PERAIRAN LAUT.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
BENCANA TSUNAMI Kompetensi Dasar Indikator Tujuan Home Evaluasi.
Advertisements

SMA I AL AZHAR KELAPA GADING
"Ekor" Badai Perburuk Cuaca di Indonesia
PENGANTAR KLIMATOLOGI
MATERI Bentuk Muka Bumi Next UTAMA Bentuk Muka Bumi Continental Drift
OLEH SETIYO WARDAYATI, S.Pd
KAWASAN ASIA TENGGARA.
Dinamika HIDROSFER.
MATERI Bentuk Muka Bumi Next UTAMA Bentuk Muka Bumi Continental Drift
SEJARAH PERKEMBANGAN MUKA BUMI
IRMA LUSI NUGRAHENI SPD. MSI
TERJADINYA GEMPA BUMI.
SEJARAH PEMBENTUKAN MUKA BUMI
Dunia Ilmu Pengetahuan sosial
GEMPA & TENAGA ENDOGEN Asih Melati, S.Si, M.Sc.
PENGANTAR GEologi TEORI INGSUTAN BENUA & LEMPENG TEKTONIK.
TEORI TEKTONIK LEMPENG
Teori Pembentukan Muka Bumi
MEMBUAT MEDIA PENGAJARAN
OCEANOGRAFI MORFOLOGI DASAR LAUT.
PERAIRAN LAUT.
SIKLUS HIDROLOGI Peristiwa kondensasi yang menyebabkan hujan dalam bentuk salju atau air Uap air dibawa oleh angin secara horisontal Transpirasi tumbuhan.
GEOMORFOLOGI INDONESIA
TENAGA ENDOGEN.
Tenaga Endogen Tektonisme
C. Perairan Laut dan Potensinya
KELOMPOK VI PANAS INTERNAL BUMI.
GEOGRAFI KELAS X Standar Kompetensi :
Pengantar Manajemen Bencana
Iklim Tropis Asia, Indonesia, Sumatra, Lampung
TEORI TENTANG LEMPENG TEKTONIK
OLEH : HERYDICTUS FRIDOLIN D
ASPEK KEBENCANAAN DALAM PERENCANAAN
HOME TUJUAN BELAJAR MATERI LATIHAN PENGAYAAN
Lereng benua.
POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA
MORFOLOGI PANTAI OCEANOGRAFI 2011.
ARLINDO Baruna Kusuma, S.Pi., M.P..
TEORI INGSUTAN BENUA DAN
IKLIM INDONESIA.
Potensi Perairan Laut.
Potensi Gempa dan Fenomena Bulan
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR : Menganalisis Unsur-Unsur Geosfer
Bab 6 HIDROSFER.
HIDROSFER KELAS VII NARI HASTUTI,S.Pd Materi 1 Materi 2 Materi 3
Pengantar Oceanografi
GELOMBANG TSUNAMI PANJI HIDAYAT.
KUALITAS AIR LAUT.
LITHOSFER TECTONIC PLATE.
PEMBAGIAN ZAMAN BERDASARKAN
OCEANOGRAFI.
SEJARAH PERKEMBANGAN MUKA BUMI
Sejarah Terbentuknya Kepulauan Indonesia Oleh: Haris Al Farizi ( )
HIDROSFER Materi 1 A. Jenis/Macam Laut Berdasarkan Sebab Terjadinya :
KLASIFIKASI LAUT.
BAB I STRUKTUR BUMI.
TSUNAMI BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SMA SEMESTER 2 Disusun oleh :
TEORI TEKTONIK LEMPENG
KEADAAN ALAM INDONESIA
KARAKTERISTIK PERLAPISAN BUMI & TEORI TEKTONIK
MUH.SHADIQ.K SITI HARDIANTI RETNO AMBAR WATI
Kuliah Mandiri Pemetaan Geologi di Desa Tambaksari dan Desa Kedungbanteng Kecamatan Sumbermanijng Wetan dan sekitarnya pada Kabupaten Malang,Provinsi Jawa.
PERKEMBANGAN BUMI DAN SEJARAH KEHIDUPANNYA
PERSEBARAN WILAYAH RAWAN BENCANA ALAM DI INDONESIA
PERAIRAN LAUT Oleh : Ulfah Fachrita [ ]
TEORI TEKTONIK LEMPENG
Oleh : Miftachul Janah ( )
TSUNAMI.
ARLINDO. O Posisi Indonesia spesial karena terletak di dua benua dan dua samudera disamping posisinya di khatulistiwa O Selain itu juga perairan Indonesia.
INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM. Pengertian Poros Maritim Dunia.
Transcript presentasi:

