Prospek dan Tantangan Perekonomian Saat ini

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
SISTEM PEREKONOMIAN FENARO Rai.E - Mak.
Advertisements

PRESS CONFERENCE Januari 2013
TEORI PENGELUARAN NEGARA
A. Pengertian APBN dan APBD 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Desentralisasi Fiskal, Struktur Anggaran dan Indikator Makro Daerah
Lima Debat Selama Kebijakan Makroekonomi
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERTEMUAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN RKP 2013 Oleh: Menteri Negara PPN/Kepala.
KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO DAN MIKRO Eny Lia purwandari A
Kebijakan Pemerintah dalam Menghadapi Masalah Ekonomi
Ruang Lingkup Makro Ekonomi
REVIEW MATERI EKONOMI MAKRO (BAHAN UAS)
Pertemuan 13 Kebijaksanaan Makro ekonomi Indonesia dan Deregulasi
Transformasi Struktural Perekonomian Indenesia
DISUSUN OLEH : 1.HINDUN ( ) 2.FERDYTA ISMIBAHARI ( ) 3.LILIK INDRAWATI ( ) 4.ALFIAH TUR ROFIAH ( ) 5.Ahmad.
RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010
Pengertian Anggaran; Rencana keuangan yang mencerminkan pilihan kebijakan untuk suatu periode pada masa yang akan datang . Suatu pernyataan tentang perkiraan.
DISUSUN OLEH SITI SOPIAH
Peranan Usaha Mikro, Usaha Kecil Dan Menengah (UMKM)
Perdagangan Internasional
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
MANFAAT INVESTASI DAN KENDALA DALAM INVESTASI
DUKUNGAN DPR DALAM PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBIAYAAN INDUSTRI
PENDAHULUAN.
Juan Kasma,SE.,M.Ak.,BKP.,CPAI PIKSI GANESHA
Perekonomian Indonesia
RENCANA PEMBIAYAAN.
KEBIJAKAN FISKAL.
KEBIJAKAN PENGANGGARAN TAHUN 2016
Konsep Dasar Ekonomi Makro
MENGKAJI KEBERHASILAN
Ruang Lingkup Analisis Ekonomi Makro
Garapan Drs. Puji Suharjoko
PAKET KEBIJAKAN EKONOMI PRESIDEN JOKOWI
Pengangguran Pertemuan 9.
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
PERDAGANGAN INTERNATIONAL
KONSEP DASAR ILMU EKONOMI MAKRO
PEMILU DAN KELEMBAGAAN EKONOMI
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA
Rapat Panitia Anggaran DPR RI Tentang Asumsi Makro APBN 2009 dan RAPBN 2010 Bank Indonesia Jakarta, 1 Juni 2009.
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Sektor Industri
KEBIJAKAN MONETER & KEBIJAKAN FISKAL
Permintaan dan Penawaran Agregat
BAHAN AJAR EKONOMI Kelas X Semester 2.
Materi Kuliah Hukum Keuangan Negara
TINJAUAN RINGKAS MENGENAI TEORI, MASALAH DAN KEBIJAKAN MAKROEKONOMI
A P B N.
SISTEM MONETER INTERNASIONAL
PENGARUH KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
Perkenalkan Kami: Danang (8) Aisyah (2) Ariella (5) Hanna (16) Ismi
APBN 2013 Aflah Aulia Fisri R. (02) Qristalia Putri Gayo A. (20)
Bank dan Lembaga Keuangan
MANAJEMEN DAN BISNIS Lingkungan Bisnis Pertemuan 10 1.
PEREKONOMIAN INDONESIA
Mempercepat Transformasi Industri Manufaktur Untuk Mewujudkan Industrialisasi Indonesia Yang Berdaya Saing Global Presented by :
Siklus dan mekanisme APBN ini meliputi
PENGANTAR EKONOMI MAKRO
“EVALUASI KINERJA ANGGARAN 2016, PROYEKSI TATA KELOLA APBN 2017 DAN EKONOMI KEDEPAN” Oleh: FITRA (Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran) Jakarta-
Anggaran Pendapatan dan Pembelanjaan Negara
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH oleh Nisa Putri Bagaswati
KEBIJAKAN SUBSIDI BBM DAN
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI MASALAH EKONOMI
KEBIJAKAN FISKAL (FISCAL POLICY)
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Model IS-LM
DASAR HUKUM PENANAMAN/ INVESTASI 1. UNDANG-UNDANG NO. 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL 2. PERPRES NO. 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU.
Perkembangan Ekonomi Indonesia dan Prospek Ekonomi Sektoral
KEBIJAKAN PENGANGGARAN TAHUN 2016
EKONOMI MIKRO dan EKONOMI MAKRO STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI PEMBELAJARAN.
Kebijakan Fiskal dalam Hutang Pemerintah dan Pengaruhnya Bagi Perekonomian Negara Nama : Zuda Karimatur Rohmah NIM :
Transcript presentasi:

