AKUNTANSI HUBUNGAN KANTOR PUSAT DAN CABANG www.riyatnoke.wordpress.com
Terdapat perbedaan pengertian antara Cabang dan Agen Hubungan Pusat-Cabang yaitu hubungan antara kantor pusat (utama) dengan kantor pengembangan/ perwakilan yang skala usahanya lebih kecil dan merupakan bagian dari kantor pusat tersebar di daerah-daerah lain Terdapat perbedaan pengertian antara Cabang dan Agen www.riyatnoke.wordpress.com
Investasi kantor pusat ke agen hanya sebatas modal kerja saja. KANTOR CABANG Struktur organisasi dan kegiatan tidak terlepas dari kantor pusat. Sehingga kantor cabang bertanggungjawab penuh atas segala aktivitasnya ke manajemen kantor pusat. Kegiatan kantor cabang tidak terbatas pada usaha untuk memperoleh pesanan saja tetapi juga usaha untuk memenuhi pesanan yang dpt diambil dari persediaan sendiri maupun persediaan kantor pusat. Investasi kantor pusat ke cabang tidak hanya sebatas modal kerja saja tetapi semua fasilitas yang dibutuhkan dalam mendirikan kantor cabang dan permulaan operasinya kantor cabang AGEN Struktur organisasi dan kegiatan terlepas dari kantor pusat atau berdiri sendiri. Oleh karena itu satu kantor agen dapat mengageni beberapa perusahaan. Sehingga kantor agen tidak bertanggungjawab ke kantor pusat tetapi bertanggungjawab pengelola agen. Kegiatan kantor agen tidak terbatas pada usaha untuk memperoleh pesanan dan calon pembeli saja. Dengan demikian agen hanya sebagai fungsi pemasarnya saja. Investasi kantor pusat ke agen hanya sebatas modal kerja saja. www.riyatnoke.wordpress.com
Ada dua sistem yang digunakan dalam pencatatan sistem akuntansi hubungan cabang dengan pusat, yaitu melalui sistem sentralisasi dan sistem desentralisasi Dalam sistem sentralisasi, akuntansi kantor cabang diselenggarakan oleh kantor pusat, jadi hampir mirip dengan pencatatan kantor agen dimana rugi-laba kantor agen dipisahkan dari rugi-laba kantor pusat. Sistem ini cocok dipakai apabila kantor cabang letaknya dekat dengan kantor pusat dan kegiatan kantor cabang masih terbatas/ kantor cabang masih relatif kecil. www.riyatnoke.wordpress.com
Dalam sistem desentralisasi, pencatatan transaksi di kantor cabang diselenggarakan oleh kantor cabang sendiri. Namun bila dikehendaki oleh kantor pusat maka terdapat pos-pos tertentu yang pencatatannya dilakukan oleh kantor pusat. Hal yang penting mengenai akuntansi dan pencatatan sistem desentralisasi terhadap transaksi yang menghubungkan antara Pusat dengan cabang adalah Rekening Koran Timbal Balik (R/K). Sehingga pencatatan setiap transaksi dalam jurnalnya juga sedikit berbeda dengan jurnal biasa. www.riyatnoke.wordpress.com
Sistem Sentralisasi Kantor pusat mengirim kas sebesar Rp. 200.000 untuk pembukaan kantor cabang. Kas - Ktr Cabang 200.000 Kas (aktiva) 200.000 Kantor cabang membeli aktiva tetap senilai Rp. 150.000 secara kredit. Aktiva tetap - Ktr Cabang 150.000 Kas Ktr.Cabang 150.000 Pembelian barang dagangan semuanya secara kredit: Kantor Pusat Rp.1200.000, kantor cabang Rp. 800.000 Persediaan 1.200.000 Utang Dagang 1.200.000 Persed. ktr cabang 800.000 Utang Dagang 800.000 Pengiriman barang dagangan dari kantor pusat ke kantor cabang Rp. 275.000. Persediaan-Ktr Cabang 275.000 Persediaan 275.000 www.riyatnoke.wordpress.com
Penjualan barang semuanya dilakukan secara kredit: Kantor Pusat Rp Penjualan barang semuanya dilakukan secara kredit: Kantor Pusat Rp.1500.000, kantor cabang Rp. 700.000. Harga pokok atas barang dagangan yang dijual tersebut masing-masing Rp. 1000.000 dan Rp. 400.000. Piutang dagang 1.500.000 Penjualan 1.500.000 HPP 1.000.000 Persediaan 1.000.000 Piutang dagang 700.000 Penjualan 700.000 HPP 400.000 Persediaan 400.000 Penagihan piutang dagang: Kantor Pusat Rp. 1300.000, Kantor Cabang Rp. 500.000. Kas 1.300.000 Piutang Dagang 1.300.000 Kas 5.00.000 Piutang Dagang 500.000 www.riyatnoke.wordpress.com