PERAIRAN LAUT

Lautan di Dunia 1. Samudera Pasifik 2. Samudera Atlantik 3. Samudera Hindia 4. Samudera Artik

Lautan di Dunia

KLASIFIKASI LAUT Menurut Terjadinya 1. Laut Transgresna : Laut Genangan, terjadi karena perubahan permukaan Laut pada jaman Glasial. Contoh : Dangkalan Sunda ( L. Jawa, L Natuna, Sel Malaka, Sel SUnda Contoh : Dangkalan Sahul ( L Arafuru) Contoh : Laut Utara 2. Laut Ingresi: Laut dalam dimana dasar laut mengalami pemerosotan akibat tenaga tektonik. Contoh: Laut Jepang, Laut Sulawesi, Laut Banda 3. Laut Regresi : Laut yang mengalami Penyempitan akibat pendangkalan Contoh : Laut Jawa, Selat malaka

KEPULAUAN INDONESIA Samudera Pasifik Samudera Hindia Paparan Sunda Paparan Sahul KEPULAUAN INDONESIA

Klasifikasi Laut di Dunia Menurut Letaknya 1.Laut Tepi, yaitu laut yang terdapat di tepi/pinggir benua, contoh laut jepang, Laut Kuning, Laut Utara, Laut Arab

2.Laut Pedalaman, yaitu laut yang terdapat ditengah benua seperti laut hitam, laut Mati, laut kaspia.

3. Laut pertengahan, yaitu laut yang terapit oleh dua pulau/benua atau lebih seperti laut-laut di Indonesia, Laut Mediterania, Laut Merah.

Wilayah laut pasang surut (litoral) Wilayah laut dangkal(Neritis) Klasifikasi Laut menurut Zona Kedalamannya/kemampuan cahaya matahari menembus dasar laut, Wilayah laut pasang surut (litoral) Wilayah laut dangkal(Neritis) Wilayah laut dalam (batyal) Wilayah laut sangat dalam (abysal)

Zona Laut 1. Morfologi dasar laut dibedakan menjadi: Tepi benua (continental margin); morfologi yang terletak dekat pantai yang benuanya menurun ke cekungan dasar laut. Morfologi ini dapat dibedakan menjadi tiga wilayah, yaitu: a. Paparan benua (continental shelf), daerah yang mempunyai lereng landai (kemiringan kuranng dari 1) dan berbatasan langsung dengan daratan. Bagian ini biasanya memiliki kedalaman maksimum antara 100 – 200 meter dan lebar.

b. Lereng benua (continental slope) Merupakan bagian dasar laut yang menurun tajam dan curam ke arah dasar laut sampai kedalaman antara 50 – 70 km. antara 200-3000 meter dengan kemiringan antara 3 sampai dengan 6. c. Continental rise Merupakan daerah yang mempunyai lereng yang perlahan-lahan menjadi dasar lautan.

Dasar laut dalam (deep sea bottom) Merupakan morfologi dasar laut yang meiliki kedalaman antara 3.000-6.000 meter dan meliputi lebih dari 75 % daerah dasar laut. Bentukan yang ada ada daerah ini antara lain: Abysal plain (dataran abisal) Trog (palung) Punggungan samudera(oceanic ridge) Gunung laut (seamount) Punggung bukit ( abysal hill)

Gerakan air laut Berdasarkan penyebabnya/material yang mengalam pergerakan, gerakan air laut dapat disebabkan oleh angin, suhu dan gaya tarik antara bulan dan matahari.. Berdasarkan material yang mengalami gerakan , gerakan air laut dapat dibedakan atas gerakan air laut yang disertai masa airnya.

