PETUNJUK PRAKTIS PEMICUAN
PENGANTAR PERTEMUAN Perkenalkan Tim Pemicu Sampaikan tujuan kedatangan Tim: Untuk belajar tentang kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan. Tim akan banyak bertanya dan minta kesediaan masyarakat yang hadir untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan Tim dengan jujur. (Catatan: masyarakat ditempatkan sebagai “guru” yang akan menjadi sumber informasi sedangkan fasilitator menempatkan diri sebagai “murid” yang akan banyak bertanya dan menerima informasi dari gurunya). Kedatangan Tim bukan untuk memberikan bantuan dalam bentuk apapun (uang, semem dll) melainkan untuk belajar.
PENCAIRAN SUASANA Tujuan : Terciptanya suasana akrab antara fasilitator dan masyarakat sehingga masyarakat akan terbuka untuk menceritakan apa yang terjadi di kampung tersebut. Lakukan pencairan dengan permainan yang menghibur, mudah dilakukan oleh masyarakat, melibatkan banyak orang dan ada hubungannya dengan CLTS.
IDENDIFIKASI PENGGUNA JAMBAN ATAU CAKUPAN SANITASI Sepakati bersama tentang penggunaan kata BAB dan kotoran manusia dengan bahasa setempat (misal “Ngising” untuk BAB dan “Tai“ untuk kotoran manusia). Kata yang disepakati akan digunakan selama proses pemicuan berlangsung Ajukan pertanyaan : “Di mana saja biasanya masyarakat BAB ? Jika ada yang menjawab di WC/jamban, minta peserta yang sudah BAB di jamban untuk mengangkat tangannya (untuk mengetahui seberapa banyak masyarakat yang hadir telah memiliki WC/jamban) Ajukan pertanyaan: “Kenapa sebagian masyarakat masih BAB di kebon/sawah atau tempat terbuka lainnya? (jawaban tidak perlu dikomentari)
MAPPING (PEMETAAN) Minta beberapa orang dari peserta untuk menggambar peta kampung mereka. Mulai pembuatan peta dengan membuat batas kampung, jalan desa, lokasi pemicuan, lokasi kebun, sawah, kali, lapangan, SPAL, balong ikan, rumah penduduk (nama KK & jumlah anggota keluarga ditulis di kertas). Setelah semua rumah peserta yang hadir masuk dalam peta, minta kepada semua peserta untuk mengambil bubuk/semen warna kuning, kemudian minta mereka untuk meletakkan bubuk/semen tersebut sesuai dengan lokasi dimana mereka biasa BAB. Jika sudah di jamban, maka bubuknya diletakkan di lokasi rumah. Minta ke semua peserta untuk mengamati peta kampung mereka, apa yang terjadi dengan kampung mereka yang dikepung oleh kotoran dan minta mereka untuk bertepuk tangan. Ajukan pertanyaan kunci: Bagaimana perasaan kita kalau melihat kampung kita seperti dalam peta? (Kembangkan ke pertanyaan-pertanyaan berikutnya yang memicu rasa jijik, malu, harga diri dll.)
TRANSECT WALK Ajak semua peserta untuk berjalan-jalan mengelilingi kampung mereka. Tujuan perjalanan adalah lokasi-lokasi dimana orang biasa BAB. Jika menemukan kotoran, beri bendera warna kuning dan ajukan pertanyaan: Kotoran siapa ini ? Siapa saja yang tadi malam atau tadi pagi BAB disini? Bagaimana perasaan kita kalau melihat kotoran yang berserakan seperti ini? (Kembangkan ke pertanyaan-pertanyaan berikutnya untuk memicu rasa jijik, malu, takut sakit dll.)
MENGHITUNG VOLUME TINJA Hitung volume tinja mulai dari menghitung berapa jumlah KK dan jiwa di kampung tersebut dan berapa kira-kira jumlah orang yang masih BAB di sembarang tempat, berapa kali biasanya kalau BAB dalam sehari, berapa banyak (kilo) sekali BAB. Lalu kalikan jumlah tinja yang dikeluarkan per orang dengan jumlah jiwa yang masih BAB di sembarang tempat. Hitung jumlah tinja dalam seminggu, sebulan, setahun dst. Konversikan jumlah tinja dalam ukuran karung beras, berapa karung dan berapa tinggi jika ditumpuk seperti padi/ beras. Ajukan pertanyaan bagaimana perasaan mereka jika melihat tinja sebanyak itu dan lari kemana saja tinja-tinja itu? (Kembangkan ke pertanyaan-pertanyaan berikutnya untuk memicu rasa jiji, takut sakit, rasa nyaman, rasa berdosa dll.)
