Jusuf di Kala Muda (bagian 1)

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
MODEL KELUARGA MUSLIM MASA KINI. 1. Ketika akan Menikah •Janganlah mencari Isteri, tetapi carilah Ibu bagi anak-anak kita, •Janganlah mencari Suami, tetapi.
Advertisements

Dahulu kala di negeri Cina,
A. <!--[endif]-->Pengantar
Keluarga dan Rumah Tangga
Telaah Kritis Menuju Kehidupan
PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN RA by : MOH.YANI,S.Ag,MM,M.Pd.I
MY DAD MY BEST EVER BY: MF to CQ.
DEWI NURUL MUSJTARI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
NOVEL KASIH TAK TERLARAI
Dr. Arun Ghandi adalah cucu Mahatma Gandhi dan pendiri Lembaga M. K. Gandhi untuk Gerakan Tanpa kekerasan. Pada tanggal 9 juni ia memberikan ceramah di.
PEMAHAMAN ALKITAB Interaktif Selasa, 14 Okt 2014
DATA IDENTIFIKASI DAN LINGKUNGAN
MODEL KELUARGA MUSLIM MASA KINI
Kasih Sejati Seorang Ibu
APRIYANTI, Pendidikan Karakter Anak pada Keluarga TKW di Desa Rungkang Kecamatan Losari Kabupaten Brebes.
ELIYA A' YUN, Pelaksanaan Pendidikan Moral pada Anak di Kalangan Wanita Pedagang Pasar Simo Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali.
LEBURNYA KEBHINEKAAN DALAM SALAM LEBARAN
FATIH VERWIATA NURUL AZMI, Pendidikan Karakter pada Anak dalam Lingkungan Keluarga Pedagang Kerupuk di Desa Ujungrusi Kecamatan Adiwerna Kabupaten.
MENGELOLA PERBEDAAN “MENUMBUHKAN POTENSI SETIAP KARYAWAN”
BAB 09 MOBILITAS SOSIAL Dalam sosiologi dikenal yang dinamakan dengan Mobilitas Sosial artinya adalah perpindahan status dalam stratifikasi sosial. Mobilitas.
Guru: Drs. MOHAMMAD ARIFIN, M.A..
Pertemuan 3 Charisma Ayu Pramuditha, B. Tech Mgt, MHRM
JUJUR, AMANAH, ISTIQOMAH
TAAT DAN PATUH KEPADA ORANG TUA
KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA DAN PENTINGNYA PENDIDIKAN KELUARGA BAGI ANAK PRITA KARTIKA, M.PD.
Surga di Telapak Kaki Ibu
POLA ASUH ANAK DAN REMAJA (PAR)
PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2015
Jusuf Kalla Negarawan yang Religius
Anak, Masa Depan Kita Topik ini terinspirasi dari sebuah lagu indah “Greatest Love of All”. Anak-anak adalah masa depan kita karena kita tidak pernah terlepas.
KELUARGA MUHAMMAD NOOR HIDAYAT.
Jusuf di Kala Muda (bagian 2)
BAB 10 KELUARGA DAN RUMAH TANGGA
Pendapat Tentang Sarjana
Dinamika Kebudayaan surono.
A. Pengantar Pada Bagian ini diperuntukkan bagi mahasiswa yang beragama Islam. Mahasiswa non Islam harus pula menggali ajaran-ajaran agamanya, yang menyangkut.
Nama lengkap: Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla Nama panggilan: Ucu
Maria Walanda Maramis Maria Yosephine Catharina Maramis atau yang lebih dikenal sebagai Maria Walanda Maramis adalah anak bungsu dari tiga bersaudara dari.
Pengaruh POLA KOMUNIKASI keluarga terhadap perkembangan emosi anak
TUJUAN INSTRUKSIONAL MATERI PERKULIAHAN BUKU REFERENSI QUIZ
SOPAN Hormat akan atau kepada ketertiban menurut adab yang baik, merupakan bagian dari perilaku diri yang terekspresi dari kualitas moral, nurani dan juga.
Pertemuan 12 Psikologi Pendidikan Keluarga
ASSALAMU’ALAIKUm WR WB
BAB II PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN
Anda adalah Apa yang Anda Pikirkan
BIMBINGAN KONSELING.
PERTEMUAN KE-3 DAN 4 karakter siswa
KEBUTUHAN PSIKOLOGI IBU HAMIL T I, TII, TIII
PENDIDIK.
Pendidikan Informal Kelompok 4 : 1. Muh Akmal 2. Hasniar. j 3.Indiani Sada 4.Izla Faradilla.
