Teori Perdagangan dan Pengalaman Pembangunan Oleh: Bakhtiar Mustari
A. Tiga Pilihan terbuka bagi NSB : Outward Looking, melihat keluar dgn me ningkatkan perdagangan internasional sbg pe nganut pasar bebas dan budaya internasional. Inward Looking, melihat ke dalam dgn mem bangun industri substitusi impor sbg penganut proteksionis dan budaya nasional. Outward n Inward Looking, melihat keluar dan ke dalam sekaligus dlm kebijakan ekonomi internasional.
Pertimbangannya tergantung pd penilaian realistis msg2 NSB atas posisinya skrg dan yad dlm masyarakat dunia. Baru kemudian ditentukan derajat keterbukaannya guna mendapatkan manfaat dan menghadapi resiko internasional Dgn kemajuan teknologi, telekomunikasi, dan transpor (3T), dunia mengalami globalisasi, shg NSB tdk mempunyai pilihan kecuali membuka diri dan melakukan perdagangan internasional
Namun sesuai sifat dan kemampuannya, strategi NSB mungkin lbh baik Outward Looking tetapi dgn arah yg berbeda, yaitu melakukan perdagangan dan kerjasama dgn NSB lain (selatan-selatan), dan Inward Looking, satu sama lain, yaitu dgn pembentukan kerjasama regional utk mencapai kemandirian kolektif (spt ASEAN)
B. Lima Pertanyaan Dasar Mengenai Perdagangan dan Pembangunan Bgm pengaruh perdagangan internasional thd kecepatan, struktur, dan karakter pertumbuhan ekonomi di NSB ?? “Perdagangan sbg mesin pertumbuhan” (trade as an engine of growth) inilah yg sebenarnya menjadi pusat perdebatan tradisional yg msh terus berlangsung
Bgm cara perdagangan internasional mengubah distribusi pendptan dan kekayaan dlm suatu neg dan antara suatu neg dgn negara lainnya ?? Apakah perdagangan itu merupakan suatu kekuatan yg cenderung menciptakan kesejahteraan domestik dan internasional atau justru sebaliknya
cendrung memperparah ketimpangan yg sdh ada ?? Dlm kalimat lain bgm segenap keuntungan maupun kerugian dari perdagangan didistribusikan ?? Siapa saja kah yg diuntungkan dan siapa pula yg dirugikan ??
Apa sajakah kondisi atau syarat yg hrs dipenuhi agar perdagangan internasional dpt membantu NSB dlm mencapai tujuan2 pembangunan nasionalnya ?? Bisakah NSB menentukan sendiri seberapa banyak mereka berdagang ?
Bertolak dari catatan pengalaman di masa lalu dan segenap penilaian mengenai masa2 mendatang, haruskah pemerintah NSB menerapkan suatu kebijakan yg berorientasi keluar, yakni dgn menjadi pendukung perdagangan bebas, berusaha menambah transfer modal, SDM, ide-ide, dan juga teknologi dari luar ??,
Atau rangkaian kebijakan yg berorientasi ke dlm dgn menerapkan proteksionisme dlm rangka memupuk kemandirian, atau mereka hrs berusaha sedemikian rupa utk mengkombinasikan keduanya, misal nya dlm bentuk pengembangan dan pe lembagaan kerjasama ekonomi regional, agar mencapai hasil yg optimal ??
Argumen2 apa yang mendukung dan yang menentang masing-masing alternatif strategi perdagangan bagi pembangunan ini ?