Prospek dan Tantangan Perekonomian Saat ini Pandangan Pengusaha Terhadap Keadaan Perekonomian Saat Ini Dan Berbagai Terapi Yang Dapat Dilakukan Untuk Mengatasi Kelesuan Ekonomi Oleh : Ir. Airlangga Hartarto., MMT., MBA Anggota, Komisi XI - DPR-RI Penasehat Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Disampaikan pada acara LKDI Financial Club, Kamis, 5 November 2015

Beberapa INDIKATOR PENYEBAB Kelesuan Ekonomi Faktor internal : Pertumbuhan ekonomi hanya tumbuh 4,71 persen (triwulan 1 2014) secara tahunan, melemah 0,18 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun 2014 yang mencatat angka pertumbuhan 5,14 persen (triwulan 1 2015) Terjadinya defisit neraca berjalan dan neraca perdagangan Faktor eksternal : Gejolak perekonomian global, terutama karena perkembangan ekonomi Amerika Serikat dan Tiongkok yang sulit diprediksi serta turunnya harga komoditas dunia. Melemahnya permintaan terhadap produk ekspor Indonesia oleh Tiongkok, serta turunnya harga minyak dunia hingga USD 50/perbarrel Kebijakan The Fed yang tidak kunjung memberikan kepastian terhadap rencana menaikkan suku bunganya.

Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Pemerintah menerbitkan paket kebijakan secara bertahap untuk menyikapi perlambatan ekonomi yang saat ini terjadi di dalam negeri. Paket kebijakan ditujukan untuk mempercepat pengembangan ekonomi makro yang kondusif dengan menguatkan nilai tukar rupiah, menggerakkan ekonomi nasional dengan penguatan industri, melindungi masyarakat berpenghasilan rendah dengan membantu daya beli masyarakat serta menggerakkan ekonomi pedesaan dari melemahnya ekonomi nasional. Paket kebijakan tahap pertama, dimaksudkan untuk memangkas regulasi yang dinilai menghambat dunia usaha dan memberikan penguatan daya beli masyarakat berpenghasilan rendah, pengendalian sejumlah harga komoditi hingga upaya menarik valas ke dalam negeri. Paket kebijakan kedua fokus hanya pada upaya meningkatkan investas, yaitu berupa deregulasi dan debirokratisasi peraturan untuk mempermudah investasi, baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing di Kawasan Industri, mempersingkat izin bidang lingkungan dan kawasan hutan

Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Paket kebijakan ketiga, fokus pada tiga wilayah kebijaka, yaitu (1) penurunan tarif listrik dan harga BBM serta gas; (2) perluasan penerima kredit usaha rakyat (KUR);(3) penyederhanaan izin pertanahan untuk kegiatan penanaman modal. Paket kebijakan keempat, dilakukan untuk mendorong penguatan ekonomi masyarakat, dengan meluncurkan 2 kebijakan yaitu (1) pengupahan yang adil, sederhana dan terproyeksi, dan (2) Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang lebih murah dan luas. Paket kebijakan kelima, merupakan isyarat bahwa pemerintah berniat melakukan transformasi fundamental ekonomi nasional dengan melakukan (1) Revaluasi Aset, berupa pemberian iInsentif keringanan pajak dalam revaluasi aset perusahaan, baik di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun pihak

Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Rabu, 9 September 2015 Selasa, 29 September 2015 Senin, 5 Oktober 2015 Kamis, 15 Oktober 2015 Kamis, 22 Oktober 2015 mencakup dorongan terhadap daya saing industri nasional melalui deregulasi, penegakan hukum dan kepastian usaha. merupakan pemangkasan regulasi yang dinilai menghambat dunia usaha, penguatan daya beli masyarakat berpenghasilan rendah, pengendalian sejumlah harga komoditi hingga upaya menarik valas ke dalam negeri. mencakup Investasi kehutanan, kawasan industri, insentif deposito, deregulasi investasi mencakup penurunan harga tarif listrik dan penurunan bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) mencakup bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang lebih murah dan meluas, dan peningkatan kesejahteraan pekerja mencakup insentif perpajakan, revaluasi aset, dan mendorong perbankan syariah Dampak Dampak Dampak industri dapat menekan beban biaya perusahaan di sektor aneka industri di antaranya otomotif dan komponennya, tekstil dan elektronik. Dampak kebijakan pemangkasan pajak revaluasi aset untuk mengejar penerimaan negara. Potensi penerimaan yang didapatkan dari revaluasi aset ini dinilai cukup bagus akan membuat kesempatan bagi korporasi untuk melakukan revaluasi aset dan dimungkinkan nilai aset yang lebih besar dan terjadi peningkatan modal akan meningkatkan rasio kesehatan guna kesiapan korporporasi hadapi tantangan kedepan. Paket pengupahan di protes oleh Serikat Pekerja karena merasa tidak dilibatkan dalam penyununannya Paket KUR diharapkan akan mampu membantu UMKM untuk bertahan dan melakukan inovasi belum bisa memperbaiki kondisi ekonomi dalam waktu dekat. Implementasi kebijakan ekonomi ini butuh waktu dan baru bisa dirasakan dampaknya dalam jangka menengah-panjang Dampak Paket kebijakan itu diyakini belum akan memberi dampak signifikan pada perekonomian nasional,perlu waktu tiga bulan sampai enam bulan agar paket kebijakan itu berdampak pada perekonomian masyarakat karena paket ]u diluncurkan pada akhir triwulan III.

HARAPAN PELAKU USAHA Paket kebijakan I, sampai dengan V maupun peket ke VI nantinya, dalam jangka pendek berfungsi memoderasi situasi, sedangkan untuk jangka panjang, paket kebijakan itu harus mampu mengubah pola fundamental ekonomi. Dengan Paket Kebijakan Ekonomi yang diluncurkan ini, pelaku usaha menantikan manfaat langsung yang signifikan terhadap dunia usaha termasuk geliatnya kepada dinamika pasar keuangan dan pasar modal. Untuk itu, dunia usaha sangat mengharapkan konsistensi kebijakan dari pemerintah sehingga siklus ekonomi dapat beranjak naik. Sebab kebijakan yang tidak konsisten dan cenderung bertentangan akan membingungkan pelaku usaha yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas usaha.

Prospek Ekonomi Indonesia Postur APBN 2016 Pendapatan negara Rp 1.822,5 triliun Penerimaan perpajakan‎ Rp 1.546,7 triliun, terdiri atas: Pendapatan pajak dalam negeri Rp 1.‎506,5 triliun  Pendapatan pajak perdagangan internasional Rp 40,1 triliun Penerimaan negara bukan pajak Rp 273,8 triliun, terdiri atas: Penerimaan SDA Rp 124,8 triliun Pendapatan Laba BUMN Rp 34,1 triliun PNBP lainnya Rp 79,4 triliun Pendapatan BLU Rp 35,3 triliun Penerimaan hibah Rp 2 triliun Belanja Negara Rp 2.095,7 triliun Belanja pemerintah pusat Rp 1.325,6 triliun, teridiri atas: Belanja KL Rp 784,1 triliun Belanja non KL 541,4 triliun (subsidi energi Rp 102,1 triliun‎) Transfer ke Daerah dan Dana Desa Rp 770,2 triliun Pembiayaan anggaran Rp 273,2 triliun (defisit 2,15%) Asumsi Makro Pertumbuhan ekonomi 5,3 persen IInflasi 4,7 persen Kurs Rp 13.900 per dolar AS SPN 3 bulan 5,5 persen ICP (Indonesia Crude Price) 50‎ dolar AS per barel Lifting Minyak 830 ribu barel per hari Gas 1,15 juta barel setara minya Target Pembangunan Kemiskinan 9-10 persen Gini rasio 0,39 ndeks pembangunan manusia 70,1 TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) 5,2 hingga 5,5‎ persen.  

