidak lebih dari 3-5 detik Jangan mengulang prosedur penghisapan jika tidak ditemukan mekonium  lanjutkan dengan resusitasi Jika ditemukan mekonium saat pertama penghisapan, periksa FJ. Jika bayi tidak bradikardi, intubasi lagi & penghisapan Jika FJ rendah  VTP

Intubasi untuk memberikan ventilasi Memastikan pipa pada posisi yang benar di trakea: Gerakan dada mengembang Terdengar bunyi napas di kedua paru  gunakan stetoskop Tidak terjadi distensi lambung Pipa berembun saat ekspirasi Pendeteksi CO2 Konfirmasi dgn rontgen

Suara napas terdengar di kedua aksila, bukan di lambung

Memastikan ujung pipa terletak benar

Mengukur pipa ET di bibir

Laringoskop kurang dalam Masukkan daun laringoskop lebih dalam Lidah di sekitar daun

Laringoskop masuk terlalu dalam Tampak dinding esofagus di sekitar daun Tarik daun perlahan2 sampai terlihat epiglotis & glotis

Laringoskop masuk terlalu miring ke satu sisi Tampak bagian glotis letaknya miring di satu sisi Geser daun laringoskop ke tengah perlahan2, lalu masukkan atau cabut, tergantung tanda petunjuk

Tanda2 pipa ET berada di esofagus Gerakan dada kurang Tidak terdengar suara napas Udara terdengar masuk ke lambung Mungkin terlihat distensi perut Pipa endotrakeal tidak berembun Pendeteksi CO2 tidak menunjukkan adanya CO2 Sedikit / tidak ada respons setelah intubasi (sianosis, bradikardi, dsb)

Komplikasi Hipoksia Bradikardi / apnu Pnemotoraks Benturan/rusaknya jaringan Perforasi trakea/esofagus Infeksi

PERAN ASISTEN PENOLONG Sebelum intubasi siapkan & periksa alat Pada waktu intubasi Pegang kepala Berikan alat pada penolong Berikan O2 Berikan kateter penghisap Tekan trakea Pantau waktu, beritahu bila > 20 detik Pantau frekuensi jantung, usaha napas, warna Bantu ventilasi bila perlu stabilitas antara tindakan

Pegang pipa ET baik-baik Periksa letak pipa: Setelah intubasi Pegang pipa ET baik-baik Periksa letak pipa: Dengarkan kedua sisi dada & perut dgn stetoskop Amati gerak dada & perut Perhatikan ukuran cm sebatas bibir Fiksasi dengan plester Bila pipa keluar > 4 cm, potong pipa

HAL - HAL PENTING Setiap persalinan didampingi tenaga berpengalaman dalam intubasi ET Pahami indikasi intubasi ET Memegang laringoskop selalu dengan tangan kiri Ukuran daun laringoskop: No. 1 untuk bayi cukup bulan No. 0 untuk bayi kurang bulan

… HAL - HAL PENTING Prosedur intubasi selesai 20 detik Pahami langkah-langkah intubasi ET Pahami ciri-ciri posisi ET yang terletak benar di trakea

PROGRAM RESUSITASI NEONATUS OBAT - OBATAN PROGRAM RESUSITASI NEONATUS

Menilai reaksi bayi saat lahir Selalu diperlukan Lebih jarang diperlukan Kadang-kadang diperlukan Jaga tetap hangat, posisi, bersihkan jalan napas, rangsang, & beri O2 (bila perlu) Berikan ventilasi yang efektif: Balon & sungkup Intubasi endotrakeal Kompresi dada Pemberian obat2an

TUJUAN KHUSUS Kapan harus memberikan obat Bagaimana cara pemberian epinefrin, melalui: Pipa endotrakeal Vena umbilikalis Kapan & bagaimana cara pemberian cairan intravena untuk menambah volume darah. Kapan & bagaimana cara pemberian natrium bikarbonat untuk mengkoreksi asidosis metabolik

Dalam pelajaran ini tercakup: Epinefrin : kapan diberikan bagaimana cara pemberian bagaimana menentukan dosis Obat-obatan yang membantu peningkatan sirkulasi: cairan penambah volume darah natrium bikarbonat

Indikasi pemberian epinefrin Frekuensi Jantung masih < 60 kali/menit, setelah pemberian VTP selama 30 detik DAN pemberian secara terkoordinasi VTP & kompresi dada selama 30 detik

Epinefrin tidak merupakan indikasi sebelum ventilasi yang adekuat Sebab: Kehilangan waktu Epinefrin meningkatkan beban kerja & konsumsi oksigen otot jantung

Bayi Kurang Bulan Hindari penggunaan dosis   Hipertensi Kenaikan aliran darah otak  Perdarahan germinal matriks yang sangat rapuh

