Oleh : dr. Miyko Prastyawan NEUROPHARMACOLOGY Oleh : dr. Miyko Prastyawan
OBAT OTONOM
Obat otonom adl obat yg bekerja pd sistem saraf otonom. Cara kerja obat otonom : obat otonom mempengaruhi transmisi neurohumoral dg cara menghambat atau mengintensifkannya. 1. Hambatan pd sintesis atau pelepasan transmitor 2. Menyebabkan pelepasan transmitor 3. Ikatan dg reseptor 4. Hambatan destruksi transmitor
Obat yg menduduki reseptor dan dpt menimbulkan efek yg mirip dg efek transmitor disebut agonis. Obat yg efeknya spti efek akibat hilangnya efek transmitor ( karena tergesernya transmitor dari reseptor) disebut antagonis atau bloker.
Penggolongan obat otonom Menurut efek utamanya mk obat otonom dpt dibagi dalam 5 gol: 1. Simpatomimetik atau adrenergik. 2. Parasimpatomimetik atau kolinergik. 3. Simpatolitik atau penghambat adrenergik. 4. Parasimpatolitik atau penghambat kolinergik. 5. Obat ganglion.
SIMPATOMIMETIK (ADRENERGIK) Obat yg memudahkan atau meniru bbrp atau semua tindakan dari sistem saraf simpatis. Jg mpkn zat2 yg dpt menimbulkan efek yg sama dg stimulasi susunan saraf simpatis dan melepaskan noradrenalin di ujung2 sarafnya. Organisme disiapkan agar dg cepat dpt menghasilkan banyak energi, yaitu siap untuk suatu reaksi “fight, fright, or flight” (berkelahi, merasa takut atau melarikan diri). Adrenergika memiliki daya yg bertujuan mencapai keadaan waspada tsb.
A. Reseptor alfa dan beta Adrenergika dpt dibagi dlm 2 kelompok mnrt titik kerjanya di sel2 efektor dari organ ujung, yakni reseptor-alfa dan reseptor-beta. Perbedaan antara kedua jenis reseptor didasarkan atas kepekaannya bagi adrenalin, noradrenalin dan isoprenalin. Diferensiasi lebih lanjut dpt dilakukan mnrut efek fisiologisnya, yaitu dalam alfa-1 dan alfa-2, serta beta-1 dan beta-2.
Pd umumnya, stimulasi dari masing2 reseptor itu menghasilkan efek2 sbb: Alfa-1: menimbulkan vasokontriksi dari otot polos dan menstimulir sel2 kelenjar dg bertambahnya sekresi liur dan keringat. Alfa-2: menghambat pelepasan NA pd saraf2 adrenergic dg turunnya tekanan darah. Mungkin pelepasan ACh di saraf kolinergis dlm usus pun terhambat shg menurunnya peristaltic. Beta-1: memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung. Beta-2: bronchodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak.
B. Mekanisme kerja Katecholamin bekerja sbg “pesuruh” (transmitter) dan mengikat diri pd reseptor yg berada di bagian luar membran sel. Penggabungan ini mengaktifkan suatu enzim di bag dlm membrane sel utk meningkatkan pengubahan adenosine thiphosphate. ATP ini kaya akan energi, yg dibebaskan pada pengubahannya mjd cAMP di dlm sel, mengakibatkan berbagai efek adrenergic.
C. Penggunaan Berdasarkan khasiat tsb, adrenergika digunakan pd bermacam-macam penyakit dan gangguan, yg terpenting a.l : Shock : memperkuat kerja jantung dan melawan hipotensi, khususnya adrenalin dan NA Asma : mencapai bronchodilatasi, terutama salbutanol, adrenalin, efedrin. Hipertensi : menurunkan daya-tahan perifer dari dinding pembuluh dg jalan menghambat pelepasan NA.
Pilek (rhinitis) : menciutkan mukosa yg bengkak, terutama zat2 imidazolin, Jg efedrin dan adrenalin. midriatikum : melebarkan pupil, a.l fenilefrin dan nafazolin. Pada obesitas : menekan nafsu makan utk menunjang diet menguruskan badan, khususnya fenfluramin dan mazindol. Penghambat his dan pada nyeri haid, berkat daya relaksasinya atas otot rahim, misalnya ritodrin.