Pemikiran Prebisch-Singer Teori ini mengambil nama dua pakar ekonomi pembangunan Raul Prebisch dan Hans W Singer sekitar tahun 1950 an Raul Prebisch terkenal dgn bukunya yg berjudul “The Economic Development of Latin America and its Principal Problems” (New York: United Nations, 1950) Hans W Singer dikenal krn karyanya yg berjudul “The Distribution of Gains Bet ween Borrowing and Investing Countries”, American Economic Review 40 (Mei 1950)
Prebisch-Singer mengeksplorasi dampak2 negatif perdagangan internasional thd NSB pd dekade 1950 an Mereka berpendpt bhw Nilai Tukar Perda gangan (Term of Trade) neg2 Dunia Ketiga akan trs menurun akibat rendahnya elasti sitas permintaan komoditi primer thd perubahan pendapatan (pihak importir) dan harga Dlm jangka pjg, hal ini mengakibatkan ber langsungnya transfer pendapatan dari neg miskin ke neg kaya
Transfer pendapatan dari neg2 miskin ke neg2 kaya hanya bisa dicegah melalui usaha pengembangan dan perlindungan sektor manufaktur domestik di NSB (agar NSB punya industri manufaktur sendiri) dpt dilakukan melalui proses yg dikenal sbg strategi industrialisasi substitusi impor. Dgn menggunakan metoda alternatif, PBB lewat hasil penelitian Alf Maizels, menemukan bhw penurunan riil atas harga produk manufaktur yg di ekspor oleh NSB adalah sekitar 3.5 % per tahun pd dekade 1980an
Penurunan riil atas harga produk manufak tur yg diekspor oleh NSB adalah sekitar 3.5% per tahun pd dekade 1980an, atau sekitar 30% selama dekade tsb Dlm penelitian yg lbh mendetail, Alf Maizels menemukan bhw Nilai Tukar Perda gangan produk2 manufaktur NSB ke USA trs menurun selama periode tahun 1981- 1997, sedangkan harga tekstil menurun semakin cepat secara dramatis pd akhir deka de 1990-an
C. Teori Tradisional Perdagangan Internasional Teori Perdagangan Internasional dilandasi berbagai konsepsi terutama : Konsepsi Keunggulan Komparatif (Comparative Ad vantage Principle) yg menyatakan bhw sesuai ke mampuan dan SDA yg dimiliki, suatu negara akan lbh menguntungkan memproduksi dan mengekspor jenis komoditi tertentu, dan mengekspor jenis komoditi lainnya Konsepsi spesialisasi yg menyatakan bhw suatu neg lbh menguntungkan hanya melakukan produksi komoditi yg paling cocok dgn kemampuan serta SDA dan melakukan pertukaran dgn komoditi lain
Konsepsi Biaya Relatif dan Perbedaan Harga yg menyatakan bhw bbrp jenis komoditi tertentu lbh murah di produksi di suatu negara, sdg harganya relatif lbh baik/tinggi di negara lain shg lbh meng untungkan Ketiga Konsepsi tsb yg melandasi Teori dan Praktek Perdagangan Internasional yg menguntungkan, bahkan antara mitra dagang (trading partners) yg tdk seimbang sekalipun.
D. Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage) Menurut David Ricardo ada 2 (dua) pendekatan (approaches) utk membahas Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage) yaitu : Cost Comparative Advantage (Labor Effi ciency) Production Comparative Advantage (Labor Productivity)
1. Cost Comparative Advantage (Labor Efficiency) Teori David Ricardo didasarkan pd nilai TK atau Theory of Labor Value yg menyatakan bhw nilai atau harga suatu produk ditentu kan oleh jumlah wkt atau jam kerja yg di perlukan utk menghasilkan produk tsb Menurut Teori Cost Comparative Advantage (Labor Efficiency), suatu neg akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika me lakukan spesialisasi produksi dan mengekspor brg dimana neg tsb dpt berproduksi relatif lbh efisien serta meng impor brg dimana neg tsb ber produksi krg /tdk efisien
Data Hipotesis Cost Comparative Negara Produksi 1 Kg Gula 1 m kain Indonesia 3 hari kerja 4 hari kerja China 6 hari kerja 5 hari kerja
Berdasarkan data hipotesis tsb, jika ditin jau dari Keunggulan Mutlak (Absolut Adv) Adam Smith maka Ind unggul mutlak krn labor cost nya lbh effisien dibandingkan dg China,baik dlm prod 1 Kg Gula maupun prod 1 meter kain. Dgn demikian tentu tdk akan terjadi per dagangan antara kedua neg jika didasarkan pd Teori Adam Smith
