Judhistira Aria Utama, M.Si. Jur. Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Fotometri Bintang Keadaan fisis bintang dapat ditelaah baik dari spektrumnya maupun dari kuat cahayanya. Pengukuran kuat cahaya bintang ini disebut juga.
Advertisements

Dalton, Thomson, Rutherford, dan Bohr
DND Magnitudo Bolometrik  Untuk itu didefinisikan magnitudo bolometrik (m bol ) yaitu magnitudo bintang yang diukur dalam seluruh λ.  Berbagai.
Proses Pengolahan Data (Fotometri) Astronomi
Judhistira Aria Utama, M.Si. Jur. Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
Earth & Space Laboratory Department of Physics Education Faculty of Mathematics and Natural Sciences Education Judhistira Aria Utama, M.Si. TATA SURYA.
Terang Bintang Sebelum melangkah lebih jauh, akan kita tinjau terlebih dulu apa yang dimaksud dengan fotometri.
BESARAN & HUKUM MENDASAR DALAM ASTRONOMI
FISIKA MODERN By Edi Purnama ( ).
By : Dea zharfanisa Indah Athirah Nina Rahayu XII IPA +
DND-2006 Informasi yang diterima dari benda-benda langit berupa gelombang elektromagnet (cahaya)  untuk mempelajarinya diperlukan pengetahuan mengenai.
Fotometri Astronomi dan Koefisien Ekstingsi Atmosfer
Fotometri Astronomi dan Koefisien Ekstingsi Atmosfer
Judhistira Aria Utama, M.Si. Jur. Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
Rahayu Suci A Hastiningsih Muhammad Deni S Muhammad Nasrullah
FOTOMETRI BINTANG I: Sistem Magnitudo & Indeks Warna
Judhistira Aria Utama, M.Si. Jur. Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
Menurut teori modern, struktur atom :
Spektrum Gelombang Elektromagnetik
GERAK BINTANG Judhistira Aria Utama, M. Si. Lab
GUGUS BINTANG.
Judhistira Aria Utama, M.Si. Jur. Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
BINTANG DAN DINAMIKANYA
Judhistira Aria Utama, M.Si. Jur. Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
Struktur dan Dinamika Galaksi Bima Sakti
Judhistira Aria Utama, M.Si. Jur. Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
FOTOMETRI OBJEK LANGIT
RADIASI BENDA HITAM.
MATAHARI Asih Melati, M.Sc.
Bintang Bab 2 Ide Dasar: Matahari dan bintang-bintang menggunakan reaksi fusi nuklir untuk mengubah materi menjadi energi. Bintang padam ketika bahan bakar.
GLOBAL WARMING WIWI WIDYA ASTUTI E1A
Astronomi Dasar Pelatihan Guru-guru SMUN Jakarta, 20 Desember 2006
RADIASI BENDA HITAM.
Teori Kuantum. 17.1Teori Kuantum Cahaya Pada percobaan radiasi benda hitam, Planck menyimpulkan bahwa cahaya terdiri dari paket energi yg disebut kuanta.
Annida Melia Zulika Fadhilatul Ulya Santika Purnama Dewi Tika Suryani FISIKA II A.
PENJELASAN SINGKAT MENGENAI PEMANASAN GLOBAL
Astrofisika I Oleh Djoni N. Dawanas Prodi Astronomi
RADIASI BENDA HITAM.
Fotometri Bintang Keadaan fisis bintang dapat ditelaah baik dari spektrumnya maupun dari kuat cahayanya. Pengukuran kuat cahaya bintang ini disebut juga.
CAHAYA PERTEMUAN 8 HARLINDA SYOFYAN, S.Si., M.Pd
FISIKA MODERN Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika, FMIPA, Unila 1.
Modul 12. Fisika Dasar II I. FOTOMETRI Tujuan Instruksional Khusus
Koefisien Absorpsi Non Kelabu
Fisika Dasar 2 Pertemuan 3
Berkelas.
Bintang Katai Putih Terpanas!
POSTULAT KUANTISASI ENERGI DARI PLANCK
Fisika Dasar 2 Pertemuan 4
Presentasi Fisika Kuantum
Terang suatu bintang dalam astronomi dinyatakan dalam satuan magnitudo
Fotometri Bintang Oleh Departemen Astronomi FMIPA – ITB 2004
PRINSIP DASAR SPEKTROFOTOMETRI INFRA MERAH
PERALATAN DAN CARA MENGUKUR
STRUKTUR ATOM & SISTEM PERIODIK
SMA NEGERI 2 TAMBUN SELATAN
RADIASI BENDA HITAM.
Interferensi lapisan tipis dan cincin newton
Bintang Ganda.
KIMIA ANALISIS INSTRUMEN
Rina Mirdayanti, S.Si, M.Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2016
FISIKA MODERN By Amir Supriyanto.
Reaksi Nuklir dalam Matahari
Teori dan Model Atom Dalton, Thomson, Rutherford, dan Bohr.
SPEKTROSKOPI BINTANG.
ASTROFISIKA.
RADIASI BENDA HITAM.
FISIKA MODERN By Edi Purnama ( ).
Optimasi Energi Terbarukan (Radiasi Matahari)
03/08/ Pada Saat Tangan Kita Didekatkan Pada Sebuah Benda Yang Lebih Panas Dari Tubuh Kita, Maka Kita Akan Merasa Hangat. Rasa Hangat Ini Berasal.
Transcript presentasi:

