PENGKAJIAN NEUROLOGI Yani Sofiani.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Praktek Profesi Keperawatan KMB 1
Advertisements

Pemeriksaan Fisik Sistem Neurologi
Mekanik Tubuh & Ambulasi
Oleh : Nina Erliana, AMd.Keb.SPd. Pertemuan -5
LATIHAN FLEKIBILITAS.
Senam Hamil; Langkah bijak mempersiapkan persalinan
Roman Numeral Number Nerve Function ForamenSensory or Motor I1Olfactory SmellCribriform Plate Sensory II2Optic VisionOptic Canal Sensory III3Oculo- motor.
1. PENGUATAN ABDOMINAL DASAR
ShALAT.
Otak dan Saraf Kranial By : Dyan & Aulia.
Laki-Laki 30 tahun dengan Left Ophtalmoplegi Total ec susp
Sistem Gerak Pada Manusia
SISTEM SARAF.
Proses menelan makanan atau minuman pada manusia
Dr. JACKY MUNILSON, Sp. THT-KL Bagian THT-KL RS DR. M.Djamil Padang.
William Fleksion Exercise
Kasus SBI.
SISTEM GERAK.
Satu-Satunya Buku KKD yang Anda Butuhkan :p
SISTEM GERAK.
Menilai Tingkat Kesadaran
Pemeriksaan fisik muskuloskeletal
SARAF KRANIALIS.
LATIHAN FISIK PADA LANSIA
SENAM NIFAS Dwi Astuti,M.Kes.
RESUSITASI JANTUNG PARU
PENGKAJIAN OFTALMIK.
Rangka manusia terbagi menjadi 3 kelompok yaitu : a
Saraf Kranial.
CARA PEMERIKSAAN NEUROLOGI
Sistem Persyarafan (Neurologi)
ANAMNESA dan PEMERIKSAAN FISIK NEUROLOGI
Mengapa ? Apa yang keluar dari mulut kita hanyalah 7% dari apa yang kita komunikasikan Menambah daya tarik (attraction) Emosi berhubungan dengan Body.
1. PENGUATAN ABDOMINAL DASAR
SENAM HAMIL MATERI PERKULIAHAN MAHASISWA FISIOTERAPI
Pemeriksaan Fisik Sistem Saraf
Pengkajian Sistem Persarafan
Pemeriksaan Fisik Sesuai Sistematika Tubuh
PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR
ANAMNESA,PEMERIKSAN FISIK,ANAMNESA DAN ASUHAN PADA BAYI BARU LAHIR
William Fleksion Exercise
TES PENDENGARAN.
Biopsikologi: Anatomi sistem saraf (Bagian 2)
TES PENDENGARAN.
William Fleksion Exercise
PRESENTASI KASUS Vertigo
RAHASIA SEHAT DIBALIK GERAKAN SHOLAT
PBL gangguan pendengaran
Mempelajari Administrasi Perkantoran
BANTUAN HIDUP DASAR & RESUSITASI JANTUNG PARU
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM 12 NERVUS CRANIAL
PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR
Pemeriksaan Fisik Head And Neck
ALZHEIMER Aloysia Martha Dessy Nadia Ermelinda Soares Grace Ludji Leo
SIKAP TUBUH YANG ERGONOMI DALAM BEKERJA DAN DAMPAKNYA
Berlinda Nurcahya Dea Maudi Parahita Rifdah XI – IPA 2
TRAUMA KEPALA.
TEHNIK MENGATUR DAN MEMINDAHKAN PASIEN
Menilai Tingkat Kesadaran
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS PADA ANAK DAN BAYI
Dibuat Oleh: Bayu Arissaputra M. Rizqy Fahriansyah Muhammad Ghifari
KEDARURATAN AKIBAT PANAS DAN DINGIN
FT CARDIPULMONAR JENNIFER DHEA FISIOTERAPI 2014.
KEASADARAN DAN KETIDAKSADARAN MANUSIA
Pemeriksaan Fisik Oleh Zaenal Arifin.
Pemeriksaan tonus-kekuatan otot Sumber:Buku Pemeriksaan Klinis Neurologi Praktis Umum halaman
1. Penilaian Maturitas Neuromuskular Postur Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu sampai bayi menjadi tenang pada.
 KELOMPOK 3 ABDUL HARIS I MARSAOLY ( PO ) HASRIANI MANJE ( PO MELISA AMALIA (PO NURHAYATI USMAN (PO ) NURSYAWATI.
ROLLING DEPAN, SIKAP LILIN DAN KAPAL TERBANG PADA SENAM LANTAI.
Transcript presentasi:

PENGKAJIAN NEUROLOGI Yani Sofiani

ANAMNESIS  ALLO/ AUTO Data statistik pasien: nama, jenis kelamin, umur, tempat/ tanggal lahir, alamat, status perkawinan, pekerjaan suku bangsa, agama, kinan/ kidal Keluhan utama Riwayat perjalanan penyakit Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit dalam keluarga Riwayat sosial Kebiasaan, hobi, gizi