Akan tetapi, berdasarkan Teori David Ricardo walaupun Ind memiliki Absolut Adv dibandingkan China utk kedua produk tsb, maka tetap dpt terjadi perdagangan inter nasional yg menguntungkan kedua negara melalui spesialisasi jika neg-neg tsb memi liki Cost Comparative Advantage atau Labor Efficiency
Data Perhitungan Cost Comparative Perbandingan Cost 1 Kg Gula 1 M Kain Indonesia/China 3/6 HK 4/5 HK China/Indonesia 6/3 HK 5/4 HK
Berdasarkan perbandingan “cost compara tive advantage” or labor efficiency tsb dpt dilihat bhw TK Ind lbh efisien dibanding kan dgn TK China dlm produksi 1 Kg gula (3/6 or ½ HK) drpd produksi 1 m kain (4/5 HK) Hal ini akan mendorong Ind melakukan spesialisasi produksi dan ekspor gula Sebaliknya, TK China ternyata lbh efisien dibandingkan dgn TK Ind dlm produksi 1m kain (5/4 HK) drpd produksi 1 Kg gula (6/3 or 2/1 HK) Hal ini mendorong China melakukan spe sialisasi produksi dan eskpor kain
Gain From Trade Ind dan China Berdasarkan matriks keunggulan komparatif Ricardo, dpt disusun perbandingan ke mampuan produksi setiap TK pada msg2 negara dlm suatu matriks yg bisa menggambarkan Gain From Trade msg2 negara setelah melakukan perdagangan (lihat matriks Gain From Trade berikut) :
Gain From Trade Based On Teori Ricardo Perbandingan Prod/TK/HK Dasar Tukar DN Neg Gula Kain Ind 1/3 Kg 1/4 m 4 Kg =3 m China 1/6 Kg 1/5 m 5 Kg = 6 m Dasar Tukar DN Alternatif Dasar Tukar D N Neg Gula Kain Ind 4 Kg 3 m 1 Kg = ¾ m or 4/3 Kg = 1 m China 5 Kg 6 m 1 Kg = 6/5 m or 5/6 Kg = 1 m
Bila Ind melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor 1 Kg gula ke China, maka Ind akan memperoleh 6/5 meter kain, sdg berdasarkan Dasar Tukar DN hanya mem peroleh ¾ meter kain Jadi dgn spesialisasi produksi dan ekspor gula, Ind akan memperoleh keuntungan sebesar : 6/5 m – ¾ m = 9/20 m Sebaliknya, bila China melakukan spesiali sasi produksi dan mengekspor 1 m kain ke Ind, maka akan diperoleh ¾ Kg gula, sdg berdasarkan Dasar Tukar DN hanya mem peroleh 5/6 Kg gula
Jika dgn spesialisasi produksi dan ekspor kain, China akan memperoleh keuntungan sebesar : 4/3 Kg – 5/6 Kg = 9/18 Kg Keuntungan yg diperoleh msg2 negara da ri perdagangan internasional ini merupa kan “gain from trade” atau manfaat perda gangan internasional krn ada nya perbe daan labor efficiency atau cost comparative advantage
2. Production Comparative Advantage (Labor Productivity) Negara Produksi Setiap TK Per Hari Kerja DTDN Indonesia 1/3 Kg gula ¼ meter sutra 4/3 Kg=1m 1 Kg=3/4m China 1/6 Kg gula 1/5 meter sutra 5/6 Kg=1m 1 Kg=6/5m
Berdasarkan analisa production comparative advantage atau labor productivity dpt dikatakan sbb : Suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan meng ekspor brg dimana negara tsb dpt berproduksi relatif lbh produktif serta meng impor brg dimana neg tsb berproduksi relatif krg/tdk produktif
Jika ditinjau dari keunggulan absolut atau absolute advantage Adam Smith, maka Indonesia unggul mutlak dlm arti labor productivity nya lbh besar dibandingkan China, baik dlm produksi gula maupun kain, ini berarti perdagangan antara kedua negara tdk akan terjadi Sebaliknya menurut David Ricardo, walau pun Indonesia memiliki keunggulan abso lut dibandingkan China utk kedua produk di atas, sebetulnya perdagangan interna sional akan dpt tetap terjadi dan mengun tungkan keduanya melalui spesialisasi di msg2 neg yg memiliki labor produktivity
Berdasarkan perbandingan “Production Comparative Advantage” or Labor Productivity di atas dpt disimpulkan sbg berikut : TK Ind lbh produktif dibandingkan TK China dlm produksi gula (6/3 Kg) drpd pro duksi kain (5/4 m) Hal ini mendorong Ind utk melakukan spe sialisasi produksi dan ekspor gula Dgn melakukan spesialisasi produksi dan ekspor gula ke China sebanyak 1 kg, akan diperoleh 6/5 m sutra, sdg kan di dlm ne geri hanya dinilai dgn ¾ m sutra.
