Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah: Penyebab, Dampak, dan Implikasi Kebijakan Budiono MET-FEB-UNPAD Disampaikan dalam rangka Seminar: Unpad Merespons: Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah dan Dampaknya bagi Perekonomian Domestik Bandung, 21 Oktober 2015
Outline Perkembangan Eksternal dan Internal sd Agt ‘15 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Tahun 2015 Kerangka Teori: Faktor-faktor yang menentukan Nilai Tukar Isu-isu utama ekonomi internasional Indonesia Analisis Data Implikasi Kebijakan
Rangkuman Perkembangan sd Agustus 2015 China men-"devaluasi" mata uangnya pada bulan Agustus 2015 untuk menstimulasi aktivitas ekonomi dan mendukung internasionalisasi yuan. Sementara itu Pelemahan yuan dan berbagai mata uang lain serta risalah rapat the Fed yang dianggap "dovish" menurunkan peluang kenaikan Fed rate di bulan September 2015. Pasar keuangan Malaysia menghadapi tekanan berat akibat kombinasi kejatuhan harga minyak, normalisasi kebijakan moneter AS, skandal keuangan, serta profil ULN yang relatif tidak sehat.
Rangkuman Perkembangan sd Agustus 2015 Pertumbuhan ekonomi Indonesia sedikit melambat menjadi 4,67% y/y pada kuartal II 2015 dari 4,72% pada kuartal sebelumnya akibat pelemahan permintaan domestik. Sementara itu Defisit neraca berjalan sedikit meningkat ke US$ 4,48 miliar (2,05% PDB) pada kuartal II 2015 dari US$ 4,1 miliar (1,92% PDB) pada kuartal sebelumnya. Neraca pembayaran mengalami defisit sebesar US$ 2,93 miliar. Pemerintah mengajukan defisit sebesar Rp 273,18 triliun (2,1% PDB) untuk tahun anggaran 2016. Alokasi belanja infrastruktur naik 7,99% menjadi Rp 313,5 triliun. Langkah devaluasi Yuan menimbulkan gejolak pada pasar keuangan dunia serta berpotensi memicu timbulnya "currency war". Secara umum pasar keuangan global: valas, saham, dan surat utang menunjukkan adanya tekanan yang signifikan pada bulan Juli- Agustus 2015.
Rangkuman Perkembangan sd Agustus 2015 Perlambatan aktivitas ekonomi telah menyebabkan turunnya jumlah uang beredar yang kemudian menimbulkan dampak negatif terhadap kinerja profitabilitas industri perbankan. Kontraksi pada pendapatan bunga serta peningkatan cost of fund, membuat manajemen bank harus mencari cara untuk memperbaiki sumber pendapatan dan pengeluaran. Kondisi fundamental supply-demand batubara tampaknya belum mendukung arah pemulihan harga hingga akhir tahun. Tekanan terhadap harga diperkirakan semakin kuat menyusul adanya sinyal perlambatan impor dari India.
Rangkuman Perkembangan sd Agustus 2015 Kebijakan pelemahan yuan memberikan sentimen negatif terhadap harga batubara karena adanya persepsi terkait pelemahan ekonomi China. Risiko industri perbankan Indonesia mengalami penurunan. Indeks Stabilitas Perbankan (Banking Stability Index, BSI) LPS pada bulan Juli 2015 menurun sebesar 6 bps dari bulan sebelumnya, atau dari 100,31 menjadi 100,25 (kategori: "Normal").
PK = Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah: PK I PK II PK = Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah: I : 9 Sept; 1. Mendorong daya saing industri nasional; 2. Mempercepat proyek strategis nasional ; dan 3. Meningkatkan investasi di sektor properti. II : 29 Sept; berisi sejumlah langkah untuk menyelesaikan kendala investasi dan perizinan. III : 7 Okt; khususnya untuk peningkatan daya beli, melalui penurunan harga BBM. IV: 15 Okt : Paket keempat ini berkaitan dengan sistem pengupahan, Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan kredit ekspor.
Kerangka Teori: Factors influencing exchange rates (via D&S) Market fundamentals Current account balances Real income Real interest rates Inflation rates Consumer preferences for domestic or foreign products Productivity changes affecting production costs Profitability and riskiness of investments
Factors influencing exchange rates Government Policy Monetary policy and fiscal policy Government trade policy Market expectations News about future market fundamentals Speculative opinion about future exchange rates
When are these factors important? Exchange rates When are these factors important? Short run (days) - financial transfers Differences in real interest rates Shifting expectations of future exchange rates Medium run (months) Economic cycles
When are these factors important? Exchange rates When are these factors important? Long run (years) - movements of goods, services, investment, influenced by: Inflation rates Investment profitability Consumer tastes Real income Productivity Trade policy
ISU-ISU UTAMA EKONOMI INDONESIA
Surplus Neraca Pembayaran berasal dari transaksi modal Sumber: BI
Transaksi Modal Jangka Pendek lebih dominan dibandingkan investasi Jangka Panjang
Ekspor Produk Primer Masih Dominan
Impor Didominasi oleh Bahan Baku dan Barang Modal Sumber: BI
Ketergantungan Terhadap USD Masih Tinggi, Walaupun Mayoritas Impor bukan dari US
Tingkat Inflasi yang relatif tinggi berdampak ke tingginya suku bunga Sumber: BI
Dominasi Kelompok kecil di Perbankan Simpanan masih didominasi sejumlah kecil nasabah yang menguasai mayoritas nilai simpanan. 99,86 % jumlah rek mempunyai simpanan sebesar 43,9% jumlah simpanan, sementara 0,14 % jumlah rekening menyimpan 56,1 % jumlah simpanan (Sumber: LPS). Untuk simpanan dengan nilai sampai dengan Rp 2 miliar, jumlah rekeningnya meningkat sebesar 0,46% (MoM) dari 161.200.105 rekening (Januari 2015) menjadi 161.939.414 rekening (Februari 2015). Jumlah nominal simpanan menurun sebesar 0,13% (MoM). Per akhir Januari 2015 jumlah nominal simpanan berjumlah Rp 1.855,4 triliun, menurun menjadi Rp 1.853 triliun (Februari 2015). Adapun untuk simpanan dengan nilai diatas Rp 2 miliar, jumlah rekeningnya meningkat 0,11% (MoM). Dari 228.433 rekening (Januari 2015) menjadi 228.689 rekening (Februari 2015). Sama halnya dengan jumlah nominal simpanan, meningkat sebesar 2,41% (MoM), dari Rp 2.313,6 triliun (Januari 2015) menjadi Rp 2.369,5 triliun (Februari 2015).
