Mata Kuliah Manajemen Inventory & Logistic MODUL PERTEMUAN 5 (Kampus Menteng Raya) Minggu 14 Oktober 2012 Mata Kuliah Manajemen Inventory & Logistic Materi : 1. Perencanaan Kebutuhan Persediaan /MRP 2. Perencanaan Kebutuhan Distribusi Penyusun : Hasbullah, ST, MT. UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2012 ‘12 Manajemen Inventori dan Logistik Hasbullah, ST. MT. Pusat Bahan Ajar dan Elearnin g Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id 1
”jumlah” becak yang akan diproduksi. need dates tidak sama. MRP menggunakan inventori dan Bills of Materials (BOM) sebagai tambahan pada MPS untuk dijadikan input. (Gaspersz, 2004, p 129) Teknik perencanaan kebutuhan material (Material Requirement Planning, MRP) digunakan untuk perencanaan dan pengendalian item barang (komponen) yang tergantung (dependent) pada item-item di tingkat (level) yang lebih tinggi. Kebutuhan pada item-item yang bersifat tergantung merupakan hasil dari kebutuhan yang disebabkan oleh penggunaan item-item tersebut dalam memproduksi item yang lain, seperti dalam kasus di mana bahan baku dan komponen assembling yang digunakan untuk memproduksi produk jadi. Sebagai contoh, ada hubungan tiga roda untuk satu becak yang diproduksi. Jadi, permintaan untuk produk akhir (becak) mungkin bersifat kontinyu dan tidak tergantung (independent), tetapi permintaan untuk item level yang lebih rendah, yaitu roda becak adalah bersifat tergantung pada kondisi berapa ”jumlah” becak yang akan diproduksi. Sifat kebutuhan yang tergantung ini tidak terjadi secara acak, tetapi terjadi secara lumpy karena adanya penerapan jadwal produksi berdasarkan lot-lot. Meskipun item- item yang bersifat tergantung mungkin dibutuhkan secara kontinyu, item-item tersebut lebih ekonomis bila diproduksi secara lot-lot. (A.H Nasution, 2003, p 127) Lumpy demand dapat digambarkan sebagai pola yang tidak teratur dan tidak kontinyu dimana sejumlah besar permintaan dibutuhkan waktu dan hanya sedikit ataupun tidak sama sekali pada suatu waktu yang lain. (A.H Nasution, 2003, p 128) Manajemen Inventori dan Logistik Hasbullah, ST. MT. Pusat Bahan Ajar dan Elearning Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id ‘12 3
Sistem MRP memerlukan syarat pedahuluan dan asumsi-asumsi yang harus dipenuhi. Bila syarat pendahuluan dan asumsi-asumsi tersebut telah dipenuhi, maka kita bisa mengolah MRP dengan empat langkah dasar sebagai berikut: 1. Netting (Perhitungan kebutuhan bersih) Kebutuhan bersih (NR) dihitung sebgai nilai dari kebutuhan kotor (GR) minus jadwal penerimaan (SR) minus persediaan di tangan (OH). Kebutuhan bersih dianggap nol bila NR lebih kecil dari atau sama dengan nol. 2. Lotting (Penentuan ukuran lot) Langkah ini bertujuan menentukan besarnya pesanan individu yang optimal berdasarkan hasil dari perhitungan kebutuhan bersih. Metode yang umum dipakai dalam prakteknya adalah Lot-for Lot (L-4-L). 3. Offseting (Penentuan waktu pemesanan) Langkah ini bertujuan agar kebutuhan komponen dapat tersedia tepat pada saat dibutuhkan dengan memperhitungkan lead time pengadaan komponen tersebut. 4. Explosion Langkah ini merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat item (komponen) pada level yang lebih rendah daristruktur produk yang tersedia. (A.H Nasution, 2003, p 136-137) Manajemen Inventori dan Logistik Hasbullah, ST. MT. Pusat Bahan Ajar dan Elearning Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id ‘12 5