Perbandingan Produksi Data Perhitungan Production Compara tive Advantage (labor Productivity) Perbandingan Produksi Gula Kain Indonesia/China (1/3)/(1/6)=6/3 (1/4)/(1/5) = 5/4 China/Indonesia (1/6)/(1/3)=3/6 (1/5)/(1/4)= 4/5
Jadi, Indonesia memperoleh keuntungan 6/5 m – ¾ m = 9/20 m sutra Sebaliknya, TK China lbh produktif diban ding TK Ind dlm produksi kain (4/5m) drpd produksi gula (3/6 Kg) shg mendo rong China utk melakukan spesialisasi pro duksi dan ekspor kain Dgn melakukan spesialisasi produksi dan ekspor kain ke Ind sebanyak 1 m akan di peroleh 4/3 kg gula, sdg di DN hanya di nilai dgn 5/6 kg, jadi China memperoleh keuntungan 3/4kg-5/6kg = 3/6kg or 1/2kg gula
Akhirnya dpt disimpulkan dari Teori Com parative Advantage David Ricardo, perda gangan internasional antara dua negara tetap dpt terjadi, walaupun hanya satu negara yg memiliki keunggulan absolut, asalkan msg2 negara memiliki perbedaan dlm labor efficiency (Cost Comparative Ad vantage) dan atau Labor Productivity (Production Comparative Advantage)
Kelemahan Teori Comparative Advantage Teori Comparative Advantage menjelas kan bhw perdagangan internasional dpt terjadi krn adanya perbedaan fungsi fak tor produksi (TK). Perbedaan fungsi ini menimbulkan terjadinya perbedaan pro duktivitas (Prod Comp Adv) or perbedaan efisiensi (Cost Comp Adv). Akibatnya terjadilah perbedaan harga brg yg sejenis di antara dua negara
Jika fungsi faktor produksi (TK) sama or prod dan efisiensi di kedua neg sama, maka tentu tdk akan terjadi perdag int’l krn harga brg yg sejenis akan menjadi sama di kedua neg Pd kenyataannya, walaupun fungsi faktor prod (prod & efisiensi) sama di kedua neg ternyata harga brg yg sejenis dpt berbeda shg msh dpt terjadi perdag internasional. Dlm hal ini Teori Comparative Advantage Ricardo tdk dpt menjelaskan mengapa terjadi perbedaan harga utk brg/prod sejenis walaupun fungsi faktor produksi (Prod & Eff) sama di kedua negara
Utk ini Teori Moderen dari Heckser-Ohlin atau Teori H-O menjelaskan bhw walau pun fungsi faktor produksi (TK) di kedua neg sama, perdagangan internasional akan tetap dpt terjadi. Hal ini disebabkan krn adanya perbedaan jumlah/proporsi faktor produksi yg dimiliki oleh msg2 neg, shg terjadilah perbedaan harga brg yg dihasilkan. Teori Moderen dari H-O ini yg dikenal sbg “The Proportional Factors Theory” atau Teori Kandungan Faktor Produksi