Prinsip dan Keyakinan Alkisah, di dalam sebuah hutan belantara hiduplah sebuah keluarga yang harmonis. Keluarga tersebut terdiri dari bapak, ibu, dan seorang.
Pengaruh Budaya terhadap Pengasuhan Olivia Tjandra Waluya, M. Si., Psi
SOSIALISASI PENDIDIKAN NILAI DAN KARAKTER DI MASYARAKAT
Beberapa Kata Kunci Karakter - Dibangun dengan keteladanan Bukan diajarkan Temperamen - Genetis (sulit diubah) Hati Nurani - Fitrah Nilai -
Analisa buku katak hendak menjadi lembu
MAKALAH SOSIOLOGI PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA IAIN ANTASARI
Yang benar vs yang salah
Persiapan Guru sebagai Fasilitator dalam Memberikan
PERTEMUAN KE-3 DAN 4 karakter siswa
PRESENTASI PPKN Anggota Kelompok : - Elizabeth M P (8B/9)
Islam Juga untuk Anak-anak
MODEL KELUARGA MUSLIM MASA KINI. 1.KETIKA AKAN MENIKAH JANGANLAH MENCARI ISTERI, TETAPI CARILAH IBU BAGI ANAK-ANAK KITA. JANGANLAH MENCARI SUAMI, TETAPI.
MODEL KELUARGA MUSLIM MASA KINI
PERTEMUAN KE 14 Belajar kepemimpinan dan manajemen dari teladan terbaik: Muhammad sebagai pemimpin bisnis dan entrepreneurship Muhammad SAW sebagai pemimpin.
FREDY AKBAR K. Tak terhingga jumlah kata dari doa yg kami panjatkan kpd-Nya utk kalian… Kami meminta kpd Allah agar kalian sehat, kuat, cerdas, sholeh,
MODEL KELUARGA MUSLIM MASA KINI
Peran Orang Tua dalam Pembangunan Keluarga dan Bina Keluarga
Bab 8 Faktor X.
Ketegaran Hidup Sang Raja Koran
Bimbingan & Konseling Islam Kls Setiap kita adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungan jawab. ada tiga hal pokok yang kita.
Transcript presentasi:

Jusuf di Kala Muda (bagian 1) Pintu itu sama sekali tidak punya salah. Namun, seorang laki-laki setengah baya menghampirinya dengan penuh amarah. Braaakkk! Pintu rumah itu ditendang sekeras-kerasnya. Akibatnya, kaki si bapak itu langsung memar dan bengkak. Tidak lama kemudian, dia pun berlalu dengan kaki terpincang. Kenapa lelaki itu teramat marah? Lelaki itu tidak lain adalah Haji Kalla, seorang saudagar di Makassar, Sulawesi Selatan. Dia marah besar akibat ulah anak lelakinya yang paling tua: Jusuf Kalla. Saat itu merupakan hari akhir bulan Ramadhan. Hari itu adalah hari terakhir puasa bagi Haji Kalla, tetapi tidak bagi Jusuf. Hari itu bersama istrinya Mufidah, Jusuf sudah pergi ke masjid. Mereka bertakbir, menunaikan shalat Idul Fitri lalu bersalaman untuk saling memaafkan. Di mata Kalla, tentu saja Jusuf melakukan kesalahan. Dia mengikuti perhitungan datangnya Syawal lebih awal dari hisab yang diyakini sang ayah. Sebagaimana Muhammadiyah lainnya saat itu, Jusuf dan istrinya merayakan lebaran lebih dahulu. Semula semua berlangsung aman tentram. Sampai saat mereka pulang ke rumah sehabis shalat Id, Kalla memergoki anaknya. Lalu terjadilah aksi sepak pintu itu. Muhammad Jusuf Kalla lahir di Bone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942. Dia lahir dari keluarga pengusaha berada. Ayahnya, Haji Kalla adalah pemilik NV Hadji Kalla di Makassar. Sementara ibunya bernama Athirah. Jusuf Kalla tumbuh dalam dua pengaruh besar. Sang ayah adalah pengikut Nahdatul Ulama, sedangkan sang ibu merupakan warga Muhammadiyah. Lambat laun Jusuf memahami perbedaan NU dan Muhammadiyah. Namun, tidak juga selamanya mulus. Misalnya, ihwal insiden sepak pintu itu. Pada akhirnya, dia pun memandang perlunya sebuah jalan tengah. Baginya, ini adalah langkah yang terbaik. “Saya suhaimi saja atau mengambil jalan tengah.” Hal itu pun bukan semata karena perbedaan ibadah, melainkan karena sikap keras sang ayah. Secara ritual, akhirnya dia mengikuti ajaran yang dianut sang bapak. “Lebaran ikut bapak, apalagi dengan otoriter. Ibu juga ikut bapak. Kami sembahyang tarawih 20 rakaat,” katanya. Berlatar