ALUR KONTAMINASI (ORAL FECAL) Ajukan pertanyaan: Mungkinkah tinja yang kita keluarkan di sembarang tempat bisa masuk masuk mulut kita? Jika mungkin lewat mana dan apa saja? (pada proses ini jawab masyarakat bisa langsung disampaikan lewat lisan atau mereka diminta menggambarkan prosesnya dengan kertas/alat yang sudah dipersiapkan) Tegaskan bahwa ternyata kita telah makan tinja yang kita keluarkan sendiri dengan berbagai macam cara. Ajukan pertanyaan: Apa yang terjadi/apa akibatnya kalau kita “makan” atau minum” tinja? (Kembangkan ke pertanyaan-pertanyaan berikutnya untuk menguatkan bahwa ternyata kita telah telah makan dan minum tinja yang kita keluarkan)
ALUR KONTAMINASI (ORAL FECAL)
SIMULASI AIR YANG TERKONTAMINASI (Alt. 1) Siapkan 2 gelas air mineral yang masih disegel Minta salah seorang peserta untuk minum air tersebut dengan terlebih dahulu menunjukkan bahwa air masih tersegel. Fasilitator juga melakukan hal sama (minum air mineral kemasan) Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta, kemudian tempelkan rambut tersebut ke tinja yang sudah diambil saat transect, celupkan rambut tersebut ke air mineral yang tadi diminum oleh peserta Minta peserta yang minum air tadi untuk meminum kembali air yang telah diberi tinja. Minta juga peserta yang lain untuk meminumnya. Ajukan pertanyaan: Kenapa tidak yang ada berani minum? Ajukan pertanyaan lain untuk menguatkan bahwa air yang kita minum dari rumah, makan yang kita makan sama tercemarinya seperti air tadi jika kita masih BAB di sembarang tempat.
SIMULASI AIR YANG TERKONTAMINASI (Alt. 2) Siapkan 1 ember air dari sumur milik warga atau dari sungai yang bersih Minta salah seorang peserta untuk mencuci muka dengan air tersebut. Fasilitator juga melakukan hal sama (mencuci muka) Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta, kemudian tempelkan rambut tersebut ke tinja yang sudah diambil saat transect, celupkan rambut tersebut ke air yang tadi digunakan untuk mencuci muka oleh peserta Minta peserta yang telah mencuci muka tadi untuk mencuci muka kembali dengan air yang telah diberi tinja. Minta juga peserta yang lain untuk melakukannya. Ajukan pertanyaan: Kenapa tidak yang ada berani melakukan? Ajukan pertanyaan lain untuk menguatkan bahwa air yang kita minum dari rumah, makanan yang kita makan sama tercemarinya seperti air tadi jika kita masih BAB di sembarang tempat.
PUNCAK PEMICUAN !!! Ajukan terlebih dahulu pertanyaan tambahan: Apa dampak dari adanya tai yang berserakan (MEMICU TAKUT SAKIT), bagaimana kalau kita tidak punya jamban, kemudian kita ingin berak pada malam hari atau dalam kondisi sakit atau hamil, bagaimana kalau ada ular (MEMICU RASA AMAN DAN NYAMAN), bagaimana dengan kaum perempuan yang mungkin diintip orang? (MEMICU PRIVASI/HARGA DIRI) Apakah BAB di sembarang tempat itu lebih banyak mendatangkan manfaat atau lebih banyak kerugiannya? Apakah kita mau begini terus? Kalau tidak harus bagaimana? Adakah atau siapa yang mau berubah? Apa yang akan dilakukan setelah ini? Minta masyarakat yang mau berubah (membuat jamban) untuk ke depan dan berikan apresiasi (tepuk tangan) Minta mereka (yang mau berubah) untuk menanda tangani ‘kontrak sosial’ (komitmen pembuatan jamban) Sepakati jadwal pertemuan berikutnya (RTL) Tutup pertemuan dengan ucapan terimakasih kepada masyarakat
TIM PEMICU Peran Tugas Lead Facilitator (1 orang) Fasilitator utama, yang menjadi motor utama proses fasilitasi, biasanya 1 orang Co – Facilitator (2 atau 3 orang) Membantu fasilitator utama dalam memfasilitasi proses sesuai dengan kesepakatan awal atau tergantung pada perkembangan situasi. Content Recorder (1 atau 2 orang) Perekam proses, bertugas mencatat proses dan hasil untuk kepentingan dokumentasi / pelaporan program.
TIM PEMICU Peran Tugas Process Facilitator ( 1 orang) Penjaga alur proses fasilitasi, bertugas mengontrol agar proses sesuai alur dan waktu, dengan cara mengingatkan fasilitator (dengan kode-kode yang disepakati) bilamana ada hal-hal yang perlu dikoreksi. Environment Setter ( 2 orang) Penata suasana, menjaga suasana ‘serius’ proses fasilitasi, misalnya dengan: mengajak anak-anak bermain agar tidak mengganggu proses (sekaligus juga bisa mengajak mereka terlibat dalam kampanye sanitasi, misalnya dengan: menyanyi bersama, meneriakkan slogan, dsb.), mengajak berdiskusi, memisah partisipan yang mendominasi atau mengganggu proses dari kelompok, dsb.