Judhistira Aria Utama, M.Si. Jur. Pendidikan Fisika FPMIPA UPI FOTOMETRI BINTANG II: Ekstingsi dan Ekses Warna Magnitudo bolometrik Koreksi bolometrik Magnitudo bolometrik dan temperatur efektif Diagram Hertzsprung – Russell Kompetensi Dasar: Memahami sistem fotometri bintang Judhistira Aria Utama, M.Si. Lab. Bumi & Antariksa Jur. Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

Ekstingsi dan Ekses Warna Ruang antarbintang tidak benar-benar kosong  Foton dari sumber cahaya mengalami serapan (absorbtion)/sebaran (scattering) sebelum tiba di pengamat. Kehilangan energi yang dialami foton: ekstingsi.

Dalam rentang jarak [r, r+dr], ekstingsi dL proporsional dengan fluks L dan jarak tempuh dalam medium: dL = –Ldr . . . . . . (4-1) Faktor  mendeskripsikan seberapa efektif medium antarbintang menghalangi radiasi  Disebut opasitas [0 (transparan),  (ke- dap)].

Definisikan kuantitas tak berdimensi, tebal optis : d = dr . . . . . . (4-7) dL = –Ld . . . . . . (4-8) . . . . . . (4-9) . . . . . . (4-10) Nyatakan E0 sebagai rapat fluks di permukaan bintang, dan E(r) rapat fluks di jarak r, diperoleh:

Bila (4-11) disulihkan ke (4-10), diperoleh: L = r2F(r), L0 = R2F0 . . . . . . (4-11) Bila (4-11) disulihkan ke (4-10), diperoleh: E(r) = E0(R/r)2e- . . . . . . (4-12) Modulus jarak, sekarang dapat dituliskan ulang sebagai: m – M = –2,5 x log[E(r)/E(10)] . . . . . . (4-13) m – M = 5 x log[r/10] – 2,5log e- m – M = 5 x log[r/10] + (2,5log e) m – M = 5 x log[r/10] + A Bila opasitas konstan sepanjang garis pandang,  = r  dengan a = 2,5log(e)  magnitudo/sat. jarak m – M = 5 x log[r/10] + ar

Efek lain yang ditimbulkan oleh kehadiran materi antarbintang adalah pemerahan (reddening)  Untuk filter V: V = MV + 5log(r/10) + AV Untuk filter B: B = MB + 5log(r/10) + AB Selisih antara keduanya memberikan: B – V = MB – MV + AB – AV B – V = (B – V)0 + E(B – V); E(B – V)  ekses warna Rasio antara AV dan E(B – V) nyaris konstan untuk seluruh bintang, yaitu R = 3,2.

Magnitudo Bolometrik Berbagai magnitudo yang telah dibicarakan sebelumnya hanya diukur pada λ tertentu saja.  Perlu didefinisikan magnitudo yang diukur dalam seluruh panjang gelombang, yang disebut magnitudo bolometrik. Rumusan Pogson untuk magnitudo semu bolometrik dituliskan sebagai: mbol = -2,5 log Ebol + Cbol . . . . . . (4-14) Fluks bolometrik E = L 4  d 2 tetapan

tik (luminositas) melalui hubungan: Magnitudo mutlak bolometrik diberi simbol Mbol  Darinya dapat diperoleh informasi mengenai energi total yang dipancarkan bintang per de- tik (luminositas) melalui hubungan: Mbol – Mbol = -2,5 log L/L . . . . . . (4-15) Mbol : magnitudo mutlak bolometrik bintang Mbol : magnitudo mutlak bolometrik Matahari = 4,75 L : Luminositas bintang L : Luminositas Matahari = 3,86 x 1033 erg/det

Magnitudo bolometrik sukar ditentukan karena beberapa panjang gelombang tidak dapat menembus atmosfer Bumi. Cara tidak langsung untuk memperoleh magnitudo bolometrik adalah dengan mem-berikan koreksi pada magnitudo visual bintang. Magnitudo visual: V = -2,5 log EV + CV Magnitudo bolometrik: mbol = -2,5 log Ebol + Cbol