E. Efek samping Efek samping thd jantung dan SSP, yaitu takikardia ,cefalgia, gelisah, dsb. Adrenergika hrs digunakan dg hati2 pd pasien yg mengidap infark jantung, hipertensi dan hipertiroid. Bila digunakan lama spti pd asma, adrenergic bisa menimbulkan tachyfylaxis.
SIMPATOLITIK (ADRENOLITIK) Adl zat2 yg melawan sebagian atau seluruh aktivitas susunan saraf simpatis. Misalnya, adrenolitika meniadakan vasokontriksi yang ditimbulkan oleh aktivasi reseptor-alfa akibat adrenergika. Berdasarkan mekanisme dan titik kerjanya, adrenolitika dapat dibagi dalam tiga kelompok, yakni zat2 penghambat reseptor adrenergic (alfa-blockers dan beta-blockers) dan zat2 penghambat neuron adrenergic.
1. Alfa-blockers (α-simpatolitika) Zat2 ini memblokir reseptor-alfa yg banyak tdpt di jaringan otot polos dari kebanyakan pembuluh, khususnya dalam pembuluh kulit dan mukosa. Efek utamanya adl vasodilatasi perifer. Dikenal tiga jenis alfa-blockers, yakni: 1. Zat2 tak selektif: fentolamin dan alkaloida ergot. 2. α1-blockers selektif: derivat quinazolin (prazosin, terazosin, tamsulosin, dll) serta urapidil. Penggunaannya sbg obat hipertensi dan pd hiperplasia prostat. 3. α2-blockers selektif: yohimbin, yg digunakan sbg obat perangsang syahwat (aphrodisiacum).
2. Beta-blockers (β-simpatolitika) Obat2 ini dpt dibagi pula dalam 2 kelompok, yakni: 1. Zat2 β1 selektif, yg melawan efek dari stimulasi jantung oleh adrenalin dan NA (reseptor-β1), misalnya atenolol dan metoprolol. 2. Zat2 tak selektif, yg jg menghambat efek bronchodilatasi (reseptor-β2), misalnya propanolol, alprenolol dll. Labetolol dan carvedilol mrpkn zat2 yg menghambat kedua reseptor (alfa + beta)
3. Penghambat neuron adrenergic : derivate guanidine (guanetidin). Zat2 ini tidak memblokir reseptor melainkan bekerja thd bagian postganglioner dari saraf simpatis dg jalan mencegah pelepasan katecholamin. Guanetidin khusus digunakan pd jenis glaucoma tertentu.
PARASYMPATIKOMIMETIKA / KOLINERGIK Adl sekelompok zat yg dpt menimbulkan efek yg sama dg stimulasi susunan parasimpatis (SP), krn melepaskan neurohormon asetilkolin (Ach) di ujung2 neuronnya. Tugas utama SP adl mengumpulkan energi dari makanan dan menghambat penggunaannya, singkatnya berfungsi sebagai asimilasi. Bila neuron SP dirangsang, timbulah sejumlah efek yg menyerupai keadaan istirahat dan tidur.
A. Penggolongan Kolinergika dpt dibagi mnrut cara kerjanya, yaitu zat2 dg kerja langsung dan zat2 kerja scr tak langsung. 1. bekerja langsung: karbachol, pilokarpin, muskarin, dan arekolin. Zat2 ini bekerja langsung thd organ-ujung dg kerja utama yg mirip efek muskarin dari ACh. Semuanya adl zat2 amonium kwarterner yg bersifat hidrofil dan sukar memasuki SSP kecuali arekolin. 2. bekerja tak langsung: zat2 antikolinesterase spt fisostigmin, neostigmin dan pyridostigmin. Obat2 ini menghambat penguraian ACh scr reversible, yakni hanya utk sementara. Setelah zat2 tsb habis diuraikan oleh kolinesterase, ACh segera akan dirombak lagi.
B. Penggunaan C. Efek Samping Kolinergika khusus digunakan pada : penyakit mata glaucoma myasthenia gravis demensia Alzheimer Atonia C. Efek Samping Efek samping kolinergika adl sama dg efek dari stimulasi SP scr berlebihan, a.l mual, muntah dan diare, jg meningkatnya sekresi ludah, dahak keringat dan air mata.
PARASYMPATIKOLITIK /ANTIKOLINERGIK Obat ini melawan khasiat asetilkolin dg jalan menghambat terutama reseptor2 muskarin yg tdpt di SSP dan organ perifer. Zat2 ini tidak bekerja thd reseptor2 Nikotin kecuali zat2 ammonium kwartener yg berdaya ringan thdnya. Kebanyakan antikolinergika tidak bekerja selektif bagi lima subtype reseptor-M. Berefek thd banyak organ tubuh a.l mata, kelenjar eksokrin, paru-paru, jantung saluran kemih, saluran lambung-usus, dan SSP.
