Sistem Utilitas – Sistem Pemipaan (Plambing) Pertemuan 19 - 20 Matakuliah : R0949 – Teknologi Bangunan III Tahun : 2008 Sistem Utilitas – Sistem Pemipaan (Plambing) Pertemuan 19 - 20
Utilitas Bangunan Utilitas bangunan diperlukan untuk mempertahankan kondisi yang dibutuhkan bagi kenyamanan lingkungan, kesehatan, dan keamanan penghuni suatu bangunan. Tujuan memahami utilitas ; adalah untuk memberikan petunjuk perancangan yang lengkap, faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengoperasian sebuah bangunan. Pemahaman desain yang terintegrasi antara, fungsi, sistem struktur, finishing, interior, perlengkapan bangunan dengan sistem utilitas. Perlu diperhatikan sistem utilitas memerlukan ruang, shaft, tempat penempatan alat-alat yang digunakan, dll. yang cukup besar. Bina Nusantara
Utilitas Bangunan Sistem jaringan pemipaan (plambing) air bersih dan air kotor pada bangunan, sistem jaringan air hidran kebakaran. Sistem drainase, sistem pembuangan limbah organik (padat/sampah), pengolahan dan daur ulang. Sistem jaringan elektrikal (listrik); penerangan, perlengkapan rumah tangga, pengkondisian udara/ac, pompa, bel, alarm, komputer, pengendalian suara, dll. Sistem penangkal petir. Sistem jaringan telepon, internet, antena tv, dll. Sistem pengkondisian ruang (hvac); ventilasi buatan dan alami. Bina Nusantara
Sistem Pemipaan (Plambing) Aspek-aspek yang perlu diperhatikan ; Standar kebutuhan bagi penghuni untuk setiap jenis aktifitas sesuai fungsi bangunan. Memenuhi standar dan peraturan pekerjaan plambing, seperti; ukuran dan ketebalan pipa, sambungan, cleanout, bak kontrol, dsb. Standar kebutuhan dan ukuran fikstur, Mendisain tempat yang tepat untu jaringan atau alur perpipaan pada bangunan. Mempertimbangkan aspek mudah dalam konstruksi, pengoperasian, pemeliharan/perbaikan, dan keamanan bagi penghuni. Mempertimbangkan umur (lifetime) jaringan dan perlengkapan utilitas dan mengurangi kerusakan. Bina Nusantara
Problematik di Lapangan Kualitas sumber air, tercemar, kotor, berwara, bau, mengandung logam berat, sulfur, bakteri koli, dsb. Debit dari sumber air yang tidak terjamin baik air tanah, PAM, maupun yang dikelola lingkungan/swadaya. Rendahnya standar pekerjaan plambing, seperti; kualitas perencanaan, kualitas pipa, fikstur, cara penyambungan, kemiringan saluran, penyambungan dan megeleman. Buruknya infra struktur, seperti; saluran pembuangan, drainase dan pengolahan limbah, baik dalam skala bangunan, kompleks, lingkungan maupun kota. Penggunaan air yang berlebihan dan tidak terkontrol, atau lemahnya “water management” pada sebuah kota atau kawasan. Air yang sudah menjadi sumber komoditi (bernilai ekonomi tinggi), barang mahal dan menjadi rebutan, sehingga timbul sengketa, dsb. Bina Nusantara
Problematik dalam skala rumah Terlalu dekatnya sumber air dengan septiktank. Terlalu dekatnya reservoir bawah dengan saluran-saluran pembuangan, dll. Tidak stabilnya pasokan sumber air. Pipa sering pecah dan bocor, rembesan, berkarat, jamur, manpat/tersumbat, dsb. Kualitas fikstur yang buruk, seperti; kran, saringan, sambungan knee, leher angsa, dll. Kemiringan lantai-lantai basah yang dilewati air, seperti; kamar mandi, wc, teras, dapur, carport, saluran buangan air, bak kontrol, floordrain, tersumbat, dll. Tidak sesuainya ketinggian tanah, bangunan dan saluran yang ada pada bangunan dengan saluran kota, riol, sungai dsb. Sistem yang tidak terintegrasi pada bangunan. Tidak adanya sumur resapan, bak penampungan air hujan. KDB yang melanggar peraturan dan terkadang terlalu besar, sehingga tidak dijumpai lahan terbuka pada bangunan. Bina Nusantara
Sistem Plambing untuk bangunan bertingkat Bina Nusantara
Standar kebutuhan dan fikstur Bina Nusantara
Bina Nusantara
Bina Nusantara
Jaringan proses pengolahan air limbah Bina Nusantara
Proses kontaminasi air bersih Bina Nusantara