Dari dua persamaan di atas diperoleh: V – mbol = -2,5 log EV / Ebol + C Atau V – mbol = BC . . . . . . (4-16) BC disebut koreksi bolometrik (bolometric correction) yang harganya bergantung pada temperatur atau warna bintang. Koreksi bolometrik dapat juga dituliskan sebagai: mv – mbol = BC . . . . . . (4-17) Mv – Mbol = BC . . . . . . (4-18)

Untuk bintang yang sangat panas atau sangat dingin: sebagian besar energinya dipancarkan pada daerah ultraviolet atau inframerah, hanya sebagian kecil saja dipancarkan pada daerah visual. koreksi bolometriknya besar. Untuk bintang yang temperaturnya sedang, seperti Matahari: sebagian besar energinya dipancarkan dalam daerah visual hingga perbedaan antara mbol dan V kecil. koreksi bolometriknya mencapai harga terkecil.

Hubungan BC dengan (B – V) Bintang Deret Utama Bintang Maharaksasa B - V 0,00 -0,20 0,40 0,80 1,20 0,05 1,00 1,50 2,00 BC Koreksi bolometrik bernilai minimum (BC = 0) terjadi pada harga B – V = 0,30 Untuk bintang lainnya, apabila B – V diketahui, maka nilai BC dapat ditentukan.

mbol dan Temperatur Efektif L = 4  R2 Tef 4 R 2 E =  Tef4 (4-19) E = L 4  d 2 d  = R d . . . . . . (4-20) R  Radius sudut bintang d Subtitusikan pers. (4-20) ke pers. (4-19) diperoleh: E = 2  Tef4 . . . . . . (4-21)

Subtitusikan pers. (4-22) ke pers. (4-21): E = 2  Tef4 d  R . . . . . . (4-22)  = 2 Garis tengah sudut Subtitusikan pers. (4-22) ke pers. (4-21): E = 2  Tef4 diperoleh:  2 E =  Tef4 . . . . . . (4-23) 2 2  Untuk Matahari: E =  Tef4 . . . . . . (4-24) 2

Bandingkan fluks bintang dengan fluks Matahari:  2 Fluks bintang: E =  Tef4 1/2 1/4 2 Tef  E =  2 Tef  E Fluks Matahari: E =  Tef4 2 Jika dilogaritmakan, diperoleh: log (Tef /Tef) = 0,25 log (E /E) + 0,5 log (/) …… (4-25) Dengan menggunakan rumus Pogson, didapatkan: mbol - mbol = - 2,5 log (E/E) . . . . . . (4-26) Substitusikan pers. (4-26) ke pers. (4-25) untuk memperoleh bentuk: log Tef = log Tef  0,1 (mbol - mbol) + 0,5 (log   log ) . . . . . . (4-27)

Bila nilai-nilai untuk Matahari disubstitusikan ke pers Bila nilai-nilai untuk Matahari disubstitusikan ke pers. (4-27), dapat diperoleh bentuk yang lebih sederhana, yaitu: log Tef = 2,73 – 0,10 mbol – 0,50 log  ……(4-28) dinyatakan dalam detik busur Latihan Dari pengamatan diperoleh bahwa magnitudo semu sebuah bintang adalah mv = 10,4 dengan koreksi bolometrik BC = 0,8. Jika paralaks bintang tersebut adalah p = 0”,001, tentukan luminositas bintang! Sebuah bintang memiliki Tef = 8700 K, Mbol = 1,6 dan mbol = 0,8. Berapakah jarak, radius, dan luminositas bintang tersebut? Magnitudo semu visual bintang  Aql adalah 0,78 dengan temperatur efektif 8400 K. Jika paralaks bintang ini adalah 0”,198 dan diameter sudutnya 2,98x10-3 detik busur, tentukanlah: (i) BC (ii) Mbol (iii) L dan (iv) R!

Diagram Hertzsprung - Russell Pada tahun 1911, seorang astronom Denmark bernama Eijnar Hertzsprung membandingkan hubungan antara magni-tudo & indeks warna di dalam gugus Pleiades dan Hyades. Ejnar Herztprung (1873 – 1967) Henry Norris Russel (1877 – 1957) Kemudian pada 1913, Henry Norris Russell, seorang Ph.D dari Universi-tas Prince-ton, membuat plot hubungan antara magnitudo mutlak & spektrum bin-tang.

Hasil yang mereka peroleh sekarang dikenal sebagai diagram Hertzsprung-Russell atau diagram HR. Diagram HR menunjukkan hubungan antara luminositas (atau besaran lain yang identik, seperti magnitudo mutlak) dan temperatur efektif (atau besaran lain, seperti indeks warna (B - V) atau kelas spektrum). “Dari diagram HR terlihat bahwa bintang yang mempunyai temperatur sama dapat memiliki luminositas yang berbeda”