- kedalaman air laut dan Kekuatan Gempa Secara umum , gerakan air laut meliputi gelombang, arus dan pasang surut. Gelombang; merupakan gerakan naik turunnya air laut yang tidak disertai perpindahan massa airnya. Pada umumnya, gelombang laut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: kecepatan angin lama angin bertiup luas daerah tempat angin bertup - kedalaman air laut dan Kekuatan Gempa

Gelombang Laut tsu : pelabuhan nami : ombak

Arus Laut Arus; merupakan gerakan massa air laut dari suatu tempat ke tempat lain dengan disertai perpindahan massa airnya Berdasarkan suhunya, arus laut dapat dibedakan sebagai berikut: Arus panas, yaitu arus dengan suhu air yang lebih panas daripada suhu air laut yang didatanginya Arus dingin, yaitu arus dengan suhu air lebih dingin daripada suhu air laut yang didatanginya.

Arus Laut yang Membentuk Pusaran Dikenal dengan sebutan Samudera bermuda Berdasarkan faktor penyebabnya, arus dapat dibedakan sebagai berikut: 1) Arus tetap 2) Arus kompensasi 3) Arus setengah tahunan (musiman) 4) Arus vertikal 5) Arus atas dan arus bawah

Segitiga Bermuda

Berdasarkan Penyebabnya: Arus laut yang disebabkan oleh Angin. Arus Laut yang disebabkan oleh Pasang-surut. Arus Laut yang disebabkan beda tinggi permukaan Air laut Arus laut yang disebabkan oleh pengaruh daratan dan Lautan Arus Laut yang disebabkan perbedaan kadar garam.

Berdasarkan letaknya : 1) arus bawah, yaitu arus yang bergerak di bawah permukaan air laut 2) arus atas, yaitu arus yang bergerak di permukaan air laut.

Gambar: Arus laut dunia di beberapa Samudera

Pasang Surut Air laut, terjadi akibat adanya gaya tarik bulan dan matahari, seperti gambar di bawah ini

Kualitas air laut Kualitas air laut dapat dilihat berdasarkan parameter temperatur, salinitas dan kecerahan (warna) air laut. Temperatur air laut Temperatur air laut ditentukan oleh radiasi matahari. Karena itulah, temperatur air laut cenderung berkurang sesuai dengan perubahan kedalaman dan juga semakin berkurang apabila semakin jauh dari ekuator.

2. Salinitas (kadar garam) Salinitas adalah jumlah garam – garam yang terkandung dalam setiap satu kilogram air laut yang dinyatakan dengan prose (%) atau promil. Salinitas di setiap laut berbeda-beda.

Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan kadar garam di setiap perairan laut adalah sebagai berikut : Kadar penguapan Curah hujan Banyak sedikitnya air tawar yang masuk ke laut Banyak sedikitnya cairan es yang masuk ke dalam laut Arus laut.

3. Kecerahan (warna) air laut Warna air laut bergantung kepada zat terlarut yang ada di dalamnya. Zat ini dapat berupa : endapan dan organisme yang hidup di dasar laut dan pengaruh gelombang elektromagnetik dari matahari.

Warna air laut antara lain : Biru : disebabkan oleh sinar matahri yang bergelombang pendek (biru) dipantulkan lebih banyak daripada sinar lain Kuning : di dasar laut terdapat lumpur kuning yang diangkut Sungai Kuning (hoang-Ho)dari daratan Indo China. Hijau: terdapatnya lumpur hijau

Putih: terdapat es Ungu: adanya organisme yang mngeluarkan sinar-sinar fosfor Hitam: adanya lumpu tanah chernozem Merah: terdapatnya binatang-binatang kecil berwarna merah.