PEMERIKSAAN FISIK Kesadaran Rangsang meningeal Saraf Otak  12 saraf kranial Motorik Sensorik Reflek Fungsi luhur

KESADARAN KUALITATIF Observasi kesadaran ditentukan berdasarkan respon pasien terhadap rangsang nyeri, taktil, verbal dan visual Koma  tidak respon terhadap rangsangan Sopor atau semi koma  respon terhadap rangsangan nyeri masih ada, reflek masih ada, belum ada gerakan motorik spontan Somnolen, letargi  dengan rangsangan akan menimbulkan respon motorik dan verbal yang layak  akan tertidur lagi bila rangsangan dihentikan Konfusi  tampak bengong, respon psikologik lambat, jawaban pertanyaan sering kacau Delirium  ketidaksadaran terhadap sekitarnya disertai kacau motorik Apatis acuh tak acuh, malas kontak dengan sekitarnya

KESADARAN KUANTITATIF Glasgow Coma Scale  E4M6V5 Respon pasien dinilai dengan membuka mata, bicara, gerakan motorik Jika aphasia, kemampuan verbal tidak dapat dinilai jika lumpuh yang dinilai anggota gerak yang sehat EYE 4 =membuka spontan 3 = membuka dengan rangsangan perintah/ verbal 2 = membuka dengan rangsangan nyeri 1 = tidak dapat membuka mata

GCS VERBAL 5 = orientasi baik, normal 4 = disorientasi, kata-kata baik 3 = kalimat dan kata-kata tidak tepat 2 = meracau, kata-kata tidak dimengerti 1 = tidak respon MOTORIK 6 = dapat melakkan gerakan sesuai perintah 5 = dapat mengetahui arah datangnya rangsangan (lokalisasi) 4= dapat menghindari rangsangan with drawl/ adduksi 3 = abnormal fleks(dekortikasi)i bila dirangsang 2 = ekstensi (decerebrasi) bila dirangsang

RANGSANG MENINGEAL Tanda rangsangan meningeal Perangsangan meningen oleh pergeseran struktur intrakranial, ketegangan saraf spinal yang hipersensitif dan meradang Tanda kaku-kuduk Pasien berbaring tanpa bantal, dilakukan anterofleksi leher. Bila (+), adanya kekakuan dan tahanan disertai rasa nyeri dan spasme otot, dagu tidak dapat disentuh ke dada

RANGSANG MENINGEAL b. Tanda Brudzinski I Pasien baring terlentang, gerakan anterofleksi leher sampai dagu menyentuh sternum akan disusul fleksi involunter pada kedua tungkai c. Tanda brudzinski II tungkai kontra lateral Pasien baring terlentang, lakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul (+) bila terjadi fleksi involunter sendi panggul dan lutut kontralateral

RANGSANG MENINGEAL d. Tanda kernig Pasien berbaring terlentang, paha diangkat dan fleksi pada sendi panggul, kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mungkin tanpa rasa nyeri (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135 derajat disertai nyeri e. Tanda Laseque Pasien baring telentang, lakukan fleksi pada sendi panggul pada waktu tungkai dalam sikap lurus (+) bila timbul nyeri di lekuk iskhiadikus atau tahanan pada waktu fleksi < 60 derajat

Saraf Kranial Nervus I Olfactorius Tes penciuman pasien dengan mata tertutup diberikan bau yang sudah dikenal pasien seperti teh, kopi bergantian hidung kiri dan kanan Normal  normosmi Berkurang  hiposmi anosmi  tidak dapat mencium sama sekali

Saraf Kranial Nervus II Optikus  Ketajaman penglihatan Dengan tabel Snellen, hitung jari, gerakan tangan, rangsangan cahaya  Penglihatan dekat dengan membaca buku  Lapang pandang Dengan alat kampimetri/ perimetri Pasien dan pemeriksa duduk/ berdiri berhadapan jarak 60-100 cm, pasien menutup satu mata dan pemeriksa menutup juga satu mata yang berlawanan dengan mata pasien ditutup, pemeriksa menggerakkan tangan dari arah luar lapang pandang atas, bawah,dari kedua sisi

Saraf Kranial Nervus II  Reflek pupil dengan rangsangan cahaya langsung ke satu mata, liat perubahan pupil  Reflek ancam  untuk melihat fungsi batang otak Tangan pemeriksa menunjuk kema mata pasien akan timbul kedipan dari mata yang ditunjuk.

