Pendimensian dan Evaluasi Kinerja Jaringan Telekomunikasi Rekayasa Trafik Sukiswo sukiswok@yahoo.com sukiswo@elektro.ft.undip.ac.id Rekayasa Trafik, Sukiswo
Pendimensian dan Evaluasi Kinerja Jaringan Telekomunikasi Jaringan bebas rugi Routing Pendimensian dan optimasi jaringan Evaluasi NNGOS dengan metoda Gaudreau Parameter kinerja Rekayasa Trafik, Sukiswo
Jaringan bebas rugi (Closs) Jaringan yang memberikan keadaan bahwa setiap saluran masuk yang menginginkan saluran keluar selalu dapat mencapai (menduduki) setiap saluran keluar yang bebas dan selalu ada saluran bebas Rekayasa Trafik, Sukiswo
Jaringan bebas rugi dg elemen gandeng bertangga satu Berkas masuk N N Berkas keluar Jumlah titik silang = N2 Rekayasa Trafik, Sukiswo
Jaringan bebas rugi dgn elemen gandeng bertangga dua Switch A Switch B n 1 1 n n p Ada sebanyak n2.m titik silang Ada sebanyak n.p.k titik silang N N n N = mp N = kn k m n n p Lebih banyak Dari pada satu tingkat Jumlah titik silang pada switch A = n2.m.k Jumlah titik silang pada switch B = n.p.k.m Jumlah titik silang total = n2.m.k + n.p.k.m = kn(nm)+kn(pm) = N.n.m + N2 Rekayasa Trafik, Sukiswo
Jaringan bebas rugi dgn elemen gandeng bertangga dua Agar terbentuk jaringan bebas rugi, maka N saluran masuk dari switch A harus dapat dihubungkan/disambungkan ke N saluran keluar dari switch B Gambar di atas memperlihatkan cara mendapatkan jaringan bebas rugi dengan elemengandeng bertingkat dua Rekayasa Trafik, Sukiswo
Jaringan bebas rugi dg elemen gandeng bertangga tiga 1 n 1 n 1 1 A1 C1 1 1 1 1 1 1 2 n 1 2 n 1 1 A2 1 C2 2 1 1 1 1 1 k n m k n 1 1 Ak Ck Switch B Switch A Switch C Akan ditinjau keadaan-keadaan yang memberikan kemungkinan terdapatnya hubungan antara 1 saluran masuk tertentu di switch A (kita sebut S) dengan satu saluran keluar tertentu di switch C (kita sebut D) yang masih bebas Rekayasa Trafik, Sukiswo
Jaringan bebas rugi dg elemen gandeng bertangga tiga (2) Keadaan 1 Dari n saluran masuk di salah satu switch A (misalnya A1), (n-1) saluran sudah sibuk, tinggal S yang akan menghubungi D (misalnya di C1) Dari n saluran keluar di switch C1, (n-1) saluran sudah sibuk, tinggal D yang masih bebas dan akan dihubungi S Salah satu kasus : (n-1) saluran yang sibuk di switch A1 tersebut berhubungan dengan (n-1) saluran yang sibuk di switch C1 Dalam keadaan ini, S hanya dapat berhubungan dengan D bila ada switch B ke n. Berarti jumlah switch B adalah sebanyak n (kalau tidak disediakan switch B yang ke-n, S tak dapat menghubungi D) A1 C1 n 1 n-1 (n-1) S D Rekayasa Trafik, Sukiswo
Jaringan bebas rugi dg elemen gandeng bertangga tiga (3) Keadaan 2 Dari (n-1) saluran masuk yang sibuk di switch A1, (n-2) saluran berhubungan dengan (n-2) saluran keluar di switch C1 dan 1 saluran berhubungan dengan 1 saluran bukan dari switch C1 Dari (n-1) saluran keluar yang sibuk di switch C1, (n-2) saluran berhubungan dengan (n-2) saluran masuk di switch A1 dan 1 saluran berhubungan dengan 1 saluran bukan dari switch A1 A1 C1 n+1 1 (n-1) S D n-2 Ak Ck n Jumlah switch B = n+1 Rekayasa Trafik, Sukiswo