A. Penggolongan Antikolinergika dpt dibagi dlm 3 kelompok, yaitu: alkaloida belladonna: atropine, hyoscyamin, skopolamin dan homatropin zat ammonium kwartener: propantelin, ipratopium dan tiotropium zat amin tersier: pirenzepin, flavoxat, oksibutinin, tolterodin dan tropicamida.
B. Penggunaan Antikolinergika digunakan utk bermacam-macam gangguan, yg terpenting diantaranya adl: sbg midriatikum, utk melebarkan pupil dan melumpuhkan akomodasi (atropine, homatropin, tropikamida) sbg spasmolitikum (pereda kejang otot) dari saluran lambung-usus, saluran empedu dan organ urogenital. Inkontinensi urin :pd kandung kemih instabil akibat hiperaktivitas dari otot detrusor. sbg zat anti mabuk jalan, guna mencegah mual dan muntah(skopolamin).
C. Efek Samping Berupa efek2 muskarin yakni mulut kering, obstipasi, retensi urin, tachycardia, palpitasi dan aritmia, gangguan akomodasi, midriasis dan berkeringat. Pada dosis tinggi timbul efek sentral, seperti gelisah, bingung, dan halusinasi.
Obat susunan saraf pusat
PENDAHULUAN Obat yg mempengaruhi SSP disebut obat psikoaktif, dan seringkali obat atau zat ini menimbulkan adiksi atau kecanduan. Obat2 stimulan SSP adl obat yg dpt merangsang serebrum dan medulla spinalis, yg dpt bereaksi scr langsung ataupun tak langsung pd SSP. Obat2 yg bekerja thd SSP berdasarkan efek farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu : 1. merangsang atau menstimulasi yg scr langsung atau tak langsung merangsang aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta sarafnya. 2. menghambat atau mendepresi, yg scr langsung atau tidak langsung memblokir proses2 tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan saraf2nya.
KLASIFIKASI OBAT SISTEM SARAF PUSAT Obat yg bekerja thd SSP dpt dibagi dlm bbrp gol besar, yaitu: 1. Psikofarmaka (psikotropika), yg meliputi: a. Psikoleptika (menekan atau menghambat fungsi2 tertentu dari SSP seperti hipnotika, sedativa dan tranquilizers, dan antipsikotika). b. Psiko-analeptika (menstimulasi seluruh SSP, yakni antidepresiva dan psikostimulansia (wekamin). 2. Jenis obat untuk gangguan neurologis, seperti antiepileptika, MS (multiple sclerosis), dan penyakit Parkinson. 3. Jenis obat yang memblokir perasaan sakit: analgetika, anti radang/rematik, narkotika, anestetika umum, dan lokal. 4. Jenis obat vertigo dan obat migrain.
OBAT PERANGSANG SISTEM SARAF PUSAT 1. AMFETAMIN Indikasi : narkolepsi, gg penurunan perhatian. ES: Euforia dan kesiagaan, tidak dapat tidur, gelisah, tremor, iritabilitas dan bbrp masalah kardiovaskuler (Tachicardia, palpitasi, aritmia, dll) Farmakokinetik : waktu paruh 4-30 jam, diekskresikan lebih cepat pada urin asam daripada urin basa Reaksi yang merugikan : menimbulkan efek2 yg buruk pd SSP, kardiovaskuler, gastroinstestinal, dan endokrin. Dosis pemberian : Dewasa : 5-20 mg, Anak > 6 th : 2,5- 5 mg/hari.
2. METILFENIDAT Indikasi : depresi, keracunan depresan SSP, syndrom hiperkinetik pada anak. ES : insomnia, mual, iritabilitas, nyeri abdomen, nyeri kepala, Tachicardia KI : hipertiroidisme, penyakit ginjal. Farmakokinetik : diabsorbsikan melalui saluran cerna dan diekskresikan melalui urin, dan waktu paruh plasma antara 1-2 jam. Reaksi yang merugikan : takikardia, palpitasi, meningkatkan hiperaktivitas. Dosis pemberian : Anak : 0.25 mg/kgBB/hr, Dewasa : 10 mg 3x/hr.