Saraf Kranial Nervus III, IV, VI Okulomotorius, trochklear, Abducens Kelopak mata Ptosis : celah kelopak mata menyempit eksoftalmus,  Gerakan bola mata  luar: VI, dalam bawah IV, lain III  Pupil. Normal ukuran 4-5 mm bentuk bulat, isokor (sama kanan kiri), posisi di tengah Miosis < 2mm, sangat kecil pin-point pupil

Saraf Kranial Nervus V Trigeminus Sensorik : Wajah dalam 3 cabang optalmik, maksilaris, mandibularis 2. Motorik : Otot pengunyah Otot maseter dan temporalis Pasien diminta menutup atau mengatupkan mulut kuat-kuat dan dipalpasi ototnya Otot pterigoideus: pasien diminta membuka mulut lihat apakah ada deviasi, gerakan rahang ke kanan dan kiri

Saraf Kranial Nervus VII Fasialis 1. Serat motorik untuk otot wajah Observasi wajah pasien waktu diam, tertawa meringis, bersiul, menutup mata Minta pasien mengerutkan dahi, menutup mata kuat- kuat, menggembungkan pipi, memperlihatkan gigi, tersenyum Normal : simetri pada semua gerakan kanan kiri

Saraf Kranial Nervus VII 2. Sensorik pengecapan Untuk lidah 2/3 depan rasa manis, asam, asin Paresis N VII perifer : separuh muka kurang setiap gerakan Paresis N VII sentral : bila otot wajah bagian bawah terkena, otot dahi normal

Saraf Kranial Nervus VIII Vestibulo koklearis  Koklearis Tes pendengaran: mendengarkan gesekan tangan pemeriksa, detik arloji Tes Rinne, Weber, Schwabach Dengan garpu tala 128, 256, 512 Rinne : garpu tala ditempel di tulang mastoid, bila tidak mendengar lagi dipindahkan ke depan liang telinga

Saraf Kranial Nervus VIII Weber: Garpu tala diletakkan dipuncak kepala atau dahi pasien Normal tidak ada lateralisasi telinga kanan kiri Tuli konduktif : lateralisasi kesisi sakit Tuli saraf :lateralisasi ke sisi sehat Schwabach Membandingkan garpu tala yang digetarkan didepan telinga pasien dengan telinga pemeriksan  Vestibularis Lihat nistagmus pada mata, keluhan vertigo

Saraf Kranial Nervus IX, X Gloso faringeus Saraf pengecapan lidah 1/3 belakang untuk rasa pahit. pasien suruh membuka mulut , liat palatum dan uvula. Ucapkan aaa Normal dinding pharing terangkat simetris, uvula ditengah bekerja sama dengan N X

Saraf Kranial Nervus X Vagus Tes menelan bersama N IX Tes artikulasi, suara serak Reflek muntah

Saraf Kranial Nervus XI Aksesorius Otot sternokleidomastoideus Pasien diminta menoleh ke satu sisi melawan tangan pemeriksa Otot trapezius Pasien disuruh mengangkat bahu pemeriksa menahan ke bawah.

Saraf Kranial Nervus XII Hipoglosus  Untuk otot intrinsik dan ekstrinsik lidah Pasien diminta untuk menjulurkan lidah kemudian menarik dan menjulurkan lidah dengan cepat liat deviasi Lesi unilateral lidah akan membelok kesisi lesi waktu dijulurkan dan pada posisi diam di dalam mulut deviasi ke sisi sehat Liat cara pasien bicara apakah ada disartri

MOTORIK Bentuk otot Tonus otot Kekuatan otot Cara berdiri / berjalan Gerakan spontan abnormal

Bentuk dan tonus otot  Observasi apakah ada hipotrofi, atrofi, hipertrofi  Tonus otot (ketegangan otot dalam keadaaan istirahat) Diraba otot bandingkan kanan kiri. Tonus meninggi akan dirasakan ada tahanan Spastik : hipertoni mengenai hanya satu sistim saja, ekstensor atau fleksor.  pada awal terasa ada tahanan, bila dilawan terus mendadak tahanan hilang (phenomena pisau lipat) Rigiditas: tahanan tersendat-sendat (fenomena roda gigi

Kekuatan otot Dinilai dalam derajat kekuatan: Derajat 5 : Normal seluruh gerakan dpt dilakukan dgn tahanan maksimal Derajat 4 : Dpt melawan gaya berat & melawan tahanan ringan & sedang dr pemeriksa Derajat 3 : Dpt melawan gaya gravitasi tetapi tdk dpt melawan tahanan dr pemeriksa Derajat 2 : Otot hanya dpt bergerak bila gaya berat dihilangkan Derajat 1 : Kontraksi otot minimal dpt terasa pd otot bersangkutan tanpa mengakibatkan gerakan Derajat 0 : Tidak ada kontraksi otot sama sekali. Paralisis total

Reflek Tendon Derajatnya : 0 = Absen reflek 1 = Menurun 2 = Normal 3 = Hiperreflek 4 = Hiperreflek dengan klonus

Reflek Persarafan segmental Jaw reflek (N V) Biceps, brachioradialis ( C 5 & C 6) Tricep ( C 7 & C 8) Platelar reflek ( L 3 & L 4) Ankle reflek ( L 5,S 1-2 )

Reflek patologis Babinski Telapak kaki digores dari tumit menyusur bagian lateral menuju pangkal ibu jari, timbul dorso fleksi ibu jari dan pemekaran jari-jari lainnya. Chadock Tanda babinski akan timbul dengan menggores punggung kaki dari arah lateral ke depan Openheim Mengurut tibia dengan ibu jari, jario telunjuk, jari tengah dari lutut menyusur kebawah (+ = babinski)

TERIMA KASIH