E. Teori Kandungan Faktor Produksi Teori Keunggulan Komparatif Klasik ttg perdag bebas merupakan model “statis” yg di dasarkan atas satu faktor/ variabel (Biaya TK) dan pendekatan spesialisasi penuh utk menunjukkan keuntungan/manfaat dari perdagangan Model Perdagangan Bebas dari David Ricardo dan John Stuart Mill, dimodifikasi dan disempurnakan pd abad 20 oleh dua pakar ekonomi Swedia, Eli Hecksher dan Bertil Ohlin dgn memasukan perbedaan-perbedaan faktor produksi (Tanah, TK dan Modal) pd spesialisasi internasional
Teori Perdagangan Kandungan Faktor Pro duksi (The Proportional Factor Theory) dari Hecksher-Ohlin dilandasi atas 2(dua) dasar pemikiran : Produk yg berbeda membutuhkan faktor produksi dlm proporsi relatif yg berbeda. Produk pertanian memerlukan proporsi relatif lbh banyak tenaga kerja per unit modal drpd brg manufaktur. Produk2 primer relatif merupakan komoditi inten sif- tenaga kerja (labor intensive), sdg brg2 manufaktur relatif intensif-modal (capital intensive)
Berbagai neg mempuyai kandungan faktor produksi yg berbeda Berbagai neg mempuyai kandungan faktor produksi yg berbeda. Neg maju memiliki jumlah besar modal per pekerja, shg dise but neg melimpah modal (capital-abundant countries) NSB umumnya mempunyai sedi kit modal, dan banyak tenaga kerja, shg di sebut negara melimpah tenaga kerja (labour-abundant countries)
Capital Abundant Countries cendrung me lakukan spesialisasi pd produk2 manufak tur, spt mobil, pesawat terbang, alat komu nikasi, dan komputer yg menggunakan mo dal secara intensif dlm teknologi produk sinya. Neg2 tsb akan meng-ekspor sebagian pro duk intensif modal tsb utk mendptkan (di pertukarkan dgn) produk2 intensif tenaga kerja or intensif tanah spt bahan pangan, bahan mentah, dan mineral yg paling baik diproduksi oleh neg2 yg relatif melimpah tenaga kerja
Teori ini mendorong NSB utk mengarahkan ekspornya pd produk primer yg in tensif tenaga kerja dan tanah. Memperdagangkan komoditi primer ini dgn brg2 manufaktur yg paling cocok di produksi neg maju, NSB akan memperoleh manfaat potensial yg besar dari perdagangan bebas dgn negara kaya. Doktrin perdagangan bebas ini juga men dasari ke pentingan politis neg kolonial yg mencari bahan mentah utk pengembangan industrinya, dan utk pemasaran brg2 manufaktur di koloni nya.