Sistem Desentralisasi Transaksi keuangan kantor cabang di dalam sistem desentralisasi dikelompokkan menjadi 2 transaksi, yaitu: Transaksi antara kantor cabang dengan kantor pusat. Transaksi ini akan mempengaruhi hubungan kantor cabang dengan kantor pusat sehingga transaksi ini dicatat baik oleh kantor cabang maupun kantor pusat. Transaksi antara kantor cabang dengan pihak ketiga. Transaksi ini tidak mempengaruhi hubungan kantor cabang dengan kantor pusat sehingga transaksi ini tidak dicatat oleh kantor pusat. www.riyatnoke.wordpress.com
CONTOH Pada akhir periode kantor cabang menyusun laporan keuangan (financial statements) dan disampaikan kepada kantor pusat, kemudian kantor pusat menyusun laporan gabungan (combined financial statements) dengan meng-eliminasi perkiraan silang pada laporan kertas kerja (working papers/work sheets). Contoh : Dalam rangka pengembangan daerah pemasaran di Jawa- Tengah pada tanggal 1 Oktober PT. Sejahtera di Jakarta membentuk kantor cabang di kota Solo. Kantor pusat membebani cabang Solo bunga atas investasi awal sebesar 6%. Pencatatan aktiva tetap untuk Furniture & Fixture diselenggarakan di kantor pusat. Pembukuan ditutup setiap akhir bulan. Berikut transaksi selama bulan Oktober 2002 : Bina Nusantara
Bina Nusantara
Penyusunan laporan keuangan gabungan (combined financial statements) PT. Sejahtera adalah sbb :
Balanced Sheet
CONTOH Harga faktur sesuai harga eceran (Billing at retail sales price). Pada akhir periode perkiraan unrealized intercompany inventory profit disesuaikan dengan realisasi barang yang sudah dijual oleh cabang secara proporsional Contoh : Barang dengan harga pokok Rp 10.000,- difaktur ke cabang dengan harga Rp 12.000,- atau 20% diatas harga pokok. Pada akhir bulan melaporkan laba sebesar Rp 5.000,- dan sisa persediaan yang berasal dari kantor pusat sebesar Rp 8.400,-. Jurnal yang dibutuhkan adalah sbb :
Home Office Vs Branch Books
Note : Sebelum kertas kerja disusun, maka perkiraan-perkiraan reciprocal harus di rekonsiliasi.
BRANCH BILLING AT AMOUNTS OTHER THAN COST Untuk membiayai pengeluaran operasional dan investasi kantor cabang, maka biasanya kantor pusat memfaktur barang yang dikirim ke cabang dengan harga diatas harga pokok. Ada 2 metode dalam memfaktur cabang dengan harga di diatas harga pokok : Harga Faktur dengan harga arbitrase (Billing at an arbitrary rate above cost). Dalam metode ini harga arbitrase biasanya ditentukan dengan menambah harga pokok dengan biaya yang dikeluarkan oleh cabang untuk memperoleh barang dari pusat sampai ke konsumen. Harga faktur sesuai harga eceran (Billing at retail sales price). Pada akhir periode perkiraan unrealized intercompany inventory profit disesuaikan dengan realisasi barang yang sudah dijual oleh cabang secara proporsional Contoh : Barang dengan harga pokok Rp 10.000,- difaktur ke cabang dengan harga Rp 12.000,- atau 20% diatas harga pokok. Pada akhir bulan melaporkan laba sebesar Rp 5.000,- dan sisa persediaan yang berasal dari kantor pusat sebesar Rp 8.400,-. Jurnal yang dibutuhkan adalah sbb :
Jurnal Pada akhir periode , pada saat penyusunan kertas kerja / neraca lajur combined financial statements, maka selisih unrealized harus di eliminasi sbb : Untuk persediaan cabang yang terlalu tinggi di-eliminasi dengan jurnal sbb : Dr. Unrealized intercompany inventory profit … XXXXX Cr. Merchandise inventory – at beginning ……….. XXXXX Dr. Unrealized intercompany inventory profit …. XXXXX Cr. Shipment from home office ………………….. XXXXX