Cara pemberian Epinefrin Pipa endotrakeal pipa endotrakeal  absorbsi paru  vena pulmonalis  jantung Vena umbilikalis vena umbilikalis  vena cava inferior  atrium kanan jantung

Pemberian Epinefrin melalui Pipa Endotrakeal Disuntikkan langsung ke pipa ET Pipa orograstrik 5F Larutan garam fisiologis 0.5-1 ml untuk mendorong epinefrin. Epinefrin diencerkan dulu dgn larutan garam fisiologis 1 ml Ventilasi tekanan positif

Langsung ke pipa ET Melalui kateter yang dimasukkan ke pipa ET Sambungan pipa ET

Pemberian Epinefrin melalui Vena Umbilikalis Vena umbilikalis mudah didapat Ikatkan plester / tali secara longgar pada ujung tali pusat Bersihkan tali pusat povidone iodine Isi kateter umbilikal 3.5 / 5 dgn larutan garam fisiologis. Lobang kateter dihubungkan dengan stopcock atau semprit.

Pemberian Epinefrin melalui Vena Umbilikalis Potong tali pusat dengan pisau dibawah klem, 1- 2 cm dari ujung kulit Masukkan kateter ke dalam vena umbilikalis, 2-4 cm sampai mendapatkan aliran yang bebas Suntikan epinefrin dg dosis tepat diikuti dgn 0.5-1 ml larutan garam fisiologis Selesai resusitasi, kateter, plester pengikat dilepas, ikatan tali pusat dikencangkan

Memotong puntung umbilikal dalam persiapan untuk memasukkan kateter umbilikal

  Pemasangan kateter vena umbilikalis

Persiapan & pemberian Epinefrin Epinefrin hidroklorid (adrenalin klorida)  Stimulan jantung Me kekuatan & kontraksi otot jantung Vasokontriksi perifer Larutan yang direkomendasikan 1 : 10. 000

Jalur yang dianjurkan Endotrakeal Intravena Dosis: 0,1 - 0,3 ml/ kg larutan 1:10.000 Persiapan: 1 ml cairan 1:10.000 Kecepatan pemberian: secepat mungkin

Harapan setelah pemberian epinefrin Setelah 30 detik pemberian epinefrin disertai VTP & kompresi dada, FJ > 60 kali/menit. Bila tak terjadi peningkatan  ulangi pemberian tiap 3-5 menit

Nilai kembali efektifitas Ventilasi Kompresi dada Intubasi endotrakeal Pemberian epinefrin

terbukti ada kehilangan darah dan Bila bayi pucat, terbukti ada kehilangan darah dan Bayi tidak memberikan respons yang memuaskan terhadap resusitasi  Pemberian cairan penambah volume darah

Cairan Penambah Volume Darah Cairan kristaloid isotonik: Garam fisiologis (dianjurkan) Ringer laktat Darah O – negatif Dosis: 10 ml / kg, jalur v. umbilikalis Persiapan: dalam semprit besar Kecepatan: 5-10 menit (hati-hati bayi prematur)

Bila dicurigai terjadi asidosis metabolik atau terbukti terjadi asidosis metabolik Natrium bikarbonat Dosis: 2 mEq/kg (4.2 %) Jalur: v. umbilikalis Persiapan: 0.5 mEq/ ml (larutan 4.2%)

Kecepatan: Perhatian: Perlahan, tidak lebih cepat dari 1 mEq/kg/ menit Jangan memberikan natrium bikarbonat bila paru belum diventilasi dgn adekuat. Natrium bikarbonat mudah membakar jaringan & tidak boleh diberikan melalui pipa ET

Jika tidak ada perbaikan? Pastikan bahwa tindakan sudah benar Ventilasi Kompresi dada Obat-obatan Pertimbangkan: Malformasi. Gangguan napas. Penyakit jantung bawaan

Hal - Hal Penting Epinefrin Stimulan jantung FJ < 60 x / menit setelah VTP selama 30 detik dan dilanjutkan dengan kompresi dada selang-seling dg VTP selama 30 dtk Epinefrin dianjurkan Konsentrasi : 1:10.000 Jalur : ET / IV Dosis : 0,1-0,3 ml/kg. Persiapan : semprit 1 ml. Kecepatan : secepat mungkin

Indikasi pemberian cairan penambah volume darah: Pemberian Epinefrin: Pipa ET jalur tercepat dan lebih mudah didapat dari pada memasang intra umbilikal. Indikasi pemberian cairan penambah volume darah: Tidak berespons terhadap resusitasi. Ada bukti kehilangan darah (warna pucat,nadi lemah, FJ meningkat / menurun,tidak ada perbaikan sirkulasi setelah upaya resusitasi)

Cairan penambah volume darah yang dianjurkan : Cairan : garam fisiologi Dosis : 10 ml /kg Jalur : V.umbilikalis Persiapan : dosis tepat semprit besar. Kecepatan : 5-10 menit

Indikasi pemberian natrium bikarbonat: dicurigai terjadi asidosis metabolik berat (analisa gas darah) Jangan memberikan natrium bikarbonat, bila paru belum diventilasi dengan adekuat.

