10 Tempat wisata di Banyumas Nama : Deaninda Sekar Pembayun Nim : 15051164 Prodi : Manajemen Tugas Aplikom
Sejarah Baturaden ASAL USUL SEJARAH BATURRADEN Sejarah atau cerita yang berhubungan dengan nama Baturraden itu ada dua versi, yaitu versi Kadipaten Kutaliman dan versi Syekh Maulana Maghribi. Baturraden berasal dari dua kata yaitu ‘Batur’ yang dalam bahasa Jawa berarti Pembantu, Teman, atau Bukit dan ‘Raden’ yang dalam bahasa juga berarti Bangsawan. Dilihat dari susunan kata- katanya, maka nama Baturraden terdiri dari kata : a. Batur – Radin, yang artinya tanah datar b. Batur – Adi, yang artinya tanah yang indah Dua macam nama tersebut bukan sesuatu nama yang berdiri sendiri tanpa ada kaitannya dengan wilayah lain sepanjang lereng Gunung Slamet dari arah barat ke timur sampai Dieng plateau (dataran tinggi Dieng). Disekitar Baturraden juga terdapat beberapa nama diawali dengan kata ‘Batur’, seperti; Batur Agung, Batur Golek, Batur Semende, Batur Sengkala, Batur Macan, Batur Duwur, Batur Wadas Galengan dan Batur Begalan.
Pancuran pitu Baturaden Pancuran Pitu (7) adalah merupakan objek wisata air panas yang bersumber dari tujuh mata air. Lokasinya terletak kurang lebih 2,5 km dari gerbang objek wisata Baturaden. Tidak sulit menemukan sumber air panas Pancuran Pitu (7) tersebut, karena lokasinya dapat ditempuh melalui dua bentuk perjalanan. yaitu dengan berjalan kaki atau dengan akses kendaraan umum ataupun pribadi. Pancuran Pitu (7) sendiri memang berupa aliran air panas yang memancar dari celah-celah bebatuan dengan ketinggian ± 1 meter. Air yang mengalir nampak mengeluarkan uap panas dan bebatuan yang dilewatinya berubah menjadi berwarna merah kecoklatan. Menelusuri kearah mana air panas tersebut mengalir, para pengunjung akan menemukan pemandangan yang belum pernah dilihat ditempat manapun sebelumnya. Sebuah tebing berwarna coklat muda diselingi warna hijau tampak mengepulkan asap. Seluruh bagian tebing tersebut dialiri air panas yang mengalir secara perlahan kebagian bawah tebing, sehingga tampak seperti batu ber-uap. Kombinasi warna yang menarik dan sangat indah sekali untuk dinikmati, suatu hal yang membuktikan bahwa warna natural memang selalu serasi dan "enak" dilihat mata. Dan beranjak dari Pancuran Pitu (7) menelusuri jalan setapak wisatawan dapat menikmati kesegaran air hangat dan dingin di Goa Selirang yaitu goa dengan bebatuan warna keemasan yang terbentuk secara alami dan Goa ini merupakan rangkaian wisata dari Pancuran Pitu (7). Seringkali banyak pengujung menikmati air hangat dan bemandian di depan goa ini.
