Teori – Teori Sosial Pip, Jones (2009)
Manusia adalah makhluk sosial. Sejak permulaan abad 19 ini, aspek sosial keberadaan manusia yang intrinsik ini digarap serius. Dua pendekatan non-sosial mengenai perilaku manusia yang paling bertahan lama adalah eksplanasi ‘naturalistik’ dan ‘individualistik’. Teori – teori ini memusatkan perhatian pada kualitas yang terkandung dalam individu manusia
Teori Naturalistik Semua perilaku manusia termasuk interaksi sosial adalah produk yang diwariskan yang kita miliki sebagai makhluk binatang. Sebagaimana hewan, manusia diprogram secara biologi oleh alam Dari sudut pandang ini, kita semua adalah ‘individu’ dan ‘berbeda’. Dengan demikian eksplanasi mengenai perilaku manusia akhirnya harus terletak pada kualitas psikologi yang khusus dan unik dari individu
Contoh ; Dalam masyarakat kita hidup anggapan bahwa adalah alamiah bagi laki-laki dan perempuan saling jatuh cinta, menikah dan mempunyai anak. Adalah alamiah pula bahwa mereka hidup dalam keluarga inti, dengan suami pergi bekerja untuk mencari nafkah untuk istri dan anak-anak.
Pola praktik “alamiah” ini menyebabkan praktik yang berlawanan seperti tidak mau menikah, atau menikah karena alasan lain yang bukan cinta, menjadi tidak alamiah. Kritik terhadap teori naturalistik: Jika perilaku manusia adalah produk disposisi yang melekat (terkandung) secara alamiah pada manusia, lalu mengapa ada penyimpangan yang cukup besar jumlahnya dalam kehidupan manusia? Kita bisa menggambarkan cukup tersebarnya pola-pola kelakuan yang “tidak alamiah” itu hingga dalam skala besar, dalam program genetika besar.
Teori Individualistik Teori ini berusaha untuk membangun generalisasi besar mengenai perilaku yang pasti terhadap manusia. Dari sudut pandang teori ini, kita semua adalah ‘individual’ dan ‘berbeda’. Dengan demikian perilaku mengenai manusia, akhirnya harus terletak pada kualitas psikologis yang khusus dan unik dari individu
Contoh ; Para penganggur seringkali dituduh sebagai pemalas, malu mencari pekerjaan, lemah semangat dan tidak tekun bekerja. Bunuh diri kerapkali dilihat sebagai tindakan orang yang tidak stabil, suatu tindakan orang yang ‘terganggu keseimbangan pikirannya’. Berhasil tidaknya pendidikan seringkali diasumsikan semata – mata cerminan kecerdasan anak. Para penjahat kerapkali dianggap sebagai orang dengan kepribadian menyimpang
Berbagai contoh tersebut menunjuk pada sebuah fakta bahwa kualitas psikologis manusia. Kehidupan manusia sangat ditentukan oleh perkembangan psikologis dan keunikannya sebagai manusia. Kritik terhadap teori ini: fakta bahwa “diferensiasi kepribadian” yang terjadi dalam kehidupan manusia tidak selalu tergantung pada kualitas psikologi manusia.
Jika akan berada dalam akar perilaku, mengapa bervariasi menurut latar sosial ? Jika kita semua adalah individu yang berbeda – beda yang bertindak mengikuti kehendak basis psikologi yang unik, mengapa kita yang berbeda – beda itu berperilaku dalam lingkungan sosial yang sama dan dengan cara yang dapat dipahami satu sama lain ?
Dari situ terlihat jelas ada dimensi sosial bagi keberadaan manusia, yang membutuhkan teori sosiologi untuk menjelaskannya Semua teori sosisologi memiliki persamaan pendekatan dalam hal keyakinan manusia dan tindakan adalah produk pengaruh sosial. Maka sebagai awal untuk menerangkan dan memahami bagaimana perilaku manusia yang melibatkan fakta sosial, akan dibahas tiga teori dasar ; teori struktural konsensus, teori struktural konflik, teori tindakan.