Natrium bikarbonat mudah membakar jangan memberikan melalui ET Larutan : 4.2% (0,5 mEq/mL) Dosis : 2 mEq/kg ( 4,2 %) Jalur : v. umbilikalis Persiapan : 0.5 mEq/ ml (larutan 4.2%)

Bila bayi tidak ada perbaikan setelah pemberian Natrium bikarbonat, periksa: Apakah ventilasi telah dilakukan dgn tepat Apakah kompresi telah dilakukan dengan tepat Apakah obat telah diberikan dengan tepat Penyebab mekanik respons kurang baik, seperti: malformasi jalan napas, pnemotoraks, hernia diafragmatika atau penyakit jantung bawaan

Program Resusitasi Neonatus PERTIMBANGAN KHUSUS Program Resusitasi Neonatus

Mempelajari Situasi khusus yang dapat menjadi penyulit resusitasi & masalah Tatalaksana lanjutan bayi sudah diresusitasi Masalah etik : memulai & menghentikan resusitasi Prinsip resusitasi pada neonatus yang memerlukan resusitasi setelah periode segera setelah lahir atau yang lahir di luar kamar bersalin

TUJUAN Mengetahui indikasi, indikasi kontra, dosis, cara dan kecepatan pemberian Nalokson Mengenal 4 penyebab sumbatan jalan napas bayi baru lahir Mengetahui penyulit pasca resusitasi pada organ / sistem dan tindakan mengatasinya

TUJUAN Mendiskusikan keadaan dimana usaha resusitasi dapat dihentikan Mengenal prinsip resusitasi yang digunakan pada resusitasi di luar kamar bersalin rumah sakit atau setelah periode awal neonatus

KOMPLIKASI YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN BILA BAYI TIDAK MEMBAIK SETELAH USAHA AWAL RESUSITASI

Bayi gagal bernafas spontan VTP gagal menimbulkan ventilasi yang adekuat Bayi tetap sianosis atau bradikardia meskipun ventilasi telah adekuat

Penyebab bayi gagal bernapas spontan Kerusakan otak (ensefalopati iskemik–hipoksik) atau kelainan neuromuskuler kongenital Efek sedasi obat pada ibu yang melewati plasenta

Indikasi pemberian Nalokson Depresi pernapasan berat dgn FJ & warna kulit normal setelah VTP DAN Riwayat pemberian narkotik pada ibu dalam 4 jam terakhir

N A L O K S O N Konsentrasi yang dianjurkan : 1.0 mg/mL Cara pemberian : Dianjurkan melalui pipa endotrakeal dan intravena. Intramuskuler dan subkutan bisa dilakukan, tetapi efek obat lambat. Dosis : 0.1 mg/kgBB INGAT: Jangan memberikan nalokson pada BBL dari ibu yang sedang menggunakan narkotika. Ini akan menyebabkan kejang pada bayi.

Penyebab kegagalan VTP untuk menimbulkan ventilasi adekuat Sumbatan mekanik jalan napas Mekonium atau sekret di farings atau trakea Atresia choana Malformasi jalan napas faringeal (sindrom Robin) Kondisi lain (laryngeal web)

Penyebab kegagalan VTP untuk menimbulkan ventilasi adekuat Gangguan fungsi paru Pnemotoraks Efusi pleura kongenital Hernia diafragmatika kongenital Hipoplasia paru Prematuritas berat Pnemonia kongenital

Sumbatan lendir atau mekonium Intervensi Hisap lebih dalam pada mulut & hidung dgn kateter 10F atau 12F Intubasi dan hisap lendir

Atresia choanae Tes dengan memasukkan kateter penghisap melalui kedua lubang hidung Masukkan oropharyngeal airway Bila perlu masukkan pipa ET melalui mulut

Sindroma Robin Intervensi Letakkan bayi dlm posisi tengkurap Masukkan pipa ET no 2.5 melalui hidung, tempatkan ujung pipa di farings posterior

Laryngeal web Intubasi Bila intubasi tidak mungkin, lakukan trakeostomi

Pnemotoraks Intervensi Transiluminasi: sebagai pemeriksaan penyaring Diagnosis pasti: foto rontgent Bila sesak sekali, lakukan pungsi pleura

Efusi pleura kongenital Intervensi Diagnosis : foto rontgent Bila sesak, pungsi untuk mengeluarkan cairan

Hernia diafragmatika kongenital Intervensi Segera lakukan intubasi bila dicurigai & masukkan pipa orogastrik Hindari ventilasi dgn balon & sungkup

