Pertemuan Ke-15 Rohmansyah, S.Th.I., M.Hum
Akhlaq bermasyarakat dan bernegara dalam Islam Makna hidup bermasyarakat dan bernegara. Konsep hidup bertetangga Konsep toleransi antar pemeluk agama Konsep hidup berbangsa dan bernegara
Makna Hidup Bermasyarakat Hidup bermasyarakat adalah menjalin hubungan baik dengan masyarakat dalam rangka menegakan ukhuwah islamiyah, sehingga akan tercapai kehidupan yang harmonis, rukun, damai, adil dan sejahtera. Akhlak hidup bermasyarakat antara lain bertamu, menerima tamu, dan menjalin hubungan yang baik dengan tetangga seperti silaturahim, saling menjenguk, saling menolong, dan lain-lain.
Al-Qur’an Hadis Bertamu يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّىٰ تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَىٰ أَهْلِهَا ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (النور 24: 27) “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” Hadis Nabi: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ خُصَيْفَةَ عَنْ بُسْرِ بْنِ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ كُنْتُ فِي مَجْلِسٍ مِنْ مَجَالِسِ الْأَنْصَارِ إِذْ جَاءَ أَبُو مُوسَى كَأَنَّهُ مَذْعُورٌ فَقَالَ اسْتَأْذَنْتُ عَلَى عُمَرَ ثَلَاثًا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِي فَرَجَعْتُ فَقَالَ مَا مَنَعَكَ قُلْتُ اسْتَأْذَنْتُ ثَلَاثًا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِي فَرَجَعْتُ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اسْتَأْذَنَ أَحَدُكُمْ ثَلَاثًا فَلَمْ يُؤْذَنْ لَهُ فَلْيَرْجِعْ (رواه اليخاري)
“Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdillah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Khashimah dari Busr bin Sa’id dari Abi Sa’id al-Khudri berkata, Aku berada di majelis dari majelis-majelis Anshar, tiba-tiba Abu Musa datang seperti orang yang ketakutan lalu ia berkata aku meminta izin (masuk rumah) Umar sebanyak tiga kali, namun dia tidak mengizinkan saya lalu aku kembali, lalu Abi Sa’id bertanya kepadanya, apa yang menyebabkan ia melarangmu?. Aku menjawab, aku meminta izin sebanyak tiga kali tapi ia tidak mengizinkan-ku, lalu aku kembali. Rasulullah SAW bersabda: “Apabila salah seorang di antara kalian meminta izin sebanyak tiga kali lalu ia (tuan rumah) tidak mengizinkan masuk, maka hendaklah ia kembali.” u
Hadis Menerima Tamu عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يؤذ جاره ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت (رواه البخاري) “Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda:”Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah menyakiti tetangganya, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah memulyakan tamunya dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah berkata yang baik atau diamlah.”
Hadis Menjaga Hub. Baik dengan Tetangga عَنْ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ (رواه البخاري) “Dari Sa’id dari Abi Syuraih bahwasanya Nabi SAW bersabda: “Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman demi Allah tidak beriman. Dikatakan siapa ya Rasulullah?. Beliau menjawab, orang yang tidak merasa aman tetangganya akan akan gangguannya.”
Membangun Kesalehan Sosial عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ خَمْسٌ رَدُّ السَّلَامِ وَعِيَادَةُ الْمَرِيضِ وَاتِّبَاعُ الْجَنَائِزِ وَإِجَابَةُ الدَّعْوَةِ وَتَشْمِيتُ الْعَاطِسِ (رواه البخاري)
“Dari al-Auza’I berkata telah memberitakan kepada-ku Ibnu Shihab dan berkata telah menceritakan kepada-ku Sa’id bin Musayyab bahwasanya Abu Hurairah ra berkata Aku mendengar Rasullah SAW bersabda, kewajiban seorang muslim atas muslim lainnya ada lima perkata yaitu menjawab salam, menjenguk orang yang sakit, mengantar jenazah, memenuhi undangan, mendoakan orang yang bersin”. A
Makna Hidup Bernegara Makna hidup bernegara adalah menegakan beberapa hal: Musyawarah (Syura) Menegakan keadilan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Hubungan Pemimpin dan yang Dipimpin
Pengertian Negara Negara adalah sekelompok orang yang berjumlah besar, bertempat tinggal secara permanen di suatu daerah tertentu, memiliki karakter tersendiri, system yang dipatuhi dan tegakkan serta politik yang independen.
Arti Penting Musyawarah Musyawarah adalah suatu yang sangat penting guna menciptakan peraturan di dalam masyarakat mana pun. Setiap Negara maju yang menginginkan keamanan, ketentraman, kebahagiaan, dan kesuksesan bagi rakyatnya, harus memegang prinsip musyawarah. (Yunahar, 229).
Musyawarah dalam Arti Luas Musyawarah mencakup setiap bentuk pendapat tentang semua objek dan mengenai setiap ketetapan yang dihasilkan setelah tukar pendapat termasuk mereka yang mengeluarkannya dan karakteristik dari ketetapan tersebut. Syura tidak terkhusus dan terbatas pada kekuasaan para penguasa dan terikat pada orang yang memegang kekuasaan, yang dalam menggunakannya berdasarkan wakil-wakil umat yang dikeluarkan dengan syura, sebagaimana yang dipahami oleh sebagian besar yang terkait dengan syura.
Tujuan Musyawarah Menegakan keadilan dan keseimbangan secara proposional dan tepat di antara kemerdekaan individu dan jamaah dari satu segi, dan keberadaan kekuasaan secara umum yang mewajibkan adanya batas-batas kemerdekaan yang fitri ini dari segi yang lain. Keseimbangan ditegakan melalui pikiran yang bebas dan dialog, saling bertukar pendapat berdasarkan asas-asas yang tetap dan bersumber dari aqidah dan syariat yang ada di atas kehendak setiap orang dan mengontrol pemikiran jamaah dan sistemnya.
Ciri-ciri Syura’ (Musyawarah) Syura tunduk kepada syariat dan yang terkait dengannya. Syura bukan filsafat atau doktrin politik, syura adalah prinsip sosial murni dan metode kesetiakawanan sosial yang komprehensif. Keluasan kerangkanya mencakup seluruh urusan masyarakat dan pribadi. Maka hal itu diharuskan adanya variasi hukum-hukum dikarenakan banyaknya bidang penerapannya.
Ayat al-Qur’an Tentang Syura فَبِما رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (ال عمران3: 159)
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.
Menegakan Keadilan