F. Asumsi Dasar Teori Perdagangan Bebas Teori perdagangan bebas internasional, termasuk Teori Kandungan Faktor Produksi, dilandasi atas 6 (enam) asumsi dasar : Semua sumber daya bersifat statis, jumlahnya tetap, mutunya konstan, penggunaannya penuh dan tdk ada mobilitas internasional Teknologi produksi tetap atau serupa, dan bebas tersedia bagi semua neg, selera konsumen juga tetap, dan kedaulatan konsumen bebas dari pe ngaruh produsen Di dlm negeri, faktor2 produksi mobilitasnya sem purna diantara kegiatan-kegiatan produksi, dan perekonomian sbg keseluruhan dlm persaingan sempurna, tdk ada resiko dan ketdkpastian
Pemerintah tdk berperan dlm hubungan ekonomi internasional, krn perdagangan dilakukan oleh para produsen sendiri yg ingin meminimumkan biaya dan memaksimalkan laba, shg harga2 inter nasional terbentuk dari Demand (permintaan) dan Supply (penawaran) Perdagangan berimbang utk msg2 neg setiap saat, dan semua perekonomian dpt menyesuaikan diri thd perubahan harga2 internasional dgn minimum dislokasi Keuntungan dari perdagangan (gain from trade) yg diperoleh negara memberi manfaat bagi para warga negara Asumsi2 tsb sering tdk sesuai dgn realita hubungan ekonomi internasional termasuk perdagangan internasional yg dialami oleh NSB
G. Kritik Thd Asumsi Teori Perdagangan Bebas Asumsi Sumber Daya Statis Asumsi kesempatan kerja penuh Asumsi immobilitas faktor produksi Teknologi tetap Kedaulatan konsumen Penyesuaian thd perubahan pasar dunia Persaingan sempurna
Kenaikan hasil yang makin berkurang Resiko ketidak pastian Peranan pemerintah Keseimbangan neraca pembayaran Manfaat bagi warga negara berkembang
G. Kritik Thd Asumsi Teori Perdagangan Bebas Asumsi sumber daya statis, dalam kenyataan perekonomian dunia ditandai dgn perubahan yg cepat. Model neoklasik statis digantikan dgn mo del perdagangan utara-selatan. Negara-negara kaya di belahan utara bumi secara historis me miliki sumber daya modal, kewirausahaan, tena ga terdidik/terampil, dan teknologi yg digunakan dgn intensif untuk proses produksi brg-brg perda gangan dunia dgn terms of trade yg menguntung kan, shg menciptakan kondisi dan insentif bagi pertumbuhan berkelanjutan yg makin mening kat.
Asumsi kesempatan kerja penuh Asumsi kesempatan kerja penuh dari model perdagangan tradisional dikoreksi oleh teori perdagangan internasional lobang untuk surplus (vent for suplus theory of international trade) yang pertama dirumuskan oleh Adam Smith (untuk perekonomian kolonial) kemudian dikembangkan oleh pakar ekonomi Myanmar, Hla Myint (untuk perekonomian negara berkembang)
Menurut teori ini, terbukanya pasar dunia bagi masyarakat agraris negara berkembang mencip takan kesempatan bukan untuk merealokasi sumber daya yang telah digunakan penuh (fully employed), tetapi untuk memanfaatkan sumber daya tanah dan tenaga kerja yang tidak bekerja penuh (underemployed) guna memproduksi output untuk ekspor ke pasar luar negeri Pengangguran di negara berkembang dapat dikurangi melalui penciptaan kesempatan kerja lokal dengan memberi perlindungan pada industri dalam negeri (baik pertanian maupun industri) terhadap persaingan luar negeri yang berbiaya rendah Perlindungan dilakukan melalui penciptaan ber bagai hambatan perdagangan (trade barrier) spt tarif dan kuota
Asumsi immobilitas faktor produksi Pada kenyataannya, sumber daya modal dan tenaga kerja bergerak antar negara Aliran global sumber daya memainkan peranan penting dalam investasi luar negeri dan hubungan ekonomi internasional Perusahaan-perusahaan multinasional (multinasional corporations/MNC) membawa modal, teknologi, dan SDM terampil ke seluruh dunia, termasuk negara berkembang
