3 BISNIS DAN ETIKA
Bisnis perlu etika Bisnis dapat berkembang menjadi profesi (bahkan profesi etis, atau profesi yang luhur), bila bisnis dijalankan secara secara etis. Persolannya: Apakah benar bahwa bisnis perlu dijalankan secara etis? Apakah bisnis membutuhkan etika, apakah bisnis mengenal etika, atau apakah ada etika dalam bisnis? Bisnis memang perlu etika, bukan semata-mata karena tuntutan etis tetapi demi kelangsungan hidup bisnis itu sendiri.
Mitos bisnis amoral Business is business (bisnis adalah bisnis) , bisnis jangan dicampur adukkan dengan etika, pernyataan tersebut menggambarkan bahwa bisnis dan etika adalah dua hal yang terpisah satu sama lain. Ungkapan-ungkapan ini oleh deGeorge disebut mitos bisnis amoral. Mitos bisnis amoral mengungkapkan keyakinan bahwa antara bisnis dan etika (moral) tidak ada hubungan sama sekali, keduanya terpisah satu sama lain. Tujuan bisnis adalah untuk mencari keuntungan (bahkan keuntungan sebesar-besarnya), maka kesuksesan suatu bisnis tidak bisa dinilai dengan norma-norma etika. Ukuran sukses bisnis adalah keuntungan.
Argumen bahwa bisnis dan etika tidak ada hubungannya Dalam argumen ini bisnis diibaratkan seperti orang judi. Seperti halnya judi (khususnya judi yang belum punya aturan jelas), dan persaingan politik, bisnis adalah digambarkan bentuk pesaingan yang menghalalkan segala cara. Orang bisnis yang masih “taat pada aturan dalam permainan penuh persaingan” akan berada pada posisi yang tidak diuntungkan,
Jika suatu praktek bisnis dibenarkan secara legal, secara moral praktek ini harus diterima dan dibenarkan juga. Dalam praktek banyak hal yang legal benar, secara moral masih dipertanyakan. Jika bisnis telah dijalankan dengan cara-cara tertentu (bahkan kotor sekalipun) yang diterima umum, semua orang bisnis tinggal menyesuaikan saja dengan praktek tersebut. Kesimpulan: Dari uraian tersebut di atas bisnis dan etika adalah dua hal yang berbeda dan terpisah satu sama lain, bahkan etika justru bertentangan dengan bisnis dan akan membuat pelaku bisnis kalah dalam persaingan. Apakah benar??
Mitos bisnis amoral tidak sepenuhnya benar Beberapa alasan: Pertama, bisnis tidak sepenuhnya sama dengan judi, karena yang dipertaruhkan dalam bisnis tidak hanya uang, tetapi nama baik dirinya, nama baik keluarganya, karyawan bahkan konsumen. Bisnis juga berorientasi jangka panjang. Karenanya cara dan strategi bisnis yang efektif adalah harus etis. Kedua, tidak benar bahwa bisnis mempunyai aturan tersendiri terpisah dengan masyarakat. Ini berarti bahwa norma dan aturan yang dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat, juga dianggap baik dan berlaku dalam kegiatan dan kehidupan seorang pelaku bisnis
Karena kegiatan bisnis adalah kegiatan manusia, maka bisnis juga harus dinilai dari sudut pandang moral (etika). Menurut deGeorge “Jika setiap orang yang terlibat dalam kegatan bisnis: pembeli, penjual, produsen, manajer, karyawan bertindak secara immoral atau amoral, maka bisnis akan berhenti. Ketiga, harus dibedakan antara legalitas dan moralitas. Suatu praktek atau kegiatan bisnis mungkin dibenarkan secara legal tetapi tidak dibenarkan secara moral Keempat, etika harus dibedakan dengan ilmu empiris. Dalam ilmu empiris, suatu gejala atau fakta yang berlangsung terus dan terjadi di mana-mana menjadi alasan untuk menarik teori atau hukum yang secara ilmiah sah.