Bayi tetap bradikardi atau sianosis Ventilasi tidak adekuat Intervensi : pastikan dada mengembang, suara napas terdengar di kedua sisi dan diberikan oksigen 100% Kelainan jantung kongenital Intervensi : pastikan diagnosis dengan foto rontgent, EKG dan echokardiografi

TATALAKSANA PASCA RESUSITASI PROGRAM RESUSITASI NEONATUS

Bayi harus diawasi dan dipantau Intervensi Pantau frekuensi jantung Pantau saturasi oksigen Pantau tekanan darah Periksa hematokrit dan gula darah Periksa analisa gas darah

HIPERTENSI PULMONAL Intervensi Hindari hipoksia pasca resusitasi Gunakan pulse oxymeter atau analisa gas darah Berikan oksigen

PNEMONIA Pertimbangkan pnemonia bila bayi tetap menunjukkan distres pernapasan & memerlukan oksigen setelah resusitasi Pertimbangkan pemberian antibiotika parenteral Bila terjadi perburukan pertimbangkan kemungkinan pnemotoraks, dislokasi atau tersumbatnya pipa endotrakeal

HIPOTENSI Intervensi Pantau FJ dan tekanan darah Pertimbangkan pemberian “volume expander” dan transfusi darah Pertimbangkan pemberian dopamin atau obat inotropik lain untuk memperbaiki curah jantung dan fungsi pembuluh darah

TATALAKSANA CAIRAN Dapat terjadi gangguan fungsi ginjal temporer (nekrosis tubuler akut) Intervensi Periksa air kemih untuk mengetahui adanya hematuria dan proteinuria Periksa produksi urin, berat badan, dan elektrolit pada hari2 pertama Pembatasan masukan cairan & elektrolit sampai fungsi ginjal normal

KEJANG / APNU Kejang, apnu & hipoventilasi mungkin timbul pasca resusitasi akibat ensefalopati iskemik hipoksik atau gangguan elektrolit/ metabolisme, misalnya hipoglikemi, hipokalsemi Periksa kadar gula darah, elektrolit. Mungkin perlu pemberian antikonvulsan fenobarbital.

HIPOGLIKEMIA Intervensi Periksa kadar gula darah segera setelah resusitasi dan berikutnya Berikan glukosa intravena untuk mengobati/ mencegah hipoglikemia

MASALAH PEMBERIAN MINUM Intervensi Berikan cairan dan nutrisi intravena Perhatikan pulihnya fungsi sistim pencernaan dari refleks menghisap dan menelan

TATALAKSANA SUHU Intervensi Pertahankan suhu dalam batas normal Jangan memanaskan bayi secara berlebihan setelah resusitasi karena hipertermia berbahaya untuk bayi baru lahir

BAYI KURANG BULAN Masalah Pengendalian suhu Ketidakmatangan paru Perdarahan intrakranial Hipoglikemia Enterokolitis nekrotikans Cedera oksigen

KETIDAKMATANGAN PARU Intervensi Pantau adanya sindrom gawat napas Pertimbangkan intubasi untuk bantuan ventilasi dan pemberian surfaktan

PERDARAHAN INTRAKRANIAL Intervensi Hindari keadaan hipoksia pasca resusitasi Hindari perubahan mendadak volume vaskuler Hindari perlakuan kasar

ENTEROKOLITIS NEKROTIKANS Intervensi Bayi kurang bulan dgn masalah berisiko untuk gangguan sistem saluran cerna Beri minum perlahan-lahan

PROGRAM RESUSITASI NEONATUS PERTIMBANGAN ETIK PROGRAM RESUSITASI NEONATUS

PEDOMAN RESUSITASI Bayi baru lahir mendapat perlakuan etik yang sama dgn anak atau orang dewasa Penghentian resusitasi setelah resusitasi dapat dipertimbangkan secara etik Keputusan untuk melakukan atau menghentikan resusitasi harus didasarkan pada informasi obyektif Bila diantisipasi kemungkinan resusitasi, diskusikan dengan keluarga

TIDAK MELAKUKAN RESUSITASI dapat diterima pada keadaan: Masa gestasi < 23 mg atau Berat Badan Lahir < 400 gram Anensefali Terbukti trisomi 13 atau 18

PENGHENTIAN RESUSITASI Dapat dilaksanakan setelah 15 menit denyut jantung tidak ada dengan resusitasi maksimal. Orang tua perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

TEKNIK RESUSITASI BAYI LAHIR DI LUAR RS ATAU DI LUAR MASA NEONATAL DINI

Prinsip dan langkah resusitasi tetap sama Prioritas utama resusitasi bayi dalam masa neonatus tanpa memandang tempat ialah memberikan VENTILASI yang adekuat

TERIMA KASIH ATAS PERHATIAN ANDA