3. KAFEIN Indikasi : menghilangkan rasa kantuk, menimbulkan daya pikir yg cepat, perangsang pusat pernafasan dan vasomotor, utk merangsang pernafasan pd apnea bayi prematur. ES : sukar tidur, gelisah, tremor, tachicardia, pernafasan lebih cepat KI : diabetes, kegemukan, hiperlipidemia, gangguan migren, sering gelisah (anxious). Farmakokinetik : kafein didistribusikan keseluruh tubuh dan diabsorbsikan dengan cepat setelah pemberian, waktu paruh 3-7 jam, diekskresikan melalui urin. Reaksi yang merugikan : dalam jumlah yang lebih dari 500 mg akan mempengaruhi SSP dan jantung. Dosis pemberian : apnea pada bayi : 2.5-5 mg/kgBB/hr, keracunan obat depresan : 0.5-1 gr kafein Na-Benzoat (Intramuskuler).
4. NIKETAMID Indikasi : merangsang pusat pernafasan ES : pada dosis berlebihan menimbulkan kejang Farmakokinetik : diabsorbsi dari segala tempat pemberian tapi lebih efektif dari IV Dosis : 1-3 ml untuk perangsang pernafasan
5. DOKSAPRAM Indikasi : perangsang pernafasan ES : hipertensi, tachicardia, aritmia, otot kaku, muntah Farmakokinetik : mempunyai masa kerja singkat dalam SSP Dosis : 0.5-1.5 mg/kgBB secara IV
ANALGETIKA Obat Analgetika : Obat yg mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kasadaran. Atas kerja farmakologisnya, analgetik dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu: 1. Analgetik Perifer (non narkotik), analgetik ini tidak dipengaruhi system saraf pusat. Semua analgetik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu. Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
Penggolongan Analgetika perifer Golongan Salisilat Golongan Paraaminofenol Golongan Pirazolon Golongan Antranilat
2. Analgetik Narkotik, khusus digunakan utk menghalau rasa nyeri hebat, spt fraktur dan kanker. Penggolongan analgetik narkotik adl sbb : a. Alkaloid alam : morfin,codein b. Derivate semi sintesis : heroin c. Derivate sintetik : metadon, fentanil d. Antagonis morfin : nalorfin, nalokson, dan pentazozin.
1. Morfin Indikasi : analgetik selama dan setelah pembedahan Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut. Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/ indiksi pada over dosis.
2. Kodein fosfat Indikasi : nyeri ringan sampai sedang Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/ indiksi over dosis
3. Fentanil Indikasi : nyeri kronik yg sukar diatasi pd kanker Konta indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit GI akut Efek samping: mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/adiksi over dosis
4. Petidin HCl Indikasi : nyeri sedang sampai berat, nyeri pasca bedah Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/adiksi, over dosis.
5. Tramadol HCl Indikasi : nyeri sedang sampai berat Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit GI akut Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/adiksi, over dosis.
Nalorfin, Nalokson Adl antagonis morfin, bekerja meniadakan semua khasiat morfin dan bersifat analgetik. Khusus digunakan pd kasus overdosis atau intoksikasi obat2 analgetik narkotik.
Anestetik lokal dibagi menjadi 3 jenis : 1. Anestetik permukaan a). Anestetik Lokal: Obat yg merintangi scr reversible penerusan impuls2 syaraf ke SSP pd kegunaan lokal dg demikian dpt menghilangkan rasa nyeri, gatal2, panas atau dingin. Penggunaan : Anestetik lokal umumnya digunakan scr parenteral misalnya pembedahan kecil dimana pemakaian anestetik umum tidak dibutuhkan. Anestetik lokal dibagi menjadi 3 jenis : 1. Anestetik permukaan 2. Anestetik infiltrasi 3. Anestetik blok
Penggolongan Anestetik lokal : Secara kimiawi anestetik local dibagi 3 kelompok yaitu : 1. Senyawa ester, contohnya prokain, benzokain, buvakain, tetrakain, dan oksibuprokain. 2. Senyawa amida, contohnya lidokain, mepivakain, bupivakain, cinchokain dll.
b). Anestetika Umum : Obat yg dpt menimbulkan suatu keadaan depresi pd pusat2 saraf tertentu yg bersifat reversible, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan. Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi oleh suatu anestetik umum : 1.berbau enak dan tdk merangsang selaput lendir. 2. mula kerja cepat tanpa efek samping. 3. sadar kembalinya tanpa kejang . 4. berkhasiat analgetik dg melemaskan otot2 seluruhnya. 5. Tidak menambah pendarahan kapiler selama waktu pembedahan.