Jaringan bebas rugi dg elemen gandeng bertangga tiga (4) Keadaan 3 (the worst) Dari (n-1) saluran masuk yang sibuk di switch A1 maupun di C1, tak ada yang dipakai untuk hubungan antara switch A1 dengan switch C1 A1 C1 2n-1 n-1 (n-1) S D Ak Ck n 1 2n-2 Rekayasa Trafik, Sukiswo
Jaringan bebas rugi dg elemen gandeng bertangga tiga (5) Jadi untuk memperoleh jaringan bebas rugi, jumlah saluran keluar di tiap switch A harus paling sedikit sebesar (2n-1). Hal ini berarti jumlah switch B juga sebanyak (2n-1) Jumlah titik silangnya : X3(N,n)=2kn(2n-1)+mk2=(2n-1)(2N+k2)=(2n-1)N(2+(N/n2)) ; dimana N=kn Untuk harga N tertentu, jumlah titik silang tergantung atas jumlah saluran per switch A (=n) 1 k m=2n-1 n Switch A Switch B N Switch C (2n-1) Rekayasa Trafik, Sukiswo
Jaringan bebas rugi dg elemen gandeng bertangga tiga (6) Mencari jumlah titik silang minimum X3(N,n)/n=0, jadi 2n3 – Nn + N = 0; sehingga N = 2n3/(n-1) 2n2 (untuk n besar) Ambil harga n=(N/2)1/2, maka jumlah titik silang total : X[N,(N/2)1/2]=[2(N/2)1/2-1].N.[2+{N/(N/2)}]={2(N/2)1/2-1}4N =2.(2N)3/2 Rekayasa Trafik, Sukiswo
Jaringan bebas rugi umum Jaringan bebas rugi 5 tingkat dapat dibuat dengan cara mengganti setiap switch B (dari jaringan bebas rugi 3 tingkat) dengan jaringan bebas rugi 3 tingkat BCD 1 k m=2n-1 n Switch A Switch BCD N Switch E (2n-1) Rekayasa Trafik, Sukiswo
Jaringan bebas rugi umum (2) 1 k1 2n1-1 n1 Switch B Switch C Switch D k Jumlah switch B =k1, saluran masuknya=n1, maka k=k1.n1; saluran keluar switch B = (2n1-1) D-E simetris dengan B-A, dan tiap switch C memiliki saluran masuk k1 dan saluran keluar k1 Maka setiap switch BCD mempunyai titik silang sebesar (2n1-1).k.(2+(k/(n1)2)) Rekayasa Trafik, Sukiswo
Jaringan bebas rugi umum (3) 1 k 2n-1 n Switch A Switch BCD N Switch E (2n-1) Jumlah titik silang total jaringan bebas rugi 5 tingkat X5(N,n,n1)=2kn(2n-1)+(2n-1) (2n1-1).k.(2+(k/(n1)2) =(2n-1){2N+[(2n1-1)N/n][2+(N/n.n12)]} Untuk memperoleh nilai minimumnya digunakan persamaan X5/ n= X5/ n1=0 ; dari sini akan diperoleh harga-harga n dan n1 yang memberikan X (titik silang) yang minimum Rekayasa Trafik, Sukiswo
Rekayasa Trafik, Sukiswo Routing Kinerja jaringan tergantung pada faktor : Konfigurasi jaringan Trafik yang ditawarkan Metoda manajemen jaringan Rekayasa Trafik, Sukiswo
Rekayasa Trafik, Sukiswo Routing Definisi routing Proses pencarian jalan yang bebas di jaringan bagi suatu panggilan untuk disambungkan dari asal ke tujuan Ruting berisi penentuan : Aturan pencarian jalan yang dapat dipakai bagi suatu hubungan panggilan dari asal-tujuan Pemilihan jalan yang akan dipakai dari jalan yang tersedia atau penentuan ketidakberhasilan suatu panggilan bila tak ada lagi jalan yang dapat dipakai Apakah hubungan akan diadakan atau tidak pada jalan yang tersedia Rekayasa Trafik, Sukiswo
