SILVIKULTUR INTENSIF TEKNIK Laboratorium Silvikultur&Agroforestry Fakultas Kehutanan – UGM Yogyakarta
EKOSISTEM YANG SEIMBANG DARI HUTAN ALAM TROPIS LESTARI
EKOSISTEM HUTAN ALAM PRODUKSI LESTARI
Dampak dari Problema Kehutanan potensi tegakan hutan menjadi sangat menurun Data ITTO menyebutkan bahwa produktivitas jenis komersiil hutan alam tropis sangat rendah (0,5-3,0 m3/ha/th) bila dibanding dengan hutan tanaman iklim sedang (4,0-10 m3/ha/th), biaya eksploitasinya sangat mahal (50-200$/m3) dibanding dengan hanya 15-30$/m3; daya saing produk kayu tropis alam adalah rendah.
Keharusan Permudaan Buatan (artificial regeneration) Permudaan buatan (artificial regeneration) adalah suatu proses peremajaan kembali dari suatu tegakan yang dilakukan oleh manusia. Permudaan buatan umumnya dilakukan pada areal-areal bekas tebang habis, bekas jalan sarad dan tempat penimbun kayu atau pada areal-areal yang tidak produktif baik di dalam atau di luar kawasan hutan.
Permudaan buatan Pembangunan tegakan baru Penyiapan lahan Penanaman Ruang tumbuh dipersiapkan dengan menggunakan mesin-mesin modern, herbisida atau api, atau kombinasi dari ke tiganya. Penyiapan lahan Bibit tanaman dipersiapkan dari biji-biji yang mempunyai sifat genetik unggul dan penanamannya dilakukan secara monokultur sehingga tegakan yang dihasilkan akan berupa tegakan murni Penanaman Pemeliharaan Pengendalian gulma (weeds) Pemupukan Tindakan penjarangan
Metode Permudaan Buatan Biji Langsung Bibit Tanaman Cenderung boros biji, jarang digunakan kecuali kondisi khusus : biji melimpah, kawasan yang terkena bencana alam, areal dgn topografi sulit Umum digunakan dalam silvikultur intensif : penyiapan lahan intensif, bibit unggul, pemeliharaan intensif Tegakan Seumur/Tidak Seumur
Peningkatan produktivitas Kesinambungan bahan baku kayu dan nonkayu Produk kayu (Kayu perkakas untuk bangunan rumah, perabotan rumah tangga; kayu bakar; kayu untuk industri pulp dan kertas, kayu lapis, alat olah raga, alat musik, patung, ukir-ukiran, dll) Produk non-kayu (bambu dan rotan; buah dan biji, getah Sosial-ekonomis Tujuan Permudaan Buatan Ekologis (lingkungan) Ketersediaan air yang kontinyu dengan kualitas dan kuantitas yang baik, Tersedianya udara yang segar dan tidak terpolusi Tersedianya pemandangan dan panorama alami yang indah Terpeliharanya sumberdaya genetik di alam yang merupakan bahan baku bagi pemuliaan jenis-jenis yang dibudidayakan
Keuntungan permudaan buatan Kemungkinan mengatur kerapatan, jarak tanam, komposisi jenis dan pengggunaan bibit unggul secara lebih tepat Penggunaan mesin-mesin modern pada pemanenan, penyiapan lahan, penanaman Penyeragaman jenis dan ukuran pohon (efisiensi biaya investasi dan kemudahan pengolahan kayu)
TEKNIK SILVIKULTUR INTENSIF Breeding and tree improvement Environment manipulation Integrated pest and desease Environment manipulation Intensive Silviculture Breeding and tree improvement Integrated pest and disease
Aplikasi Teknik Silvikultur Intensif 1. SistemTebang Pilih Permudaan Buatan Tebang Pilih Tanam Indonesia, Tebang Pilih Tanam Jalur, Tebang Tanam Jalur Tebang Pilih Permudaan Buatan pada Hutan Rakyat Tebang dan Tanam Rumpang 2. Tebang Habis dengan Permudaan Buatan Tebang Habis Permudaan Buatan pada Hutan Tanaman Industri, Perhutani
Uji Silvikultur (Silviculture Trial) Bibit unggul yang didapatkan melalui proses seleksi jenis dan genetik seharusnya ditanam pada kondisi lingkungan tempat tumbuh yang paling sesuai sehingga mampu memberikan kinerja pertumbuhan yang terbaik. Untuk itu maka tahap selanjutnya adalah melakukan uji-silvikultur, yaitu uji pertanaman bibit unggul pada berbagai kondisi lingkungan tempat tumbuh dan perlakuan silvikultur sehingga akan didapatkan sinergi yang terbaik bagi pertumbuhan pohon unggulan di suatu lokasi pertanaman. Dengan penerapan prinsip dan tahapan silvikultur tersebut maka dapat diyakini bahwa program peningkatan produktivitas melalui intensifikasi silvikultur dapat memberikan hasil yang terbaik.
Implementasi Intensifikasi Silvikultur di Indonesia Prinsip dan tahapan intensifikasi silvikultur telah cukup lama dipraktekan dalam pengelolaan hutan di Indonesia, yang dikemas dalam paket teknologi silvikultur intensif (SILIN). SILIN merupakan paket teknologi dalam budidaya tanaman kehutanan yang memadukan bidang pemuliaan pohon, perbaikan tempat tumbuh dan perlindungan hutan. Intensifikasi silvikultur di Indonesia diawali dengan program pemuliaan jenis Pinus merkusii yang diprakarsai oleh Almarhumah Prof. Dr. Oemi Hani’in Soeseno pada tahun 1976.