Prospek Ekonomi Indonesia Dengan postur APBN 2016 seperti ini diharapkan dapat membawa multiplier effect dan prospek pada iklim investasi, pengurangan angka pengangguran dan angka kemiskinan. Keberadaan APBN 2016 diharapkan akan mampu merealisasikan pembangunan infrastrukur sebagaimana program yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dan sangat dinantikan oleh masyarakat. Dengan berjalannya program infrastruktur diharapkan akan mampu mendorong pencapaian angka pertumbuhan ekonomi pada angka 5,3 persen dan dapat menggairahkan industri pasar modal. Dengan angka pertumbuhan sebesar 5,3 persen tersebut diharapkan dapat menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menjadi sebesar 5,2-5,5 persen, mengingat masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu kunci keberhasilan untuk meningkatkan investasi produktif. Demikian halnya dengan angka kemiskinan, diharapkan akan mencapai sasaran sebesar 9,0 -10,0 persen yang salah satunya akan dicapai melalui peningkatan dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang mencapai Rp 770,2 triliun sehingga penanggulangan kemiskinan akan menghasilkan kesempatan kerja yang berkualitasmeningkatnya angka gini rasio menjadi 0,39 dari sebelumnya 0,41 sehingga mampu mencapai indeks pembangunan manusia menjadi besar

Apa Kebutuhan Dunia Usaha Kepastian Hukum : Ketentuan perundangan dan kebijakan yang konsisten guna mendukung dan menjamin kelangsungan usaha Stabilitas Ekonomi : Inflasi dan daya beli masyarakat, merupakan dua hal yang perlu terus dijaga pada tingkat tertentu agar tingkat konsumsi masyarakat masih dapat berjalan Nilai tukar yang stabil, memberikan kepastian dalam menyusun rencana strategis perusahaan baik dalam jangka pendek, menengah dan panjang. Penguatan kurs rupiah terhadap dolar AS perlu terus dijaga khususnya di tengah perlambatan dan ketidakpastian global. Penguatan sektor riil, merupakan satu-satunyta cara untuk menahan spekulasi di sektor pasar uang dan pasar modal. Insentif untuk mendorong investasi: Tax holiday, dibutuhkan untuk mengundang investasi baru sebagaimana diatur dalam PMK No. 159/PMK.010/2015 Tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan. PMK ini memberikan pengurangan pajak bagi industri pionir untuk 9 jenis industri (logam hulu, pengilangan minyak, telco, transportasi kelautan, infrastruktur, pengolahan utama di KEK) dengan rencana investasi Rp 500 miliar sd Rp 1 triliun. Adapun besaran rentang pengurangan yang diberikan dari 10 % sd 100 % dari jumlah pajak terutang dengan kurun waktu selama 15 tahun. Pengaturan mekanisme dan prosedur tak holiday ini dilakukan juga oleh BKPM melalui Peraturan Kepala BKPM No. 18 Tahun 2015 ttentang Tata Cara Permohonan Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu (Tax Allowance), serta Peraturan Kepala BKPM No. 19 tahun 2015 tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan.