belakang semacam itulah Jusuf Kalla menjadi sosok yang terbiasa menghargai orang lain, termasuk orang yang berbeda pandangan dan keyakinan dengannya. Semenjak kecil dia sudah diasuh orangtua untuk hidup sesuai ajaran agama Islam yang dianutnya, jujur, dan menghargai orang lain. “Prinsip yang ditanamkan oleh orangtua saya sebenarnya sangat sederhana, yaitu menjadi orang yang taat beragama, bekerja sebaik-baiknya (bekerja keras), jujur, dan menghormati orang lain. Salah satu sikap jujur itu adalah tidak menjadi orang yang melupakan janji atau mencederai janji,” katanya. Di pihak lain, ambisi Jusuf Kalla menjadi salah satu pimpinan tertinggi lembaga eksekutif Indonesia dapat dilacak. Ambisi-ambisi besarnya berasal dari pengasuhan dan pendidikan dalam keluarga. Sejak masih kecil, Haji Kalla menanamkan pada Jusuf bahwa anak lelaki pertama dalam keluarga harus menjadi pemimpin. Sebuah peristiwa diceritakan ibunya tentang penanaman ambisi menjadi pemimpin yang terus dikobarkan sang ayah dalam diri Jusuf Kalla. Ketika masih berada di sekolah dasar, Jusuf pernah bekerja paro waktu menjadi penjaga tempat penitipan di sekolah. Mengetahui kegiatan anaknya, sang ayah pun marah. Haji Kalla lalu menjemput Jusuf di tempat kerja, menyuruhnya pulang sambil mengatakan, “Saya membesarkan kamu bukan untuk jadi pesuruh, tapi untuk jadi pemimpin.” Kejadian itu selalu diingat Jusuf Kalla dan menjadi salah satu pengalaman yang berperan dalam pembentukan karakternya sebagai pemimpin di kemudian hari. Sebagai anak laki-laki tertua, dia diharapkan manjadi penerus memimpin usaha keluarga. Tuntutan-tuntutan ayah terinternalisasi dalam kepribadian Jusuf. Lalu berkembang menjadi ego ideal yang selalu mengingatkannya untuk terus berusaha menjadi pemimpin dengan segala kualitas terbaik. Ego ideal sebagai pemimpin memberi semacam energi yang menggerakkannya di dunia politik. Kenyataan pada awalnya Jusuf lebih banyak berkiprah di bidang bisnis tidak lepas dari peranan sang ayah. Dia melakukan identifikasi, yakni mencontoh tindakan-tindakan ayahnya dalam menghadapi tuntutan dan masalah di dalam dan di luar diri. Jusuf seolah menduplikat kiat dan nilai-nilai yang ditanamkan ayahnya, terutama mengenai keuletan, kemampuan melihat celah kesempatan dan memanfaatkannya, sifat realistis menghadapi kenyataan, berpikir taktis menggunakan prinsip ekonomi, kesederhanaan, kerja keras, serta kemampuan manajemen sang ayah dalam usaha mencapai kemajuan. Semua itu diinternalisasi ke dalam dirinya. Hal ini diperkuat dengan figur ibu yang selalu memberi penguatan pentingnya peran dan perlunya mencontoh jejak ayahnya. Perpaduan pola pengasuhan yang ditampilkan ibu dan ayah menguatkan karakter Jusuf, yang kemudian mengarahkannya menjadi pengusaha. Semenjak kecil, Jusuf Kalla adalah anak yang selalu dilindungi. Bagi orangtuanya, dia adalah putra mahkota. Sejak di Sekolah Rakyat II, Jusuf mendapat perhatian khusus untuk mengelola bisnis yang telah dirintis ayahnya. Cerita bisnis keluarga Kalla dimulai ketika Haji Kalla masih berusia muda. Ketika itu, sekitar usia 15 tahun, Haji Kalla yang yatim, mengumpulkan laba dari berjualan tekstil keliling dengan kuda dari desa ke desa. Dia lantas membuka kios di Pasar Bajoe, enam kilometer sebelah timur Watampone, ibu kota Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Ketika bisnis Haji Kalla semakin berkembang, Jusuf Kalla yang baru berusia delapan tahun kerap disuruh sang ayah ikut menjaga toko. “Saya sering diminta menjaga kasir,” katanya. Saat itu Haji Kalla membuka kios bernama ‘Sederhana’ di Jalan Wajo, Watampone. Toko tekstil plus barang kelontong itu ramai pengunjung. Di toko ini ibunya menjahit dan mewarnai benang.