Temu Hitam Selain banyak dijumpai di Indonesia tanaman ini juga terdapat di Burma, Kamboja, dan Indocina. Selain ditanam di pekarangan atau di perkebunan, temu hitam (Curcuma aeruginosa) juga banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati, padang rumput, atau di ladang pada ketinggian 400-750 m dpl. Tinggi tanaman ini mencapai 2 meter. Tanaman ini berbatang semu yang tersusun atas kumpulan pelepah daun, berwarna hijau atau cokelat gelap. Daun tunggal, bertangkai panjang, sebanyak 2-9 helai. Mahkota bunga berwarna kuning. Rimpangnya cukup besar dan merupakan umbi batang. Jika rimpang tua dibelah, tampak lingkaran berwarna biru kehitaman di bagian luarnya. Rimpang temu hitam mempunyai aroma yang khas dengan rasa yang pahit. Temu hitam memiliki nama yang berbeda pada tiap daerah asalnya: temu ireng (Jawa); koneng hideung (Sunda); temo erang (Madura); Sumatera: temu item, temu erang (Melayu); temu hitam (Minangkabau), Sulawesi: temu lotong (Bugis), temu leteng (Makassar); temu ireng (Bali). Selain itu tanaman ini relatif mudah dikembangkan sebagai tanaman obat keluarga karena karakternya yang relatif mudah hidup dan tidak memerlukan perawatan khusus. Bagian dari tanaman ini yang banyak dipergunakan adalah rimpangnya. Rimpang temu hitam mengandung minyak asiri 2%, lemak, karbohidrat, damar, sedikit kurkumin, dan zat pembawa rasa pahit. Namun, dalam menyimpan rimpang temu hitam, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Diantaranya setelah dicuci bersih, rimpang dipotong-potong, kemudian dikeringkan. Cara paling baik adalah diangin-anginkan agar kandungan minyak alaminya tidak banyak yang hilang dibandingkan dengan setelah dicuci langsung disimpan ke wadah atau tempat kering. Meramu temu hitam ini relatif mudah. Berikut beberapa contoh kegunaan ramuannya: 1. Meningkatkan nafsu makan: - Ambil temu hitam (seukuran ibu jari tangan), cuci, lalu iris tipis-tipis. Rebus dengan dua gelas air sampai tersisa satu gelas. Untuk mengurangi rasa pahit, campur dengan gula jawa atau pemanis (sirop). Setelah dingin, saring, lalu bagi untuk dua kali minum, pagi dan sore hari sebelum makan. - Ambil temu hitam (seukuran ibu jari), cuci bersih, lalu parut. Gunakan air perasannya untuk diminumkan ke anak atau sebagai “cekokan”. Campur dengan gula jawa atau pemanis lainnya, misalnya madu, agar rasanya tidak terlalu pahit. Lebih baik berikan untuk anak di atas usia setahun, saat kemampuan menelan dan mengunyah sudah baik. 2. Obat cacing: - Siapkan 25 gram temu hitam, 15 gram bangle, 5 lembar daun sirih, 5 butir biji ketumbar, 4 gram biji pinang. Rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc. Saring, lalu minum. - Cara lain air perasan temu hitam seukuran ibu jari dicampur dengan madu dan sedikit air hangat. 3. Obat setelah melahirkan: - Cuci bersih temu hitam (dua jari tangan), buang kulitnya. Tumbuk sampai halus, tambahkan setengah cangkir air panas, lalu aduk hingga merata. Setelah dingin, saring dengan kain dan minum sekaligus. Lakukan selama tiga hari setelah melahirkan. - Ambil 25 gram temu hitam. Rebus dengan air 400 cc hingga tersisa 200 cc, lalu saring. Tambahkan madu jika perlu. Minum selagi hangat. 4. Batuk berdahak: - Cuci rimpang segar temu hitam (25 gram), lalu potong tipis-tipis. Rebus dengan dua gelas air sampai mendidih selama 20 menit. Setelah dingin, saring, lalu dibagi dua sama banyak untuk diminum pada pagi dan sore hari. Bisa pula ditambahkan jahe. 5. Pereda nyeri haid: - Ambil 25 gram temu hitam, 20 gram kencur, 20 gram kunyit, dan 2 ruas asam jawa. Rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc, lalu saring. Minum selagi hangat. Begitu banyak khasiat yang terkandung dalam tanaman temu hitam ini. Jadi, tak ada salahnya untuk mengembangkan tanaman ini sebagai koleksi di pekarangan atau cukup dibudidayakan di pot. Selain tidak memerlukan perawatan yang khusus, tanaman ini juga memiliki manfaat luar biasa bagi kehidupan kita.