Teori Struktural Konflik Teori ini berpandangan jika masyarakat tidak setara, maka manusia tidak hanya dihambat oleh norma – norma dan nilai yang dipelajari melalui sosialisasi. Manusia juga dibatasi oleh kemudahan yang dia miliki – oleh posisinya dalam struktur ketidaksetaraan dalam masyarakat mereka. Ini menekankan pengaruh perilaku dari distribusi kemudahan yang tidak merata yang dalam masyarakat. Biasanya dikaitkan dengan teori struktural konflik
Ada beragam struktur ketidaksetaraan di masyarakat Ada beragam struktur ketidaksetaraan di masyarakat. Kemudahan yang tidak setara yang melekat pada kelompok tersebut juga bermacam – macam. Berbagai kelompok bisa memiliki kekuasaan, wewenang, prestise, kekayaan atau kombinasi unsur – unsur tersebut dengan kemudahan lainnya.
Bagi teori ini yang melekat pada masyarakat yang tidak setara adalah konflik kepentingan yang terhindari antara ‘yang berpunya’ dan ‘yang tidak berpunya’. Teori konflik berpendapat, bahwa asal – usul dan persistensi struktur ketidaksetaraan terletak pada dominasi atas kelompok – kelompok yang tidak beruntung oleh kelompok – kelompok yang beruntung
Wes Sharrock (1977) “ Pandangan konflik dibangun atas dasar asumsi bahwa… setiap masyarakat… dapat memberikan kehidupan baik luar biasa bagi sebagian orang, tetapi hal ini biasanya hanya mungkin karena kebanyakan orang tertindas dan ditekan… Oleh sebab itu, perbedaan kepentingan dalam masyarakat sama pentingnya dengan kesepakatan atas aturan dan nilai – nilai, dan sebagian besar masyarakat diorganisasi sedemikian sehingga masyarakat tersebut tidak hanya memberikan manfaat lebih besar bagi sebagian warga lainnya. Manfaat lebih besar bagi sebagaian warga, berarti ketidaknyamanan bagi sebagian warga lain yang tidak mendapatkan kemudahan”
Kritik teori konflik terhadap teori konsensus : Teori konsensus terlalu menekankan norma – norma dan nilai – nilai sebagai penentu (determinan) perilaku lebih dari pengaruh lain. Teori konsensus salah memahami dan salah menafsirkan peranan konsep kunci yakni sosialisasi dalam kebudayaan. Teori konflik berpendapat, bahwa kita seharusnya melihat peranan aturan – aturan kebudayaan dan proses sosialisasi dalam cara yang sangat berbeda. Penentu struktural yang sesungguhnya adalah ganjaran dan keuntungan yang dimiliki secara tidak setara oleh berbagai kelompok dalam masyarakat.
Teori konsensus benar bahwa manusia disosialisasikan ke dalam norma – norma dan nilai - nilai yang sudah ada. Namun teori konflik sampai pada menemukan apakah kelompok – kelompok tertentu memperoleh keuntungan lebih besar daripada yang lain sebagai akibat dari kehadiran perangkat aturan tersebut, dan lebih banyak membicarakan konstruksi dan interpretasinya.
Teori konflik menunjukkan kepada kita bahwa aturan – aturan kebudayaan dalam suatu masyarakat harus cermat dikaji isinya. Kita seyogyanya bertanya : “Siapa yang memperoleh keuntungan dari seperangkat aturan tertentu dalam masyarakat, ketimbang hanya menguraikan perangkat – perangkat aturan lain”
Teori – teori struktural konflik dibangun atas dua landasan premis : 1. Struktur sosial terdiri dari kelompok – kelompok yang menikmati keuntungan yang tidak setara; kepentingan – kepentingan dari kelompok – kelompok ini dalam keadaan konflik satu sama lain, karena ketidaksetaraan itu dihasilkan dari dominasi dan eksploitasi kelompok yang beruntung terhadap kelompok yang kurang beruntung.