Efek samping : Hampir semua anestetik inhalasi mengakibatkan sejumlah efek samping yg terpenting diantaranya adalah : Menekan pernafasan, paling kecil pada N2O, eter dan trikloretilen Mengurangi kontraksi jantung, terutama halotan dan metoksifluran, yg paling ringan pada eter Merusak hati, oleh karena sudah tidak digunakan lagi seperti senyawa klor ·Merusak ginjal, khususnya metoksifluran
Persyaratan obat tidur yg ideal : Hipnotika-sedativa Obat yg dlm dosis terapi dpt mempertinggi keinginan tubuh normal utk tidur. Bila dosis rendah disebut sedativa (obat pereda/penenang). Persyaratan obat tidur yg ideal : 1. Menimbulkan suatu keadaan yg sama dg tidur normal. Jk tjd kelebihan dosis, pengaruh thd fungsi lain dari sistem saraf pusat maupun organ lainnya kecil.
3. Tidak tertimbun dlm tubuh. 4. Tidak menyebabkan efek lanjutan negative pd keesokan harinya. 5. Tidak kehilangan khasiatnya pd penggunaan jangka panjang.
Efek samping : Kebanyakan obat tidur memberikan efek samping umum yg mirip dg morfin antara lain : a. Depresi pernafasan, terutama pd dosis tinggi, contohnya flurazepam, kloralhidrat, dan paraldehida. b. Hipotensif, contohnya gol barbiturate. c. Hang-over, yaitu efek sisa pd keesokan harinya seperti mual, perasaan ringan di kepala dan pikiran kacau, contohnya gol benzodiazepine dan barbiturat. d. Berakumulasi di jaringan lemak krn umumnya hipnotik bersifat lipofil.
Penggolongan : Secara kimiawi, obat2 hipnotik digolongkan sbb: 1. Gol barbiturate, spt fenobarbital, butobarbital, siklobarbital, heksobarbital,dll. 2. Gol benzodiazepine, spt flurazepam, nitrazepam, flunitrazepam dan triazolam. 3. Gol alcohol dan aldehida, spt klralhidrat dan turunannya serta paraldehida. 4. Gol bromide, spt garam bromide ( kalium, natrium, dan ammonium ) dan turunannya spt karbromal dan bromisoval. 5. Gol lain, spt senyawa piperindindion (glutetimida ) dan metaqualon.
ANTIDEPRESAN Obat yg dpt memperbaiki suasana jiwa dan menghilangkan atau meringankan gejala2 keadaan murung yg tidak disebabkan oleh kesulitan sosial, ekonomi dan obat-obatan, serta penyakit. Anti Depresiva, dibagi mjd thimoleptika yaitu obat yg dpt melawan melankolia dan memperbaiki suasana jiwa serta thimeritika yaitu menghilangkan inaktivitas fisik dan mental tanpa memperbaiki suasana jiwa.
Anti depresiva dibagi dalam 2 golongan : 1 Anti depresiva dibagi dalam 2 golongan : 1. Anti depresiva generasi pertama, seringkali disebut anti depresiva trisiklis dg efek samping gg pd sistem otonom dan jantung. Contohnya imipramin dan amitriptilin. 2. Anti depresiva generasi kedua, tidak menyebabkan efek anti kolinergik dan gg jantung, contohnya meprotilin dan mianserin.
NEUROLEPTIKA Neuroleptika : Obat yg dpt menekan fungsi2 psikis (jiwa) tertentu tanpa menekan fungsi2 umum spt berfikir dan berkelakuan normal. Neuroleptika yaitu obat yg bekerja sbg anti psikotis dan sedative yg dikenal dg Mayor Tranquilizer.
Neuroleptika mempunyai bbrp khasiat : 1. Anti psikotika, yaitu dpt meredakan emosi dan agresi, mengurangi atau menghilangkan halusinasi, mengembalikan kelakuan abnormal dan schizophrenia. 2. Sedative yaitu menghilangkan rasa bimbang, takut dan gelisah, contoh tioridazina. 3. Anti emetika, yaitu merintangi neorotransmiter ke pusat muntah, contoh proklorperezin. 4. Analgetika yaitu menekan ambang rasa nyeri, contoh haloperidinol.
