Anak, Masa Depan Kita Topik ini terinspirasi dari sebuah lagu indah “Greatest Love of All”. Anak-anak adalah masa depan kita karena kita tidak pernah terlepas dari status sebagai orangtua, dan tetap bertanggung jawab sampai kapan pun sebagai ayah atau ibu dari anak-anak kita. Dalam program ini kita akan membicarakan kesadaran anak-anak kita, bahwa mereka hidup sepenuhnya hari ini, masa lalu bagi anak-anak kita banyak nyaris terlupakan. Bayangkan betapa kasihan anak-anak kita kalau dia hidup di lingkungan orangtua yang masih menyesali masa lalunya, yang takut mengenai masa depan, lalu berani mengambil jabatan sebagai ayah dan ibu, yang akan mendidik anak-anaknya menjadi pribadi yang dewasa yang anggun, dan bijak di masa depan. Anjurannya: Dahulukan kasih sayang, lihatlah mereka menjadi pribadi-pribadi yang membanggakan, yang melanjutkan keberadaan kita di kehidupan di masa depan. Anak itu akibat bukan sebab, karena Anda mengizinkan yang tidak baik untuk dilakukannya, maka dia terbiasa untuk tidak baik. Sehingga kalau Anda marah karena anak melakukan yang tidak baik, Anda harus cek apa yang telah Anda izinkan selama ini. Anda melarang hal-hal yang menjadikannya pandai dan kreatif, jadi kalau mereka menjadi tidak agresif dan cenderung pendiam, harus cek apa yang telah Anda larang padanya. Jadi kalau kita mau teliti apa yang menjadi penyebab kemarahan kita kepada anak-anak, sebetulnya kitalah yang menjadi penyebab kemarahan bagi diri kita sendiri. Bayi itu pada dasarnya tidak tahu apa-apa, yang menjadikannya dia tahu dan tidak tahu itu adalah kita. Bayi itu cermin dari diri perilaku kita, yang kita izinkan menjadi dia kuat, yang kita larangkan menjadi dia lemah.
Ada suatu pepatah mengatakan bahwa generasi pertama membangun, generasi kedua membesarkan, generasi ketiga menghancurkan. Ini ada betulnya, tetapi kita tidak bisa meng-intervensi apa yang akan terjadi. Generasi pertama bisa memulai dan menghebatkan bisnisnya karena dia mempunyai sikap generasi pertama. Ini adalah sikap orang yang masih miskin, masih membutuhkan, masih sabar untuk menunggu. Generasi kedua adalah anak orang kaya, yang tidak lagi disuruh menunggu, tidak sabar lagi dengan pendapatan kecil. Generasi ketiga adalah cucu orang kaya, yang terbiasa hidup enak dan hidup dimanja sehingga dia tidak bisa hidup mandiri. Kalau kita tahu bahwa turunnya kualitas kita, dalam memimpin kehidupan itu karena pemanjaan, maka dia akan menjaga keturunannya dalam generasi keempat, lima, enam dan seterusnya memiliki sikap generasi pertama, yang santun penuh hormat, tidak menyepelekan uang. Hati-hatilah kalau anak sudah tidak mau diantar gara-gara mobilnya tidak bagus. Untuk itu bangunlah generasi pertama walaupun Anda berada dalam generasi keempat belas. Hidup ini tidak boleh hanya bergantung dari kasih sayang, tidak harus hanya karena kita disukai. Tetapi harus karena kita mendatangkan keuntungan. Disukai atau tidak, disayangi atau tidak, kalau kita bisa mendatangkan keuntungan, mudah-mudahan kita akan ditempatkan pada tempat yang mulia. Jadilah pribadi yang membuktikan bahwa mereka yang tidak berpengetahuan mengenai masa depan itu salah. Sekali dua kali dugaan mengenai masa depan itu tepat, tidak boleh mengggantikan pengetahuan. Yang tahu masa depan itu hanya Tuhan, sebagian orang memang diberikan kemampuan untuk menduga, tapi tahu itu milik Tuhan. Dan setiap kali satu orang membuat keputusan masa depan ini berubah, karena ada pemain baru yang bersungguh-sungguh di pasar. Kalau Anda memutuskan masa depan orang lain, bukan hanya Anda saja yang berubah, maka putusan yang memengaruhi kebaikan masa depan orang lain juga.