1. Patahan dasar laut atau dasar samudera dapat membentuk sebuah…. Palung (trench) lubuk Guyot Ambang laut Gunung laut

2. Laut yang banyak mengandung sedimentasi tanah Loss akan berwarna …. A.Merah B. Kuning C. Merah D. Hitam E. Biru

3. Air laut akan engalami pasang setiap harinya pada jam …. A.6.00 dan 18.00 B. 12.00 dan 24.00 C. 6.00 dan 24.00 D. 24.00 dan 6.00 E. 18.00 dan 24.00

4. Air laut akan engalami pasang setiap harinya pada jam …. A.6.00 dan 18.00 B. 12.00 dan 24.00 C. 6.00 dan 24.00 D. 24.00 dan 6.00 E. 18.00 dan 24.00

5. Mana yang BUKAN ciri akan terjadinya tsunami ? A. Munculnya awan gempa bumi B. Air laut surut secara drastis C. Diawali gempa bumi D. Binatang berperilaku aneh E. Orang berteriak minta tolong

GEOMORFOLOGI INDONESIA

BENTUK GEOMORFOLOGI DASAR LAUT PADA TEPIAN LEMPENG AKTIF DI LEPAS PANTAI BARAT SUMATERA DAN SELATAN JAWA, INDONESIA Tatanan tektonik sebelah barat Sumatera dan selatan Jawa, didominasi oleh pergerakan ke utara dari tepian aktif lempeng samudera Hindia dan lempeng benua Australia terhadap lempengan Sunda dengan kecepatan sekitar 6-7 cm/tahun. Komponen gerakan lempengan yang relatif tegak lurus terhadap arah batas lempeng sebagian besar membentuk sesar-sesar naik di sepanjang zona subduksi Sumatera dan Java, sedangkan komponen lempeng yang parallel terhadap batas lempeng didominasi oleh terbentuknya sesar-sesar geser pada zona sesar.

Bidang kontak antara 2 blok disebut sesar.

SESAR NAIK

Diagram blok sesar mendatar

Empat bentuk morfologi utama dapat diidentifikasi, seperti: Kajian tepian tektonik aktif difokuskan untuk mengidentifikasi bentuk geomorfologi dasar laut dari masing-masing segmen lempeng. Empat bentuk morfologi utama dapat diidentifikasi, seperti: zona subduksi, palung laut, prisma akresi, dan cekungan busur muka. Gambaran bentuk geomorfologi dasar laut ini kemungkinan merupakan contoh morfologi dasar laut yang terbaik di dunia.

Batas-batas bentuk geomorfologi dasar laut ini sangat jelas terlihat pada rekaman seismic dan citra. Makin kearah selatan, dasar laut makin banyak mengalami pensesaran normal. Sesar-sesar ini nampaknya lebih intensif makin jauh dari palung laut. Pada sumbu palung, bentuk kerak samudera telah banyak mengalami pensesaran dan membentuk pola-pola horst dan graben secara luas.  

. TATANAN GEOLOGI KELAUTAN INDONESIA Tatanan geologi kelautan Indonesia merupakan bagian yang sangat unik dalam tatanan kelautan dunia, karena berada pada pertemuan paling tidak tiga lempeng tektonik: Lempeng Samudera Pasifik, Lempeng Benua Australia-Lempeng Samudera India serta Lempeng Benua Asia. Berdasarkan karakteristik geologi dan kedudukan fisiografi regional, wilayah laut Indonesia dibagi menjadi zona dalam (inboard) dan luar (outboard) yang menempati regim zona tambahan (contiguous), Zona Ekonomi Eksklusif dan Landan Kontinen. Bagian barat zona dalam ditempati oleh Paparan Sunda (Sunda Shelf) yang merupakan sub-sistem dari lempeng benua Eurasia, dicirikan oleh kedalaman dasar laut maksimum 200 m yang terletak pada bagian dalam gugusan pulau-pulau utama yaitu Sumatera, Jawa, dan Kalimantan.

