MEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
MENUMBUHKAN BUDAYA AKADEMIK DI ERA KOMPETISI GLOBAL
Advertisements

Islam dan Multikulturalisme
HUBUNGAN DASAR NEGARA DENGAN KONSTITUSI
TOLERANSI DALAM BERAGAMA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MEMBANGUN PENDIDIKAN BERBASIS ISLAM RAHMATAN LIL ALAMIN
PANCASILA SEBAGAI DASAR CIVIL RELIGION
DAN DEWAN PENASEHAT FKUB DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN DI DAERAH
Memetakan Potensi konflik di Jawa Timur
PEMBINAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DAN SOSIALISASI PBM NO
PERUBAHAN SOSIAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP INSTITUSI FORMAL Prof. Dr. H. Nur Syam, Drs., MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel Surabaya, 01 Desember.
MASALAH POLITIK DI ERA REFORMASI INDONESIA
PERSPEKTIF ISLAM DALAM MEWUJUDKAN KERUKUNAN ANTAR UMAT
ISLAM, WAWASAN KEBANGSAAN DAN NASIONALISME
NILAI NASIONALISME DAN WAWASAN KEBANGSAAN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KERUKUNAN HIDUP ANTARA UMAT BERAGAMA
Disusun Oleh : Kelompok 6
TANTANGAN KEPEMIMPINAN DI ERA MASYARAKAT MODERN
PENDAHULUAN  marak terjadi aksi yang mengatasnamakan gerakan islam namun cara mengapresiasikanya memperlihatkan bahwa mereka bukan islam.  Dalam ajaran.
Aliran Sesat Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sesat diartikan “tidak melalui jalan yang benar; salah jalan; berbuat tidak senonoh; menyimpang dari kebenaran”.
FILSAFAT PANCASILA ( PANCASILA NILAI DASAR FUNDAMENTAL )
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Berinteraksi dengan sunnah
BAHAN AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PANDANGAN ISLAM TENTANG MAKNA KEHIDUPAN dan HAM
Oleh PENEGAKKAN HUKUM TERKAIT PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
ideologi Muhammadiyah: dalam Dinamika tajdid dan ijtihad
Oleh : Ronny Mugara, S.Pd., M.Pd
BAB V HUKUM, HAM DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM Nurhasan, M.Ag
Bab V HUKUM ISLAM Universitas Narotama.
BAB IX KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
PELANGGARAN HAK DAN PENGINGKARAN KEWAJIBAN SEBAGAI WARGANEGARA
UPAYA PEMBINAAN DAN MENCEGAH PAHAM RADIKALISME
Sepilis: Tak Kenal, Maka Tak Selamat
MEMBANGUN MASYARAKAT MADANI
KESADARAN BERKONSTITUSI
X MIA 1 dan X MIA 2 SEMESTER GANJIL
Pancasila Sebagai Etika Politik (2)
PANCASILA dan IMPLEMENTASINYA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAB 7 KONSEP KEKELUARGAAN DAN KEMASYARAKATAN
Pancasila Sebagai Etika Politik (2)
MATAN KEYAKINAN DAN CITA CITA (MKCH) MUHAMMADIYAH 1.Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan da’wah amar ma’ruf nahi mungkar, beraqidah Islam dan bersumber.
Bab 1 Hak Asasi Manusia.
TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA
PANCASILA DAN IMPLEMENTASI
STUDI ISLAM III Ferizka emirza Ina setiadewi
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MENINGKATKAN KEIMANAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH
NILAI-NILAI SILA PANCASILA.
Toleransi Beragama dalam Perspektif Hak Asasi Manusia (Disampaikan dalam Ujian Praktek Diseminator Angkatan I Tahun 2017 di BPSDM Kemenkumham Cinere.
Indonesia, 225 Juta penduduk, > 500 grup etnik, 17
TOLERANSI SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA
ThemeGallery PowerTemplate
Kelompok 5 Kerukunan Umat Beragama
Assalamualaikum Wr. Wb. Assalamualaikum Wr. Wb..
Disusun Oleh: Muhammad Ridwan, S.Pd.I
ALIRAN SESAT CIRI-CIRI DAN CARA-CARA MENGHINDARINYA
Workshop Pengawasan Novotel Hotel Jakarta, Mei 2017 Oleh : H. MAMAN SAEPULLOH, S.Sos., M.Si Inspektur Wilayah II, Inspektorat Jenderal Kementerian Agama.
BAB 5 KONSEP KEKELUARGAAN DAN KEMASYARAKATAN
AQIDAH UNIT 1 Kelas Bimbingan Dewasa.
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S
RESPON KITA TERHADAP TANGGAPAN ORANG LAIN
Kata kunci 1.1 Kepercayaan kepada Tuhan * Keyakinan wujudnya Tuhan
BAB 1 BELA NEGARA. Pengertian Bela Negara Lingkungan sekitar kita adalah tempat kita mencari nafkah, sumber kehidupan kita bersama. Seandainya lingkungan.
HUBUNGAN HUKUM ISLAM DG AGAMA ISLAM. Pendahuluan Sebelum masuknya hukum Islam, rakyat Indonesia menganut hukum adat yang bermacam-macam sistemnya dan.
Transcript presentasi:

MEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel

Dasar Filosofis Rukun: Orang Indonesia (khususnya Orang Jawa) selalu mengedepankan kerukunan dalam kehidupannya. Harmoni: Orang Indonesia (khususnya Orang Jawa) selalu mengedepankan keseimbangan antara mikro kosmos dan makro kosmos Selamet: Orang Indonesia (khususnya orang Jawa) sangat menjaga keselamatan baik dengan sesama manusia, alam dan Tuhan

KERUKUNAN BERAGAMA Konsepsi Alamsyah Prawiranegara, yaitu: Kerukunan antar umat beragama Kerukunan intern umat beragama Kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah

HAK BERAGAMA bahwa hak beragama adalah hak asasi manusia yg tdk dpt dikurangi dlm keadaan apapun; bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk utk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu; bahwa Pemerintah berkewajiban melindungi setiap usaha penduduk melaksanakan ajaran agama & ibadat pemeluk-pemeluknya,

PERAN PEMERINTAH Pemerintah mempunyai tugas utk memberikan bimbingan dan pelayanan agar setiap penduduk dlm melaksanakan ajaran agamanya dapat berlangsung dgn rukun, lancar, dan tertib; Arah kebijakan Pemerintah dalam pembangunan nasional di bidang agama antara lain peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman agama, kehidupan beragama, serta peningkatan kerukunan intern dan antar umat beragama; Kerukunan umat beragama merupakan pilar kerukunan bangsa dan negara

MAKNA KERUKUNAN BERAGAMA 1. Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Pemeliharaan kerukunan umat beragama adalah upaya bersama umat beragama dan Pemerintah di bidang pelayanan, pengaturan, dan pemberdayaan umat beragama.

TANTANGAN KE DEPAN Globalisasi (borderless world, borderless society) Perubahan Sosial yang sangat cepat (semakin melemahnya moralitas, kekeluargaan, kekerabatan, solidaritas sosial dan primordialitas, sebaliknya semakin menguat individualisme, konsumerisme dan kapitalisme) Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi (semakin mudahnya mengakses informasi dan melakukan komunikasi melalui interaksi dalam dunia maya)

SIKAP MASYARAKAT Mengikuti arus perubahan tanpa melakukan perlawanan sedikitpun (seluruh kehidupannya merupakan replika kehidupan modern/posmodern) Melawan dengan segenap kemampuan (menimbulkan gerakan-gerakan keagamaan yang bercorak fundamental, seperti gerakan anti Amerika oleh Imam Samodra cs) Mengikuti dengan kritis (melakukan adaptasi secara kritis teradap perubahan-perubahan tersebut, mengambil yang bermanfaat dan membuang yang madharat)

TANTANGAN UMUM KEBERAGAMAAN Liberalisme yaitu penafsiran teks yang sangat bebas dan bahkan tanpa mengindahkan terhadap kaidah-kaidah penafsiran teks. Sangat melebih-lebihkan konteks Radikalisme, yaitu penafsiran teks yang sangat ketat tanpa melakukan verifikasi empirik. Sangat melebihkan-lebihkan teks.