Kalau Anda ingin memiliki anak yang membangggakan, Anda harus membayar biaya yang sepadan. Biayanya adalah bangga kepada anak kita. Banggalah kepada anak kita, melihat mereka bukan seperti anak kecil lagi, tetapi perlakukan mereka, bahwa mereka akan menjadi pribadi yang lebih baik dari orangtuanya. Apa pun kualitas yang ingin Anda lihat di anak Anda, harus menjadi kualitas Anda di hadapan anak Anda. Kadang kita melihat kehidupan ini tidak adil, tetapi itu semua diberikan supaya kita menjadi wadah yang besar bagi kemuliaan. Kemuliaan itu tidak harus terjadi di musim kita, tetapi bisa terjadi di musim anak-anak kita. Anak-anak yang dibesarkan kehilangan orangtuanya, akan menghadiahkan dengan menjadi orangtua terbaik bagi anak-anaknya. Anak-anak yang menyusahkan orangtuanya, nanti dia akan menggunakan cara pendidikan yang sama kepada dirinya, ditularkan kepada anaknya, sehingga dia disusahkan oleh anaknya. Orang yang memuliakan akan dimuliakan, orang yang menyusahkan akan disusahkan, kecuali kalau kita menjadi pemutus rantai keburukan. Kita bukan robot yang dicetak merah jadi merah. Apa pun yang terjadi di masa lalu, yang membakatkan diri kita menjadi tidak baik, berhentilah di sini. Camkan ini “Saya yang memutuskan tidak lagi mewarisi pendidikan yang salah dari orang lain atau pun dari siapa pun, saya yang akan menerapkan pendidikan bunga kepada anak saya, sehingga dia tidak hanya memetik bunga karena harus indah baginya saja, tetapi tetapi indah bagi banyak orang.” Keindahan dan kecantikan dalam hidup ini tidak diwariskan tetapi didikkan, termasuk oleh orang-orang yang tidak mendapat keindahan dalam hidupnya. Terkadang kita sangat sibuk, sehingga pendidikan anak-anak kita sering kita titipkan kepada orang lain, guru privatnya, pembantunya, atau ke televisi yang dibiarkan menyala terus, sehingga urusan anak tidak lagi merepotkan. Perlu dimaklumi bahwa seorang anak tidaklah dibesarkan oleh orangtua yang sama, meskipun secara fisik orangtuanya sama.
Ada istilah anak masa susah dan anak masa mapan Ada istilah anak masa susah dan anak masa mapan. Anak-anak yang dibesarkan oleh orangtua waktu masa sulit dan miskin rata-rata lebih mandiri, daripada anak-anak yang dibesarkan oleh orangtua yang lebih kaya. Berarti orangtua sangat berperan sekali pada kualitas anak-anaknya, karena anak-anak ini hanyalah akibat. Orangtua yang takut kalau anaknya menangis karena dilarang, harus siap-siap menangis oleh sikap buruk anak-anaknya seumur hidup. Jadi bukan membiarkan mereka tumbuh karena maunya, tapi buatlah figur pahlawan yang sangat memengaruhi hidupnya. Jadilah pribadi yang bisa menjadi pahlawan bagi anak-anak, dan cara terbaik menjadi pahlawan bagi anak kecil adalah berlutut dan beritahu dia kita menyayanginya. Keluarga kita harus sangat demoktratis tapi juga harus otoriter. Selama mereka berpegang pada tiga prinsip: Setia pada yang benar (jujur) Santun Bersungguh-sungguh Maka demokratislah sebagai orangtua. Tetapi kalau ada pelanggaran mengenai ketidakjujuran di rumah, ketidaksantunan, atau ketidaksungguhan, maka Anda harus bertindak otoriter. Kalau menangis biarkanlah menangis sekarang, daripada dia menangis nanti sebagai pencari kerja yang tidak pernah diberikan pekerjaan. Ketegasan seperti ini sangat dibutuhkan oleh orangtua. Jangan sepelekan pendidikan konvensional karena nilainya sangat berarti dan berpengaruh. Jangan sepelekan sesuatu karena tua, tetapi ambillah nilainya. Tanamkanlah setidaknya tiga prinsip ini, setia pada yang benar, santunlah, lalu bersungguh-sungguhlah. Karena dalam upaya itu campur tangan Tuhan itu sangat mudah. Di luar itu Anda harus paksakan, karena kalau Anda yakin itu baik, paksakanlah.
Pemimpin yang membiarkan hal yang tidak baik terjadi, sama jahatnya dengan yang melakukan ketidakbaikan. Mari kita berbakti kepada orangtua-orangtua kita dengan memberikan bukti bagi kebaikan mereka, yang telah mereka ajarkan kepada diri kita. Dan jadikanlah diri kita pahlawan bagi anak-anak kita, dengan cara lebih terbukalah dengan kasih sayang kepada orang lain, ungkapkanlah kasih sayang sebaik mungkin kepada istri tercinta. Lebih terbukalah dengan kasih sayang kepada orang lain. Lalu perhatikan apa yang terjadi.