Rekayasa Trafik, Sukiswo Macam-macam ruting Suatu panggilan yang datang memiliki kemungkinan untuk memilih satu dari beberapa jalan yang tersedia Ada dua cara memilih jalan Secara berurutan (sequence) Dikenal sebagai alternate routing Menurut “harga” dari jalan Harga bisa tetap (fixed), tetapi biasanya dihitung dari hasil pengamatan beberapa komponen (kondisi) jaringan Dikenal sebagai adaptive routing Rekayasa Trafik, Sukiswo
Rekayasa Trafik, Sukiswo Fixed alternate routing Bentuk ruting paling tua Contoh Kemungkinan urutan jalan OD OAD OACD OATCD Bila OD sibuk, coba OAD Bila OD dan AD sibuk, coba OACD Bila OD,AD dan AC sibuk, coba OATCD T A C O D Sentral asal (Origin) Sentral tujuan (Destination) Rekayasa Trafik, Sukiswo
Rekayasa Trafik, Sukiswo Macam-macam ruting O D A C T Sentral asal (Origin) Sentral tujuan (Destination) Tempat panggilan hilang (loss),tergantung pada sistem pengendalian penyambungan yang dipakai. Misalkan dipakai Succesive Office Control (SOC) Misalkan OD,AD, dan CD sibuk, sedangkan OA dan AC bebas, maka panggilan yang sudah sampai di C akan hilang Misalkan OD,AD,AC,dan TC sibuk, sedangkan AT bebas, maka panggilan yang sudah sampai di T akan hilang Rekayasa Trafik, Sukiswo
Rekayasa Trafik, Sukiswo Macam-macam ruting Alternate routing dapat pula dinamis Urutan pilihan berubah-ubah Alternate routing yang dinamis dan menentukan rute berdasarkan kondisi menjadi adaptive routing Tetapi alternate routing yang dinamis belum tentu adaptive routing Rekayasa Trafik, Sukiswo
Fixed Hierarchical Routing (FHR) Karena sentral memiliki hirarki Jalan yang dapat dipilih : P1-P2,P1-S2-P2,P1-S1-P2,P1-S1-S2-P2,P1-S1-T2-S2-P2,P1-S1-T1-S2-P2,P1-S1-T1-T2-S2-P2 Keuntungan : tidak ada loop cycle T1 T2 S1 S2 P1 P2 SL1 SL2 Rekayasa Trafik, Sukiswo
Dynamic Non-Hierarchical Routing (DNHR) Tiap sentral sama derajatnya (tidak ada hirarki) Suatu berkas dapat sebagai High Usage (HU) bagi aliran trafik tertentu, sekaligus dapat menjadi Final Choice/Last Choice route (FC/LC) bagi aliran trafik lain Jalan alternatenya dapat terdiri dari 2 atau 3 link seri Dengan membatasi link untuk alternate route hanya 2 potong secara seri, maka dijamin tidak ada loop cycle (tak ada sentral yang dilalui sampai 2 kali atau lebih) dan tidak begitu peka terhadap beban lebih T A B C D O O A B C D Rekayasa Trafik, Sukiswo
Dynamic Non-Hierarchical Routing (DNHR) (2) Kedinamisan DNHR ditunjukkan oleh : pilihan urutan ruting berubah berdasarkan besar trafik yang diperoleh dari prakiraan (secara off-line). Harga trafik yang didapat dari prakiraan tersebut berubah-ubah, sehingga dipakai untuk merubah urutan pilihan ruting. Bila cara prakiraan trafik tersebut berdasarkan kondisi jaringan dan updte cycle-nya cukup pendek, maka ruting dinamis ini disebut juga adaptive routing Cara pengaturan Crank Back Panggilan yang sudah sampai ke sentral tertentu dapat dikembalikan ke sentral sebelumnya karena jalan seterusnya mendapat blocking, kemudian panggilan mencari jalan lain dari sentral sebelumnya tersebut Rekayasa Trafik, Sukiswo