TANTANGAN BERAGAMA DI INDONESIA Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh lembaga-lembaga terpercaya, maka didapati kecenderungan masyarakat untuk melakukan kekerasan atas nama agama. Berikut adalah hasilnya. Survey LSI: 16,9% setuju radikalisme FPI, 11% setuju radikalisme MMI, 3,3% setuju agenda HTI dan 59,1% setuju agenda MUI (Maret 2005). Survey PPIM: 67,2% setuju ajaran Islam yang membolehkan pemukulan terhadap anak usia 10th yang tidak salat, 61,4% setuju untuk memerangi orang non muslim, 53,1% setuju hukuman untuk tafsir al-Qur.an secara liberal dipenjara, 49% setuju membela perang dengan non muslim, 47% setuju pelarangan Ahmadiyah, 20% setuju dengan bom Bali, 18% setuju perusakan gereja, 37,2% setuju larangan mengucapkan selamat hari natal. (Juni 2006).

LANJUTAN Survey PPIM: 14,7% bersedia merusak gereja, 28,7% bersedia mengusir Ahmadiyah, 34,5% memukul pencuri, 26,6% merajam pezina, 43,5% perang thad non muslim yang mengancam, 37,9% merusak pelacuran, 38,4% merusak tempat minuman keras, 38,4% mengancam orang yang menghina agama, 24% bersedia bentrok dengan polisi untuk menegakkan agama, 23,1% bersedia membela Afghanistan dan 25,2% bersedian membela Poso ( Mei 2006).

TANTANGAN LOKALISASI AGAMA Pertama, lemahnya agama-agama formal untuk menyapa terhadap kelompok-kelompok pinggiran. Agama-agama formal lebih banyak menyentuh terhadap orang-orang yang sudah Islam. Kedua, mereka belum merasakan kepuasan dengan agama formal. Munculnya aliran-aliran kepercayaan dalam banyak hal karena agama formal tidak memberikan ruang ekspressi dahaga spiritualitas. Mereka tidak hanya membutuhkan ritual-ritual formal tetapi pemenuhan hasrat spiritualitas yang lebih esoterik. Ketiga, keinginan identifikasi diri dan aktualisasi diri.

KRITERIA SESAT MUI 1) Mengingkari salah satu dari rukun iman yang ke enam, dan rukun Islam yang ke lima, 2) Meyakini dan atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan dalil syar’i (al-Qur’an dan sunnah). 3) Meyakini turunnya wahyu setelah al-Qur’an. 4) Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi al-Qur’an. 5) Melakukan penafsiran al-Qur’an yang tidak berdasarkan atas kaidah-kaidah tafsir, 6) Mengingkari kedudukan hadits Nabi sebagai sumber ajaran Islam.

LANJUTAN 6) Mengingkari kedudukan hadits Nabi sebagai sumber ajaran Islam. 7) Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para Nabi dan Rasul. 8) Mengingkari Nabi Muhammad Saw sebagai Nabi dan Rasul terakhir. 9) Mengubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syariah 10) Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i seperti mengkafirkan muslim hanya karena bukan kelompoknya

MENGEDEPANKAN KERUKUNAN pertama, menampilkan ajaran Islam yang memiliki moralitas universal. Yang diusung di dalam universalitas adalah moralitas agamanya. Agama apapun akan mengajarkan kemanusiaan, cinta dan kasih sayang, keadilan, kesetaraan, keselamatan dan perdamaian. Persoalan kemanusiaan adalah persoalan universal, sehingga harus diusung oleh semua pemeluk agama

LANJUTAN Kedua, menggalang pemahaman agama yang tidak sempit dengan klaim kebenaran yang eksklusif. Kesadaran itu bersumber dari pemahaman bahwa ada perbedaan teologis dan ritual yang tidak terbantahkan, tetapi juga ada dimensi humanitas yang dapat dipertemukan. Faham agama yang eksklusif akan berimplikasi terhadap penyangkalan diversitas kepemelukan agama yang memang menjadi keniscayaan di dunia ini

LANJUTAN Ketiga, mengembangkan sikap keberagaman yang moderat. Moderatisme adalah sikap keberagamaan yang cenderung memberikan ruang bagi yang lain untuk hidup. Melalui sikap moderat, maka orang lain dengan keyakinan berbeda, pandangan hidup berbeda dan gaya hidup berbeda adalah suatu kewajaran dan kemungkinan di dalam kehidupan

AKHIRUL KALAM Matur nuwun Terima kasih Syukran katsiran Thanks