Bagian tengah zona dalam merupakan zona transisi dari sistem paparan bagian barat dan sistim laut dalam di bagian timur. Kedalaman laut pada zona transisi ini mencapai lebih dari 3.000 meter yaitu laut Bali, Laut Flores dan Selat Makasar. Bagian paling timur zona dalam adalah zona sistem laut Banda yang merupakan cekungan tepian (marginal basin) dicirikan oleh kedalaman laut yang mencapai lebih dari 6.000 m dan adanya beberapa keratan daratan (landmass sliver) yang berasal dari tepian benua Australia (Australian continental margin) seperti pulau Timor dan Wetar (Curray et al, 1982, Katili, 2008).

Zona bagian luar ditempati oleh sistem Samudera Hindia, Laut Pasifik, Laut Timor, laut Arafura, laut Filipina Barat, laut Sulawesi dan laut Cina Selatan. Menurut Hamilton (1979), kerumitan dari tatanan fisiografi dan geologi wilayah laut Nusantara ini disebabkan oleh adanya interaksi lempeng-lempeng kerak bumi Eurasia (utara), Hindia-Australia (selatan), Pasifik-Filipina Barat (timur) dan Laut Sulawesi (utara). Proses geodinamika global (More et al, 1980), selanjutnya berperan dalam membentuk tatanan tepian pulau-pulau Nusantara tipe konvergen aktif (Indonesia maritime continental active margin), dimana bagian luar Nusantara merupakan perwujudan dari zona penunjaman (subduksi) dan atau tumbukan (kolisi) terhadap bagian dalam Nusantara, yang akhirnya membentuk fisiografi perairan Indonesia (Gambar 1).

Gambar 1. Fisiografi perairan Indonesia akibat proses tektonik

. MODEL TEKTONIK TEPIAN LEMPENG AKTIF Lempeng samudera bergerak menunjam lempeng benua membentuk zona penunjaman aktif, sehingga wilayah perairan Indonesia di bagian barat Sumatera dan selatan Jawa disamping mempunyai potensi aspek geologi dan sumberdaya mineral juga berpotensi terjadinya bencana geologi (gempabumi, tsunami, longsoran pantai dan gawir laut). Di bagian tengah kerak samudera India ini terbentuk suatu jalur lurus yang disebut Mid Oceanic Ridge (Pematang Tengah Samudra), sedangkan dibagian timurnya atau sebalah barat terbentuk jalur punggungan lurus utara – selatan yang disebut Ninety East Ridge  (letaknya hampir berimpit dengan bujur 90 timur) merupakan daerah mineralisasi (Usman, 2006). Bagian yang dalam membentuk cekungan kerak samudera yang terisi oleh sedimen yang berasal dari dataran India membentuk Bengal Fan hingga ke perairan Nias dengan ketebalan sedimen antara 2.000 – 3.000 meter (Ginco, 1999). Daerah Pematang Tengah Samudra pada Lempeng Indo-Australia merupakan implikasi dari proses Sea Floor Spereading (Pemekaran Lantai Samudera) yang mencapai puncaknya pada Miosen Akhir dengan kecepatan 6-7 cm/tahun, sebelumnya pada Oligosen awal hanya 5 cm/tahun (Katili, 2008). Gambar 2. Memperlihatkan bentuk ideal geomorfologi pada tepian lempeng aktif adalah

mengikuti proses-proses penunjaman yaitu palung samudera (trench), prisma akresi (accretionary prism), punggungan busur muka (forearc ridge), cekungan busur muka (forearc basin), busur gunungapi (volcanic arc), dan cekungan busur belakang (backarc basin). Busur gunungapi dan cekungan busur belakang lazimnya berada di bagian daratan atau kontinen (Lubis et al, 2007).  