Kelima, pemberitaan di media massa, surat pembaca dan aksi protes di mana-mana tentang praktek bisnis tertentu, menunjukkan bahwa banyak orang menghendaki bahwa bisnis harus dijalankan secara etis. Jadi ada tuntutan dari masayarakat bahwa bisnis harus dijalankan secara etis.
Etika dan keuntungan Tujuan bisnis adalah mencari keuntungan. Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah yang buruk, bahkan secara moral benar dapat diterima, karena berbagai alasan: Keuntungan memungkinkan perusahaan bertahan dalam kegiatan bisnisnya. Tanpa keuntungan tidak ada pemilik modal yang mau menginvestasikan modalnya. Keuntungan memungkinkan perusahaan dapat membayar karyawannya. Dengan keuntungan memungkinkan perusahaan terus mengembangkan usahanya, yang berarti membuka lapangan kerja bagi lebih banyak orang.
Alasan perlunya etika dalam bisnis Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan bahwa justru demi keuntungan, etika sangat diperlukan dalam bisnis: Dalam bisnis modern sekarang ini para pelaku bisnis justru dituntut untuk menjadi orang yang profesional. Kinerja orang profesional tidak hanya diukur dari aspek manajerial dan organisasi, melainkan juga dari aspek etis. Dalam bisnis modern. para pebisnis menyadari bahwa konsumen adalah raja (Kotler: konsumen adalah yang harus dipuaskan). Karenanya para pebisnis harus dapat membangun kepercayaan konsumen. Kepercayaan konsumen hanya bisa dijaga dan dipertahankan jika pebisnis menunjukkan citra bisnisnya sebagai bisnis yang etis dan baik.
Dalam sistem ekonomi pasar ( sering disebut pasar bebas, free market), peran pemerintah bersifat netral tetapi selalu menjaga agar kepentingan dan hak semua pihak tidak ada yang dirugikan. Para pebisnis menghindari campur tangan pemerintah, dan cara yang paling efekif adalah dengan berbisnis secara etis. Dalam bisnis modern, karyawan bukan diekploitasi, mereka harus dipandang sebagai aset yang sangat berharga. Karena itu perusahaan harus memberlakukan mereka secara etis.
Bisnis mengandalkan etika Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bisnis berkaitan dengan etika bahkan sangat mengandalkan etika. Perusahaan yang memperhatikan hak dan kepentingan semua pihak yang terkait dengan bisnisnya (stakeholders), akan berhasil dan bertahan dalam kegiatan bisnisnya Kenneth Blanchard dan Norman Vincet Peale mengatakan “ Sebuah kode etik moral yang kuat dalam suatu bisnis merupakan langkah pertama menuju suksesnya bisnis” Ia yakin bahwa manajer yang etis adalah manajer yang akan menjadi pemenang”
Pelanggaran norma dan nilai moral Bila berbisnis etis menguntungkan perusahaan jangka panjang, mengapa pelanggaran norma-norma dan etika terus tetap ada? Manusiawi, artinya tidak ada seorangpun yang bersih sepenuhnya dalam segala tindakannya. Maka masih manusiawi bila masih tetap ada pelanggaran norma dan etika. Sistem ekonomi yang tidak kondusif, tidak fair memicu pelaku bisnis untuk menjadi tidak etis.
Sasaran dan lingkup etika bisnis Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi, dan masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata lain, etika bisnis bertujuan untuk mengimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya secara baik dan etis. Menyadarkan masyarakat, khususnya konsumen, buruh dan karyawan lingkungan dan masyarakat luas pemilik aset umum seperti lingkungan hidup akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapapun.
Etika bisnis berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya suatu praktek bisnis. Di sini etika bisnis menekankan pentingnya kerangka legal politis bagi praktek bisnis yang baik, yaitu pentingnya hukum dan aturan bisnis serta peran pemerintah yang efektif yang menjamin keberlakuan aturan bisnis secara konsekuen bagi siapa saja.