Efek samping : 1. Gejala ekstrapiramidal yaitu kejang muka, tremor dan kaku anggota gerak krn disebabkan kekurangan kadar dopamine dlm otak. 2. Sedative disebabkan efek anti histamine antara lain mengantuk,lelah dan pikiran keruh. 3. Diskenesia tarda, yaitu gerakan tidak sengaja terutama pada otot muka (bibir, dan rahang ) 4. Hipotensi, disebabkan adanya blockade reseptor alfa adrenergic dan vasolidasi. 5. Efek anti kolinergik dg ciri2 mulut kering, obstipasi dan gangguan penglihatan. 6. Efek anti serotonin menyebabkan gemuk karena menstimulasi nafsu makan. 7. Galaktore yaitu meluapnya ASI karena menstimulasi produksi ASI secara berlebihan.
ANTIEPILEPTIKA Obat Antiepileptika : Obat yg dpt menghentikan penyakit ayan, yaitu suatu penyakit gg saraf yg timbul scr tiba2 dan berkala, adakalanya disertai perubahan2 kesadaran. Penyebab epileptika : pelepasan muatan listrik yg cepat, mendadak dan berlebihan pd neuron2 tertentu dlm otak yg diakibatkan oleh luka di otak( abses, tumor, anteriosklerosis ), keracunan timah hitam dan pengaruh obat2 tertentu yg dpt memprovokasi serangan epilepsi.
Penggolongan : 1. Gol hidantoin, adl obat utama yg digunakan pd hampir semua jenis epilepsi. Contoh fenitoin. 2. Gol barbiturat, sangat efektif sbg anti konvulsi, paling sering digunakan pd serangan grand mal. Contoh fenobarbital dan piramidon. 3. Gol karbamazepin, senyawa trisiklis ini berkhasiat antidepresif dan anti konvulsif. 4. Gol benzodiazepine, memiliki khasiat relaksasi otot, hipnotika dan antikonvulsiv. Yg termasuk gol ini adl desmetildiazepam yg aktif,klorazepam, klobazepam. 5. Gol asam valproat, terutama efektif utk terapi epilepsy umum tetapi kurang efektif thd serangan psikomotor. Efek anti konvulsi asam valproat didasarkan meningkatkan kadar asam gama amino butirat acid.
antiemetika Obat Antiemetika : Obat utk mencegah / menghentikan muntah akibat stimulasi pusat muntah yg disebabkan oleh rangsangan lambung usus, melalui CTZ (Chemo Receptor Trigger Zone) dan melalui kulit otak. Antiemetika diberikan kpd pasien dg keluhan sbb: 1. Mabuk jalan 2. Mabuk kehamilan 3. Mual atau muntah yg disebabkan penyakit tertentu spt pd pengobatan dg radiasi atau obat2 sitostatik.
Penggolongan : 1. Anti histamin ES antihistamie ini adl mengantuk. Anti histamin yg dipakai adl sinarizin, dimenhidrinat, dan prometazin. 2. Antagonis serotonin Bermanfaat pada pasien mual, muntah yg berkaitan dg obat2 sitostatika. Contoh obat: Ondansetron
3. Dopamin bloker Obat yg dipakai adl klorpromazin HCl,perfenazin, proklorperazin dan trifluoperazin. Metoklopramid dan fenotiazin. Bekerja scr selektif merintangi reseptor dopamin ke chemo reseptor trigger zone tetapi tidak efektif utk motion sickness. Domperidon Bekerja berdasarkan peringatan reseptor dopamine ke CTZ. ES jarang tjd hanya berupa kejang2 usus. Obat ini dipakai pd kasus mual dan muntah yg berkaitan dg obat2 sitostatika.
ANTI PARKINSON Obat Parkinson : Obat yg digunakan utk mengobati penyakit Parkison yg ditandai dengan gejala tremor, kaku otot,gg gaya berjalan, gg kognitif, persepsi, dan daya ingat. Penyakit ini tjd akibat proses degenerasi yg progresif dari sel2 otak shg menyebabkan tjd defisiensi neurotransmitter yaitu dopamin.
Berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi : 1. Obat anti muskarinik, seperti triheksifenidil/ benzheksol, digunakan pd pasien dg gejala ringan dimana tremor adl gejala yg dopamin. 2. Obat anti dopaminergik, spt levodopa, bromokriptin. Untuk penyakit Parkinson idiopatik, obat pilihan utama adl levodopa. 3. Obat anti dopamine antikolinergik, seperti amantadine. 4. Obat utk tremor essensial, spt haloperidol, klorpromazine, primidon.