Gambar 2. Komponen tektonik ideal pada penunjaman tepian lempeng aktif (Hamilton, 1979)

Hasil identifikasi bentuk dasar laut dari beberapa lintasan seismik, citra seabeam dan foto dasar laut maka dapat dikenali beberapa bentuk geomorfologi utama yang umum terdapat pada kawasan subduksi lempeng aktif. Empat bentuk morfologi utama dapat diidentifikasi, yaitu zona subduksi, palung laut, prisma akresi, dan cekungan busur muka. Gambaran bentuk geomorfologi dasar laut ini kemungkinan merupakan contoh morfologi dasar laut yang terbaik di dunia karena batas-batasnya yang jelas dan mudah dikenali.

SATUAN GEOMORFOLOGI TEPIAN LEMPENG AKTIF Geomorfologi Zona Subduksi Geomorfologi Palung Laut Geomorfologi Prisma Akresi Geomorfologi Cekungan Busur Muka

1. Geomorfologi Zona Subduksi Lempeng Samudera India merupakan kerak yang tipis yang ditutupi laut dengan kedalaman antara 1.000 – 5.000 meter. Lempeng Samudera dan lempeng benua (Continental Crust) dipisahkan oleh Subduction Zone (Zona Penunjaman) dengan kedalaman antara 6.000-7.000 meter yang membujur dari barat Sumatera, selatan Jawa hingga Laut Banda bagian barat yang disebut Java Trench (Parit Jawa).

Geomorfologi  zona subduksi ini merupakan gabungan yang erat antara proses-proses yang terjadi pada tepian kerak samudera, tepian kerak benua dan proses penunjaman itu sendiri. Sebagai konsekuansi dari tepian aktif, maka banyak proses tektonik yang mungkin terjadi diantaranya, sesar-sesar mendatar, sesar-sesar normal yang biasanya membentuk horst dan graben, serta kemunginan aktivitas gunung api (hot spot?).

Salah satu diantaranya adalah terbentuknya gunungapi (submarine volcano atau seamount?) di luar busur volkanik. Indikasi adanya gunungapi atau tinggian seperti yang ditemukan Tim ekspedisi CGG Veritas (BPPT-LIPI-PPPGL-Berlin University) pada bulan Mei 2009 yang lalu sebenarnya bukan merupakan gunungapi baru. Beberapa peta batimetri dan citra satelit telah mencantumkan adanya tinggian tersebut, hanya sampai saat ini belum diberikan nama resmi (toponimi) yang tepat (PPPGL, 2008).

submarine volcano atau seamount

Lintasan survei deep-seismic CGGV-04  telah mendeteksi adanya puncak gunung bawah laut pada posisi koordinat 4°21.758 LU, 99°25,002 BT. Puncak gunung bawah laut ini berada pada kedalaman 1.285 m dengan dasar atau kaki gunung pada kedalaman 5.902 m. Hasil interpretasi data memperlihatkan bahwa gunung bawah laut ini memiliki ketinggian 4.617 m dan Lebar kaki gunung sekitar 50 km. Lokasi gunung  bawah laut yang terdeteksi ini berada pada jarak 320 km sebelah barat dari Kota Bengkulu (Gambar 3). Namun demikian, berdasarkan konsepsi tektonik, gunungapi di Lantai Samudera tidak seberbahaya dibandingkan gunungapi yang terbentuk di tepian benua aktif. 

Gambar 3.   Gambaran geomorfologi pada zona subduksi dan kenampakan seamount di kerak samudera India, sumbu palung laut dan prisma akresi di lepas pantai Bengkulu.

2. Geomorfologi Palung Laut Palung laut merupakan bentuk paritan memanjang dengan kedalaman mencapai lebih dari 6.500 meter. Umumnya palung laut ini merupakan batas antara kerak samudera India dengan tepian benua Eurasia sebagai bentuk penunjaman yang menghasilkan celah memanjang tegak lurus terhadap arah penunjaman (Gambar 4). 

Gambar 4. Satuan geomorfologi palung samudra di sebelah selatan Jawa (PPPGL, 2008).