Dua fenomena ironis terjadi dalam perekonomian dunia saat ini : Capital Flight, modal lari dari negara berkembang yang sangat membutuhkan ke negara maju yang berlebihan untuk mendapatkan jaminan keamanan dan hasil yang lebih baik Brain Drain, tenaga terdidik/terampil pindah dari selatan ke utara untuk mendapatkan kesempatan kerja yang lebih baik
Teknologi tetap Seperti sumber daya modal yang tumbuh dengan cepat dan disebarkan keseluruh dunia untuk mendapatkan hasil yang maksimal, teknologi juga dikembangkan dengan cepat sehingga berdampak pada hubungan dagang dunia Salah satu dampak kemajuan teknologi negara maju pada penghasilan ekspor negara berkembang adalah penemuan subtitusi sintetis terhadap berbagai produk primer tradisional seperti tiruan atau sintetis : karet, wol, kapas, kulit Berbagai bahan plastik, stereofoam, fiberglass telah menggantikan produk aslinya
5. Kedaulatan Konsumen Dlm perekonomian dgn persaingan sempurna, konsumen memiliki kebebasan memilih sesuai selera dan preferensinya Namun dlm realitanya, berbagai upaya dilakukan oleh perusahaan nasional utk mempengaruhi se lera dan preferensi konsumen, bahkan utk mencip takan kebutuhan baru yg seblmnya tdk dikenal oleh masyarakat Jenis2 makanan dan minuman, hamburger, french fries, coca-cola, dan fast food lainnya dikenalkan di NSB dan akibatnya mendesak jenis2 makanan tradisional
6. Penyesuaian Thd Perobahan Pasar Dunia Penyesuaian struktur ekonomi NSB thd perobah an harga-harga dan pasar dunia jauh lbh sulit dlm realita drpd dlm teorinya Dlm perekonomian NSB yg menggantungkan pd ekspor bbrp produk primer telah dikerahkan selu ruh prasarana ekonomi dan sosial spt pengolah an, jalan, komunikasi, pengaturan kredit, pasar dsb, utk memfasilitasi produksi dan distribusi pro duk2 tsb shg tdk mudah dipindahkan ke kegiatan lainspt manufaktur
7. Persaingan Sempurna NSB yg berhasil mengembangkan produksi brg manufaktur yg berbiaya rendah, padat karya utk ekspor spt tekstil, sepatu, tas, alat olahraga, se ring mengalami hambatan tarif dan non tarif (Tariff & Non Tariff Barriers) Hambatan ini diciptakan oleh negara maju utk membatasi masuknya brg murah ke pasar domes tiknya shg akan menimbulkan pengangguran pd industri dalam negeri yg berbiaya tinggi
8. Kenaikan Hasil yg Makin Berkurang Teori perdagangan internasional tradisional meng gunakan asumsi kenaikan hasil yg tetap atau ma kin berkurang dgn meningkatnya skala produksi (fixed or diminishing return to scale of produc tion), sdg dlm realitanya terjadi kenaikan hasil yg semakin bertambah dgn meningkatnya skala pro duksi (increasing return to scale) dan krn itu biaya produksi menurun shg menimbulkan mono poli di pasar dunia Ekonomi skala produksi besar dan posisi monopoli ditambah dgn kekuasaan non ekonomis dari perusahaan multinasional menyebabkan neg industri dpt melestarikan posisi dominan nya di pasar dunia. Dgn demikian pasar dunia tdk mengandung persaingan murni, tetapi persaingan tdk sempurna (imperfect competition)
9. Resiko dan Ketdkpastian Dalam kenyataannya pasar dunia utk komoditi pri mer tdk lepas dari resiko dan ketdkpastian, oleh krn itu konsentrasi pd satu atau dua ekspor produk primer dpt menimbulkan instabilitas perekonomian hal ini disebabkan krn nilai tukar dan penghasilan devisa sulit diprakirakan
10. Peranan Pemerintah Teori perdagangan internasional tradisional meng gunakan asumsi bhw pemerintah tdk berperan dlm persaingan bebas ini Dlm realitanya pemerintah nasional suatu negara dpt melakukan intervensi melalui subsidi, pajak, tarif, kuota dlm ekspor dan impor, namun di tingkat dunia, tdk ada pemerintah internasional yg efektif dpt mencegah ketdk adilan dlm perda gangan dunia Pemerintah neg industri maju justru sering ber usaha memperkuat dan melestarikan kesenjang an distribusi sumber daya dan manfaat dari per dagangan internasional melalui penciptaan skala besar dan kekuatan ekonomi