Gunung slamet Gunung Slamet termasuk salah satu gunung di Indonesia yang populer dijadikan sebagai tujuan ekspedisi dan pendakian. Pendakian di Gunung Slamet terkenal cukup rumit. Di sepanjang jalur pendakian tidak ada air, kalaupun ada hanya terbatas. Jika pendaki melewati jalur Bambangan, masalah air biasanya dapat teratasi. Selain air, faktor rumitnya pendakian ditandai dengan kabut gunung yang sangat pekat dan berubah- ubah. Meski pendakian ke puncak Gunung Slamet dikenal cukup rumit, namun kondisi ini justru menjadi tantangan yang menarik bagi para pendaki. Semakin tantangannya berat, semakin asyik pula pendakian dilakukan. Di kaki Gunung Slamet terdapat kawasan wisata yang cukup terkenal di Jawa Tengah, yaitu obyek wisata Batu Raden dan Pemandian Air Panas Guci. Obyek wisata ini sangat luas karena di dalamnya juga terdapat beberapa wisata lain yang juga menarik untuk dikunjungi, di antaranya Taman Botani, Curug Gede, Pancuran Pitu, Pancuran Telu, Wana Wisata, Telaga Sunyi, dan Taman Kaloka Widya Mandala
Curug cipendok Curug Cipendok adalah air terjun dengan ketinggian 92 meter yang terletak di lereng Gunung Slamet. Curug Cipendok mempunyai daya tarik tersendiri, karena lingkungan masih betul-betul alami. Kesunyian juga masih sangat terasa, sebab belum banyak pelancong yang datang menikmati keindahan alamnya. Hawa di sekitarnya sejuk dan sepanjang jalan menuju ke sana terdapat area perkebunan. Di sekitar wilayahnya terdapat bumi perkemahan dan sebuah telaga yang bernama Telaga Pucung. Keindahan alam Curug Cipendok baru dilirik pemerintah kabupaten Banyumas pada tahun 1984 dan pembukaannya secara resmi sebagai obyek wisata baru dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 1987 setelah membangun sarana ala kadarnya, seperti tempat peristirahan dan mushola. Usaha-usaha peningkatan pelayanan juga masih terus dilakukan. Hal ini terbukti dengan berbagai langkah yang diambil pemerintah dalam usaha mempromosikan lewat peta pariwisata Banyumas dan pengadaan sarana demi saran untuk dapat menunjang kenyamanan pengunjung. Seperti terlihat dari pembangunan tempat bermain anak, pementasan hiburan, perbaikan jalan, penambahan obyek wisata yaitu Telaga Pucung yang berada sekitar 500 meter arah barat dari lokasi Curug, dll .
Pesona Bukit watu Meja Bukit Watu Meja untuk kalangan anak muda Purwokerto dan sekitarnya pasti sangat familiar sekali. Tempat wisata yang baru – baru ini booming karena tempat yang indah untuk dinikmati saat pagi hari maupun sore hari menjelang sunset. Bukit Watu Meja berada di Desa Tumiyang, Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas.Akses Menuju Watu Meja Desa Tumiyang, Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas.
Museum Panglima Besar Jendral Sudirman Jendral Sudirman, sosok sederhana namun namanya begitu harum ke seantero bumi Indonesia. Hampir di setiap kota di seluruh Indonesia akan dijumpai nama Jalan Jendral Sudirman sebagai jalan utamanya, sebagai bentuk penghargaan yang tinggi atas kepahlawanan Jendral Sudirman. Sebagai daerah tempat asal dan awal karier di bidang pendidikan dan militer di kawasan Banyumas, sebuah Museum Panglima Besar Jendral Sudirman berdiri cukup megah dengan luas lahan sekitar 4 hektar yang berlokasi di pintu masuk Kota Purwokerto bagian barat,Desa Karang Lewas Kecamatan Purwokerto Barat. Musium ini terdiri dari dua Iantai. Pada Iantai bawah berisi foto¬foto perjuangan Panglima Besar Jenderal Sudirman dalam merebut Yogyakarta kembali sebagai Ibu Kota Indonesia (pada saat itu) dari kolonial Belanda. Pada Iantai dua berisi relief sejarah bangsa Indonesia dalam Perang Kemerdekaan 1945 dan Patung Jenderal Soedirman duduk diatas punggung Kuda. Di dalam museum juga terdapat patung setengah badan Jendral Sudirman, duplikat tandu semasa Jendral Sudirman memimpin perang gerilya, serta foto -foto perjalanan hidup Sudirman dan perjuangan Jendral Sudirman. Jendral Sudirman Lahir pada tanggal 24 Januari 1916 di Dukuh Rembang, Desa Bodas Karangjati, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, sekitar 20 km timur laut kota Purwokerto, Jawa Tengah dan Wafat pada tanggal 29 Januari 1950 pukul 18.30 di Magelang karena kondisi kesehatan yang semakin buruk, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Jogjakarta.