Beberapa patahan yang muncul di sekitar palung laut ini dapat reaktif kembali seperti yang diperlihatkan oleh hasil plot pusat-pusat gempa di sepanjang lepas pantai pulau Sumatera dan Jawa. Sesar mendatar Mentawai yang ditemukan pada Ekspedisi Mentawai Indonesia-Prancis tahun 1990-an terindikasi sebagai sesar mendatar yang berpasangan namun di berarapa bagian memperihatkan bentuk sesar naik. Hal ini merupakan salah satu sebab makin meningkatnya tekanan kompresif dan seismisitas yang menimbulkan kegempaan. Di bagian barat pulau Sumatera, pergerakan lempeng samudera India mengalibatkan terangkatnya sedimen (seabed) di kerak samudera dan prisma-prisma akresi yang merupakan bagian terluar dari kontinen. Sesar-sesar normal yang terbentuk di daerah bagian dalam yang memisahkan prisma akresi dengan busur  kepulauan (island arc) mengakibatkan peningkatan pasokan sedimen yang lebih besar (Lubis et al, 2007). Demikian pula akibat terjadinya pengangkatan tersebut maka morfologi palung laut di kawasan ini memperlihatkan bentuk lereng yang terjal dan sempit dibandingkan dengan palung yang terbentuk di kawasan timur Indonesia.

3. Geomorfologi Prisma Akresi Pembentukan prisma akresi di dasar laut dikontrol oleh aktifitas tektonik sesar-sesar naik (thrusting) yang mengakibatkan proses pengangkatan (uplifting). Proses ini terjadi karena konsekuensi dari proses tumbukan antar segmen kontinen yang menyebabkan bagian tepian lempeng daerah tumbukan tersebut mengalami proses pengangkatan. Proses ini umumnya terjadi di kawasan barat Indonesia yaitu di samudra Hindia.

Pulau-pulau prisma akresi merupakan prisma akresi yang terangkat sampai ke permukaan laut sebagai konsekuensi desakan lempeng Samudera Hindia ke arah utara dengan kecepatan 6-7 cm/tahun terhadap lempeng Benua Asia-Eropa sebagai benua pasif menerima tekanan (Hamilton, 1979). Oleh sebab itulah pengangkatan dan sesar-sesar naik di beberapa tempat, seperti yang terjadi di Kep. Mentawai, Enggano, Nias, sampai Simelueu yang terangkat membentuk gugusan pulau-pulau memanjang parallel terhadap arah zona subduksi (Lubis, 2009). 

Prisma akresi merupakan wilayah yang paling rawan terhadap kegempaan karena pusat-pusat gempa berada di bawahnya. Batuan prisma akresi memiliki ke-khasan tersendiri yaitu ditemukannya batuan campur-aduk (melange, ofiolit) yang umumnya berupa batuan Skist berumur muda. Sejarah kegempaan di kawasan ini membuktikan bahwa episentrum gempa-gempa kuat umumnya terletak pada prisma akresi ini karena merupakan gempa dangkal (kedalaman < 30 Km). Gempa kuat yang pernah tercatat mencapai skala 9 Richter pada tagl 26 Desember 2004. Beberapa ahli geologi juga masih mengkhawatirkan suatu saat akan terulang gempa sebesar ini di kawasan barat Bengkulu, karena prisma akresi di kawasan ini masih belum melepaskan energi kegempaan (locked zone) sementara kawasan disekitarnya sudah terpicu dan melepaskan energi melalui serangkaian gempa-gempa sedang-kuat. Di Sumatera ditemukan dua prisma akresi, yaitu accretionary wedge 1 di bagian luar & accretionary wedge 2 di bagian dalam outer arc high  yang memisahkan prisma akresi dengan cekungan busur muka (Mentawai forearc asin). Adanya  outer arc high yang memisahkan dua prisma akresi tersebut mengalibatkan sedimen yang berasal dari daratan induknya tidak dapat menerus ke bagian barat  tetapi terendapkan di cekungan busur muka.