Relatif Rendahnya Posisi Cadangan Devisa Indonesia
Foreign Reserves by Selected Countries 1 People's Republic of China 3,708,950 June 2015[2] 2 Japan 1,214,125 June 2015[3] 3 Saudi Arabia 671,673 June 2015[4] 4 Switzerland 561,037 June 2015[5] 5 Republic of China (Taiwan) 421,411 June 2015[6] 6 Republic of Korea 369,954 June 2015[7][8] 7 Brazil 365,887 July 2015[9][10] Hong Kong 340,689 June 2015[11] 8 India 335,882 June 26, 2015[12][13] Eurozone 330,322 June 2015[14] 9 Russia 313,342 June 2015[15][16] 10 Singapore 253,068 June 2015[17] 11 Mexico 189,705 June 2015[18] 12 Thailand 154,476 June 2015[19] 15 Indonesia 105,078 June 2015[22][23] 16 Malaysia 104,071 June 2015[24]
Posisi Cadangan Devisa per 30 Sep ’15 adalah USD 101,720 milyar (Sumber: BI)
Implikasi kebijakan: Mengatur Permintaan dan Penawaran USD Dengan sistem nilai tukar yang fleksibel, gejolak nilai tukar sangat ditentukan oleh demand dan supply dari mata uang asing khususnya USD. Dengan berbagai permasalahan terkait transaksi internasional, maka gejolak nilai tukar akan berdampak besar bagi ekonomi domestik, dimana depresiasi/apresiasi memberikan dampak yang asimetris. Diperlukan pengelolaan terhadap permintaan thd USD yang ditentukan oleh 3 elemen; kepentingan transaksi (Impor), spekulasi, dan store of value. Diperlukan peningkatan penawaran USD yang ditentukan oleh transaksi (ekspor), insentif, keadaan ekonomi domestik, dan intervensi BI.
Implikasi Kebijakan: Memperkuat daya saing ekspor barang dan jasa agar transaksi berjalan bisa surplus (memperkuat cadangan devisa) Mengurangi ketergantungan terhadap arus modal jangka pendek (portofolio) untuk mengurangi volatilitas, dan lebih mengutamakan modal jangka panjang (FDI), untuk penguatan industri di domestik. Sedapat mungkin mengurangi ketergantungan terhadap impor dalam bentuk bahan baku dan barang modal. Sedapat mungkin mengurangi ketergantungan terhadap USD dalam transaksi baik domestik maupun impor (karena US tidak lagi dominan sebagai sumber impor Indonesia).
Implikasi Kebijakan Mengupayakan inflasi di level yang rendah agar suku bunga bisa lebih rendah untuk mendukung daya saing industri domestik. Mendorong penggunaan valuta asing, khususnya USD untuk tujuan transaksi dan memberikan disinsentif bagi penggunaan valas untuk keperluan spekulasi dan non-transaksi lainnya.
Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah? Belum efektif, khususnya dalam jangka pendek, masih butuh waktu untuk pembuktian. Dengan tujuan menggerakkan ekonomi nasional, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengeluarkan Paket Kebijakan Tahap I September 2015. Presiden menyebutkan ada 3 (tiga) langkah dalam Paket Kebijaka tersebut, yaitu: 1. Mendorong daya saing industri nasional melalui deregulasi, debirokratisasi, serta penegakan hukum dan kepastian usaha; 2. Mempercepat proyek strategis nasional dengan menghilangkan berbagai hambatan, sumbatan dalam pelaksanaan dan penyelesaian proyek strategis nasional; dan 3. Meningkatkan investasi di sektor properti. Pemerintah Indonesia merilis paket kebijakan ekonomi tahap dua berisi sejumlah langkah untuk menyelesaikan kendala investasi dan perizinan. Untuk mengatasi dampak pelemahan ekonomi yang tengah melilit perekonomian Indonesia, Rabu (7/10/2015), pemerintah meluncurkan paket kebijakan ekonomi tahap III; khususnya untuk peningkatan daya beli, melalui penurunan harga BBM. Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi Keempat pada Kamis, 15 Oktober 2015. Paket keempat ini berkaitan dengan sistem pengupahan, Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan kredit ekspor.
PK = Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah: PK I PK II PK = Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah: I : 9 Sept; 1. Mendorong daya saing industri nasional; 2. Mempercepat proyek strategis nasional ; dan 3. Meningkatkan investasi di sektor properti. II : 29 Sept; berisi sejumlah langkah untuk menyelesaikan kendala investasi dan perizinan. III : 7 Okt; khususnya untuk peningkatan daya beli, melalui penurunan harga BBM. IV: 15 Okt : Paket keempat ini berkaitan dengan sistem pengupahan, Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan kredit ekspor.
SEKIAN, Terima KASIH