Path Loss Sequence (PLS) GRAPH yang digunakan untuk menggambarkan ruting dan sekaligus pengendalian penyambungannya Contoh : suatu gambar jaringan yang hanya dilengkapi dengan informasi ruting berupa garis panah 1 2 A 3 4 B Rekayasa Trafik, Sukiswo
Path Loss Sequence (PLS) (2) PLS untuk pasangan O-D : 1-2 1 2 A 3 4 B 1 2 L A Rekayasa Trafik, Sukiswo
Rekayasa Trafik, Sukiswo Path Loss Sequence (PLS) (3) PLS untuk pasangan O-D : 1-3 1 2 A 3 4 B 1 3 B L A Rekayasa Trafik, Sukiswo
Rekayasa Trafik, Sukiswo Path Loss Sequence (PLS) (4) PLS untuk pasangan O-D : 1-4 1 2 A 3 4 B 1 B 4 L A Rekayasa Trafik, Sukiswo
Pengendalian penyambungan Proses pentransferan panggilan dan letak loss yang terjadi Bil diperoleh berkas saluran yang bebas, panggilan bisa langsung ditransfer ke sentral berikutnya atau menunggu informasi berikutnya tentang ada atau tidaknya jalan bebas seterusnya conditional selection Rekayasa Trafik, Sukiswo
Pengendalian penyambungan Macam-macam pengendalian penyambungan Succesive Office Control (SOC) Pada tiap sentral terdapat kemungkinan terjadinya loss (trafik hilang) Pengendalian penyambungan selalu ditransfer ke sentral berikutnya Originating Office Control (OOC) Kemungkinan trafik hilang hanya di sentral 1 (originating office) dari pasangan O-D OOC dengan Spill Forward (OOC dengan pelimpahan ke depan) Selain sentral asal, masih terdapat beberapa sentral lainnya (tidak semuanya) yang dapat memberikan cabang loss Rekayasa Trafik, Sukiswo
Pengendalian penyambungan (2) Contoh PLS untuk OOC dengan Spill Forward O-D : 1-2 1 2 L A Rekayasa Trafik, Sukiswo
Pengendalian penyambungan (3) Contoh PLS untuk OOC dengan Spill Forward O-D : 1-3 1 3 B L A Rekayasa Trafik, Sukiswo
Pengendalian penyambungan (4) Contoh PLS untuk OOC dengan Spill Forward O-D : 1-4 1 B 4 L A Rekayasa Trafik, Sukiswo
Rekayasa Trafik, Sukiswo Influence Graph Penggambaran jaringan dengan graph selain dapat menunjukkan ruting dan pengendalian penyambungan, juga dapat digunakan untuk melihat ada tidaknya loop Contoh suatu jaringan di bawah ini B C D O A Rekayasa Trafik, Sukiswo
Rekayasa Trafik, Sukiswo Influence Graph (2) PLS (SOC) untuk O-D O D B C L Rekayasa Trafik, Sukiswo
Rekayasa Trafik, Sukiswo Influence Graph (3) PLS (SOC) untuk O-D dimodifikasi supaya ada loop O D C B L Dengan gambar PLS ini sulit untuk melihat adanya loop Rekayasa Trafik, Sukiswo
Rekayasa Trafik, Sukiswo Influence Graph (4) Pasangan O-D tanpa loop Pasangan O-D dengan loop O,D O,B O,C C,D C,B B,D O,D O,C B,O B,D C,B C,D Rekayasa Trafik, Sukiswo
Rekayasa Trafik, Sukiswo Tugas Pelajari Teorema Graph ! Rekayasa Trafik, Sukiswo