Gambar 5. memperlihatkan prisma akresi yang naik ke permukaan laut membentuk pulau-pulau prisma akresi di lepas pantai Aceh, sedangkan contoh prisma akresi yang belum naik ke permukaan laut diperlihatkan pada Gambar 6. yaitu prisma akresi di lepas pantai selatan Jawa. Selain itu proses pembentukan lainnya yang lazim terjadi di kawasan ini adalah aktifnya patahan (sesar) dan amblasan (subsidensi) di sekitar pantai sehingga pulau-pulau akresi yang terbentuk terpisah dari daratan utamanya (Cruise Report SO00-2, 2009). 

Gambar 5. Geomorfologi prisma akresi yang naik kepermukaan sebagai pulau prisma akresi di lepas pantai sebelah barat Aceh.

Gambar 6. Geomorfologi prisma akresi di selatan Jawa yang belum muncul ke permukaan laut

4. Geomorfologi Cekungan Busur Muka Survey kemitraan Indonesia-Jerman Sonne Cruise 186-2 SeaCause-II dilaksanakan pada tahun 2006 di perairan barat Aceh sampai ke wilayah Landas Kontinen di luar 200 mil.  Hasil interpretasi lintasan-lintasan seismik yang memotong cekungan Simeulue yaitu lintasan 135-139 memperlihatkan indikasi cekungan busur muka Simelue merupakan cekungan a-symetri laut dalam dengan kedalaman laut antara 1.000-1.500m, makin ke barat ketebalan sedimen makin tebal mencapai 5.000m lebih.

Di sisi barat cekungan ini ditemukan sesar-sesar mendatar (kelanjutan Sesar Mentawai?)  yang mengontrol aktifnya sesar-sesar tumbuh (growth fault) sehingga mengakibatkan deformasi struktur batuan sedimen pada tepian cekungan. Berdasarkan seismik stratigrafi, umur sedimen pengisi cekungan ini relatif muda (Miocene) sehingga kurang memungkinkan terjadi pematangan sebagai source rock (IPA, 2002). Selain itu, tingkat pematangan (maturitas) batuan reservoar relatif rendah karena laju pengendapan yg relatif cepat di laut dalam, demikian pula dengan pengaruh proses pematangan diagenesa volkanisme di bagian timur yang jaraknya terlalu jauh. Salah satu contoh terbaik terbentuknya cekungan busur muka adalah cekungan Lombok yang telah teridentifikasi memiliki komponen toponimi yang lengkap, seperti koordinat (x,y,z), batas-batas cekungan, luas, kedalaman, dsb. (Gambar 7).

Gambar 7. Geomorfologi cekungan Lombok sebagai cekungan busur muka (PPPGL, 2008)

IV.  KESIMPULAN Berdasarkan hasil re-interpretasi rekaman seismic, citra seabeam, serta data batimetrik dari beberapa lintasan yang memotong zona subduksi pada system tektonik tepian lempeng aktif, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan, diantaranya: Batas penunjaman lempeng samudera India dengan lempeng Eurasia secara tegas membentuk satuan geomorfologi palung samudera dengan kedalaman antara 6.000-7.000 meter yang arahnya tegak lurus terhadap arah penunjaman. Sebagai konsekuensi logis penunjaman lempeng samudera yang mempunyai densitas lebih tinggi dibandingkan lempeng benua maka terbentuk satuan geomorfologi prisma akresi yang merupakan proses campur-aduk dimana terjadi deformasi dasar laut secara besar-besaran. Proses geologi yang umum terjadi adalah perlipatandan sesar-sesar naik yang disertai dengan proses pengangkatan. Sesar-sesar normal dan mendatar banyak dijumpai pada daerah yang jauh dari palung samudera terutama pada punggungan dan tepian cekungan. Cekungan busur muka terbentuk antara punggungan busur muka dan busur gunungapi dimana proses sedimentasi dominan berasal dari bagian kontinen, sehingga umumnya membentuk geomorfologi cekungan memanjang a-symetri. Gambaran geomorfologi dasar laut di tepian lempeng aktif di barat Sumatera dan selatan Jawa memperlihatkan batas satuan yang jelas dan tegas sehingga merupakan contoh bentuk geomorfologi zona penunjaman yang terbaik di dunia. 

Terima Kasih