Program ini merupakan kerjasama antara Fakultas Kehutanan UGM dengan Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi (DITSI), Departemen Kehutanan dan Perum Perhutani; dan telah berhasil membangun kebun benih uji-keturunan Pinus merkusii di Cijambu-Sumedang, Baturaden-Purwokerto dan Sempolan-Jember. Kebun benih ini dibangun dari semai yang pohon induk plus-nya diseleksi dari seluruh tanaman Pinus di Jawa (Soeseno, 2001). Hasil dari program ini adalah terbangunnya tegakan Pinus dengan produktivitas dan kualitas tinggi, serta tersedianya kebun benih yang dapat menghasilkan bibit unggul.
Jati juga merupakan jenis tanaman hutan yang telah mendapatkan prioritas untuk dikembangkan teknik silvikulturnya. Intensifikasi Jati dimulai dengan program eksplorasi pohon-pohon terbaik (plus) di seluruh sebaran Jati di Indonesia baik di Jawa maupun luar Jawa pada 1997. Program kerjasama antara Fakultas Kehutanan UGM dengan Perum Perhutani ini telah melakukan seleksi terhadap 600 pohon plus Jati,dan menghasilkan 2 klon terbaik (klon no 97 dan 110) dengan perolehan genetik untuk volume kayu mencapai 13,5 % (Na’iem, 2014). Dengan menggunakan klon unggul tersebut telah dapat memberikan peningkatan produktivitas tegakan Jati yang sangat nyata, sebagaimana yang dilaporkan oleh Wibowo dkk. (2014) yang menunjukkan bahwa pada tanaman umur 9 tahun mampu menghasilkan volume kayu sebesar 156,75 m3 /ha, atau dengan riap volume adalah 17,4 m3/ha/th.
Penelitian dan pengembangan silvikultur Pinus dan Jati terus dilakukan dengan berbagai uji-silvikultur, yang antara lain: evaluasi pertumbuhan dan kebutuhan tapak; perlakuan penjarangan dan pemanfaaatan ruang bawah tegakan untuk tanaman pangan, dan strategi pengembangan tindakan silvikultur bagi pertumbuhan bibit unggul, termasuk upaya untuk menghasilkan Pinus dengan produksi getah tinggi (bocor getah). Jati dan Pinus merupakan contoh nyata bahwa melalui prinsip, tahapan dan teknik silvikultur yang tepat dapat meningkatkan produktivitas tegakan secara sangat nyata baik untuk produk kayu maupun non-kayu. Upaya seleksi dan pemuliaan untuk intensifikasi jenis-jenis lain seperti: karet meranti, akasia, eucalyptus, kayu putih, nangka, durian, mangga dan berbagai jenis pohon lain juga sudah dilakukan dan seharusnya terus dikembangkan.
Intensifikasi silvikultur mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan pengelolaan tegakan hutan tanaman yang produktif, efisien, kompetitif, sehat dan lestari. Komposisi dan struktur tegakan tersebut dapat berupa hutan alam, hutan tanaman industri, agroforestri dan hutan konservasi. Prinsip intensifikasi ini juga dapat dikembangkan untuk jenis-jenis pohon penyusun tegakan hutan yang ditujukan untuk jasa lingkungan, seperti untuk peningkatan kemampuan sistem tata-air, serapan CO2 dan kualitas udara, serta daya dukung satwa liar dan ekowisata.
Keharusan Implementasi Tenik Silvikultur dalam Pengelolaan Hutan Lestari Problema kehutanan telah menimbulkan kerusakan ekosistem hutan di berbagai wilayah, sampai dengan tingkatan kritis dan sangat kritis sehingga telah menimbulkan berbagai dampak negatip. Untuk itu implementasi pengelolaan hutan lestari merupakan keharusan. Pengelolaan hutan lestari akan dapat mewujudkan sumberdaya alam hutan yang produktif, kompetitif, efisien, sehat dan lestari; sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat, meningkatkan perekonomian bangsa; serta dapat meningkatkan fungsi hutan sebagai sistem penyangga kehidupan
Implementasi Teknologi SILIN Konsistensi Implementasi Teknologi SILIN sangat Direkomendasikan dalam Pembangun Hutan Melalui Implementasi Teknologi SILIN akan dapat Dibangun Tegakan Hutan yang Produktif, Kompetitif, Efisien, Sehat dan Lestari (ProKESL) Perlu Konsistensi Dukungan Kebijakan dan Langkah Kongkrit di Lapangan untuk Mewujudkan Tegakan yang ProKESL Terwujudnya Tegakan Hutan Tanaman yang ProKESL berarti: Peningkatan Nilai Pohon dan Tegakan Hutan, Percepatan Rotasi, Optimalisasi Hasil Panen, Pemendekan Periode Investasi, dan Pelestarian Ekosistem Tegakan Hutan yang ProKESL Diyakini akan Mampu Mewujudkan Pengelolaan Hutan Lestari dan Kesejahteraan Masyarakat
Implementasi Teknik Silvikultur dalam Pengelolaan Hutan Lestari Berbasis Ekosistem