Taman balai kemambang Taman Balai kembambang diresmikan oleh bupati Banyumas A. Husein pada tanggal 24 Februari 2014. Dengan tujuan menata kota dan ikut serta dalam program pemerintah Indonesia untuk melindungi, melestarikan, dan melakukan penghijauan di pusat-pusat kota. Seakan tidak mau kalah dengan kota-kota besar di Indonesia, Banyumas dengan pemerintahan yang baru dengan sigap membenahi beberapa tempat penghijauan di kota Purwokerto, seperti Taman Kota Andhang Pangrenan, Taman Satria, Alun-Alun Purwokerto, Wisata Baturaden dan mendirikan Taman Kota baru ini, Balai Kemambang.
Tempe Mendoan Salah satu makanan asli Banyumas adalah tempe mendoan. Tempe mendoan (kita sebut saja mendoan agar lebih mudah) pada dasarnya sama dengan tempe lain yang terbuat dari kedelai. Hanya saja mendoan mempunyai keunikan tersendiri, yakni cara penyajiannya. Jika kita membeli tempe goreng di tukang gorengan yang kita temui adalah tempe yang digoreng garing (kering). Mendoan tidak demikian, makanan ini disajikan dalam keadaan "mendo" yang artinya dalam bahasa indonesia adalah setengah matang. Keunikan lagi dari tempe Banyumas adalah dibuat dengan cara membus kedelai berjajar tipis dan melebar, beda dengan ten tempe dari daerah lain yang cenderung lebih tebal.
Masjid saka tunggal Masjid Saka Tunggal Baitussalam atau lebih dikenal dengan Masjid Saka Tunggal, yang terletak di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon Banyumas, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah, merupakan masjid yang di catat sebagai masjid tertua dan pertama di Indonesia. Lokasi Saka Tunggal dari jalan raya menuju pintu gerbang masjid, terbilang cukup jauh, letaknya berada di tengah suasana pedesaan Jawa yang begitu kental. Kawasan masjid ini berdekatan dengan Taman Kera, sehingga ketika berada di lokasi, kita akan disambut dengan pemandangan kera-kera yang berkeliaran bebas. Areal masjid ini terbilang luas, halamannya cukup untuk menampung beberapa kendaraan roda empat dan dua. Di depan halaman masjid juga sudah disediakan tempat berwudhu dan kamar mandi. Kondisinya rapih dan terjaga, karena masjid ini memang sudah di tetapkan sebagai kawasan cagar budaya. Di belakang masjid juga terdapat pemakaman tua dengan gerbangnya yang masih bertuliskan aksara Jawa. Makam ini secara rutin di ziarahi oleh warga muslim setempat. Masjid ini dibangun pada tahun 1288 Masehi, sebagaimana tertulis di prasasti yang terpahat di saka masjid. Masjid ini juga lebih tua dari kerajaan majapahit yang berdiri tahun 1294 Masehi, disinyalir masjid ini berdiri pada masa kerajaan Singasari. Masjid Saka Tunggal menjadi satu- satunya masjid di pulau Jawa yang dibangun jauh sebelum era Wali Sembilan (Wali Songo) yang hidup sekitar abad 15-16 Masehi. Jika dihitung mundur, masjid ini diperkirakan berdiri 2 abad sebelum era wali songo. Sejarah Masjid Saka Tunggal seringkali dikaitkan dengan Tokoh penyebar Islam di Cikakak bernama Mbah Mustolih yang hidup di masa Kesultanan Mataram Kuno. Itu sebabnya, tidak heran bila unsur kejawen masih cukup melekat. Dalam syiar Islam yang dilakukan, Mbah Mustolih memang menjadikan Cikakak sebagai “markas” dengan ditandai pembangunan masjid dengan tiang tunggal tersebut.