2. Keteraturan sosial dalam masyarakat tersebut dipertahankan dengan menggunakan kekuatan – baik dengan kekuatan paksaan maupun kekuatan melalui sosialisasi. Teori konsensus berbasis pada pentingnya pengaruh kebudayaan Teori konflik menaruh perhatian pada konflik yang melekat dalam hubungan antar kelompok yang mengalami keuntungan pada tidak setara dalam masyarakat
Teori Tindakan Teori tindakan menekankan pentingnya kebutuhan untuk memusatkan perhatian pada kehidupan sosial tingkat mikro, cara individu berinteraksi satu sama lain dalam kondisi hubungan sosial secara individual. Bagi teori ini masyarakat adalah hasil akhir dari interaksi manusia, bukan penyebab. Hanya dengan mengkaji bagaimana manusia berinteraksi, dapatlah kita memahami bagaimana keteraturan sosial diciptakan.
Hampir semua tindakan manusia adalah sukarela (voluntary) Hampir semua tindakan manusia adalah sukarela (voluntary). Tindakan itu adalah produk dari suatu keputusan untuk bertindak, sebagai hasil dari pikiran. Hampir semua tindakan manusia, adalah tindakan disengaja, kita mewujudkan tindakan tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang dikehendaki.
Teori tindakan menekankan bahwa kita memutuskan apa yang kita lakukan sesuai dengan interpretasi kita mengenai dunia sekeliling. Menjadi manusia berarti menjadikan masuk akal latar atau situasi dimana kita menemukan diri kita dan mewujudkan tindakan sesuai dengan situasi itu.
Sebagian besar situasi yang harus kita definisikan untuk memilih bagaimana bertindak adalah sosial. Situasi – situasi tersebut melibatkan manusia – manusia lain yang melakukan sesuatu. . Contoh ; Anda melihat seseorang berbadan besar, mengacungkan tinju pada Anda seraya berteriak, dan ini menandakan bahwa ia tidak senang kepada Anda yang menyetir mobil dekat sekali di belakang mobilnya. Anda memutuskan untuk menjauh dan tidak menghiraukannya
Lebih banyak hal yang dibicarakan tentang tindakan sosial daripada interpretasi terhadap tindakan. Dalam kehidupan kita ketika kita berinteraksi dengan orang lain, mereka ingin kita mencapai interpretasi tertentu dari tindakan mereka – mereka ingin kita berpikir satu hal tentang mereka, bukan hal yang lain.
Bahasa, verbal maupun tertulis adalah alat manusia yang unik yang kita dapat gunakan untuk berinteraksi secara bermakna satu sama lain, dan atas dasar itu membentuk masyarakat. Masyarakat adalah hasil dari kesempatan interaksi yang tak terhingga jumlahnya, yang setiap kesempatan itu dicapai melalui interpretasi, dan pemaknaan atas perilaku aktor – aktor yang menjadikan masuk akal latar sosial
Kesimpulan : teori tindakan Realitas hanya akan menjelma sesuai dengan apa yang dipikirkan pelaku yang terlibat dalam interaksi adalah nyata, dan apa yang mereka pikirkan nyata menentukan tindakan apa yang akan ia ambil. Oleh karena itu, realitas hampir dipastikan adalah kreasi yang dinegosiasikan oleh individu – individu yang terlibat dalam interaksi satu sama lain.
Karena dunia sosial yang diciptakan itu tergantung pada interpretasi individu – individu tertentu dalam latar sosial tertentu, dunia sosial itu lebih merupakan konstruksi – konstruksi daripada konsep struktur sosial yang menentukan perilaku. Oleh sebab itu, teori konsensus, konflik dan tindakan mengidentifikasikan faktor – faktor signifikan yang berbeda dalam menjelaskan hakikat kehidupan sosial, dan tentang hubungan antara individu dan masyarakat.