Selain itu neg kaya dpt mempengaruhi ekonomi dunia melalui ketentuan2 dlm perjanjian multila teral spt WTO Dlm perjanjian multilateral tsb dimasukkan social clauses (klausul2 sosial) yg dpt dijadikan alasan utk menolak impor dari neg berkembang, spt : @ hak azazi manusia, bhw brg2 primer itu dihasil kan dgn mengeksploitasi tenaga kerja, spt upah di bawah minimum standar, tdk diberikan jaminan sosial @ lingkungan hidup, bhw produk2 kayu itu dihasil kan tanpa memperhatikan pelestarian hutan tropis Sebaliknya utk ekspor brg2 manufaktur dari neg ma ju didukung pemerintah melalui subsidi, dumping, n keringanan pajak ekspor
11. Keseimbangan Neraca Pembayaran Sebagaimana model ekonomi keseimbangan umum persaingan sempurna, maka teori perdagangan inter nasional menggunakan asumsi bhw harga2 produk dan sumber daya dlm negeri dan internasional sela lu dpt menyesuaikan dgn kondisi2 permintaan dan penawaran Khususnya term of trade (rasio2 harga komoditi in ternasional) selalu menyesuaikan permintaan dan penawaran produk2 yg dpt diekspor dan di impor suatu neg shg perdagangan selalu seimbang, arti nya nilai ekspor selalu sama dgn nilai impor Dgn keseimbangan perdagangan dan tdk ada aliran modal internasional, maka tdk ada masalah NPI dlm teori perdagangan murni
Dlm kenyataannya, banyak NSB mengalami defisit NPI artinya aliran keluar devisa lbh banyak drpd aliran devisa masuk, shg menimbulkan terkurasnya cadangan devisa, dan kebutuhan pin jaman luar negeri Jadi pasar dlm perekonomian internasional meng andung persaingan tdk sempurna (imperfect com petition) dan sistem harga komoditi yg tidak di tentukan pasar, sehingga mekanisme penyesuai an otomatis tdk terjadi
12. Manfaat Bagi Warga NSB Dlm teori tradisional, manfaat perdagangan inter nasional akan dinikmati oleh warga negara dari neg2 yg melakukan perdagangan, termasuk neg berkembang yg ikut dlm perdagangan Realitanya di NSB terdpt kantong2 ekonomi (en clave economics) spt daerah pertambangan (mis Freeport di Irian Jaya), perkebunan (mis kelapa sawit, Sumatera), dan manufaktur (misalnya Batam) yg dimiliki asing Di daerah2 tsb perusahaan asing membayar sewa murah utk penggunaan tanah, mendatangkan mo dal dan tenaga terampil dari negaranya sendiri, menggunakan tenaga tdk terampil lokal dgn upah minimum, dan memberikan dampak kecil pd perekonomian setempat
Dlm fenomena tsb ekspor produk primer hanya menguntungkan perusahaan asing bukan warga negara setempat Utk menganalisis penerima manfaat tsb dibeda kan antara Produk Domestik Bruto/PDB (Gross Domestic Product/GDP) dan Produk Nasional Bruto/PNB (Gross National Product/GNP) PDB adalah seluruh nilai brg dan jasa yg dihasil kan (baik olehusaha nasional maupun usaha asing) dlm wilayah suatu negara selama setahun PNB adalah seluruh nilai brg dan jasa yg dihasil kan oleh usaha nasional (baik dlm wilayah atau di luar wilayah suatu negara) selama setahun
Bila PDB > PNB maka besar kemungkinan bhw ekspor akan lbh banyak memberi manfaat usaha asing yg umumnya mempunyai skala produksi yg jauh lbh besar drpd usaha nasional Selain itu, usaha2 asing di NSB sering merupakan bagian dari usaha multinasional, atau sering melakukan perdagangan dgn warga negara lain di negara maju Jadi perdagangan inter or intra industri yg terjadi kelihatannya antara neg kaya dan neg miskin, te tapi dlm kenyataan, perdagangan tsb terjadi antara negara2 kaya sendiri, shg akhirnya manfaatnya kembali ke negara kaya juga.