Apa Kebutuhan Dunia Usaha Tax Amnesty yang akan diberlakukan awal tahun 2016 mendatang diharapkan dapat menjamin tidak adanya potensi ancaman tuntutan hukum dimasa depan akibat keterbukaan dari pelaku usaha terhadap kewajiban pajaknya di waktu lampau. Dengan tax amnesty ini akan diyakini akan memberi manfaat yang berarti karena dapat meningkatkan penerimaan pajak dalam jangka pendek, meningkatkan kepatuhan pajak di masa yang akan datang serta mendorong repatriasi modal atau aset Dibutuhkan payung hukum yang memberikan jaminan terhadap pelaku usaha yang mengikuti programtax amnesty tersebut Revaluasi aset, dimaksudkan sebagai cara penyesuaian kembali nilai aset perusahaan sesuai dengan nilai wajar terkini untuk meningkatkan performa finansialnya melalui perbaikan nilai asset yang terkena dampak depresiasi rupiah dan inflasi. Dengan revaluasi aset akan ada ruang untuk melakukan ekspansi usaha dan akan lebih ringannya beban cashflow pajak saat revaluasi karena tarif PPh revaluasi yang rendah. Beban PPh pada tahun-tahun setelah revaluasi juga lebih rendah. Bagi Wajib Pajak yang mengajukan  revaluasi aset hingga 31 Desember 2015 akan berlaku besaran tarif khusus PPh final yang semula 10% menjadi 3%. Apabila diajukan pada periode 1 Januari hingga 30 Juni 2016 maka besaran tarifnya adalah 4%. Apabila pengajuannya 1 Juli hingga 31 Desember 2016 maka besaran tarif khusus PPh final revaluasi menjadi 6%,   Target PNBP, mengingat target penerimaan dari PNBP tahun 2015 ini berpotensi tidak tercapai, maka perlu ada pengaturan lebih lanjut perihal PNBP ini agar tidak memberatkan dunia usaha. Dari data Kementerian Keuangan, penerimaan PNBP sampai 31 Agustus 2015 mencapai Rp 168,3 triliun atau 62,5% dari pagu. Pada periode sama tahun lalu, realisasi PNBP mencapai Rp 237,4 triliun. Dari jumlah Rp 168,3 triliun, penerimaan PNBP migas sebesar Rp 57,1 triliun atau 70,2% dari target. PNBP non migas sebsar Rp 18,1 triliun atau 48,2% dari target. Penerimaan PNBP dividen BUMN mencapai Rp 32,1 triliun atau 97% dari target, PNBP lainnya sebesar Rp 46,7 triliun atau 51,9%, dan PNBP dari Badan Layanan Umum (BLU) sebesar Rp 14,2 triliun atau 61,4%. Kekurangan PNBP menambah beban penerimaan negara. Jika ditotal, maka shortfall pendapatan negara tahun ini bisa mencapai Rp 173,15 triliun dari target Rp 1.761,6 triliun. Jumlah itu terdiri darishortfall penerimaan pajak Rp 150 triliun, shortfall penerimaan bea dan cukai Rp 9,75 triliun, dan shortfall PNBP sebesar Rp 13,4 triliun. Kemudahan pengurusan izin investasi baik investasi baru maupun rencana ekspansi atas investasi yang sudah ada perlu untuk terus disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan yang tetap terciptanya efisiensi dan efektifitas.

Beberapa Tantangan Perekonomian Saat ini Dampak dari perlambatan ekonomi global yang mau tidak mau berimbas kepada perekonomian Indonesia. Penyerapan anggaran belanja pemerintah yang tidak sesuai harapan karena sampai dengan akhir tahun diperkirakan hanya mencapai 90 persen Realisasi stimulus fiskal yang masih belum mendorong pertumbuhan ekonomi, tolatilitas pasar keuangan domestik cukup tinggi, serta beberapa kendala struktural seperti birokrasi yang masig belum sepenuhnya siap mendukung program pemerintah MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), kondisi daya saing produk dan SDM Indonesia yang perlu ditingkatkan untuk menghadapi produk dan SDM negara lain anggota MEA. Stabilitas Politik, yang diharapkan dapat mendukung iklim investasi yang kondusif

Penutup Kelesuan atau pelemahan perekonomian nasional saat ini terjadi oleh karena faktor ekstenal dan faktor internal berupa gejolak ekonomi global serta terjadinya defisit neraca perdagangan dan neraca berjalan akibat dari menurunnya nilai ekspor Dunia usaha mengharapkan agar pemerintah dapat melakukan kebijakan yang memberikan keberpihakan bagi iklim investasi dalam rangka untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengurangi pengangguran dan kemiskinan Selain itu, pemerintah juga diharapkan mendorong meningkatnya daya saing industri nasional dalam rangka meningkatkan ekspor dan daya saing produk industri nasional di pasar global Dunia usaha menyambut paket kebijakan yang telah diluncurkan oleh pemerintah dan mengharapkan implementasi yang konsisten dan memberikan kepastian hukum bagi dunia usaha