Arie Febrianto Mulyadi Sakunda Anggarini Jur. TIP – FTP – UB

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
29/10/2006Ricky G & Ega T. Berman1 Penempatan DAN PEMERIKSAAN Refrigerator Oleh: Drs. Ricky Gunawan, MT Ega T. Berman, S.Pd.
Advertisements

PERSYARATAN HYGIENE SANITASI TPM
KESEHATAN LINGKUNGAN FKM-Unair
PEENCEGAHAN INFEKSI ASKEB II.
Perancangan sistem pembuangan dan vent
PEMBUANGAN LIMBAH DAN SAMPAH
Good Manufacturing Practices (GMP)
Sanitasi dan Keamanan.
Good Manufactory Practices
STRUKTUR DAN TATA LETAK DAPUR
SKEMA PENERAPAN SISTEM KEAMANAN PANGAN PADA TIAP TAHAPAN PRODUKSI
Kualitas Ikan Segar Jurusan Teknologi Industri Pertanian
KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN
JAMBAN SEHAT Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan.
Pujianto DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014
SANITASI INDUSTRI PANGAN
LINGKUNGAN FASILITAS RUMAH SAKIT
GENERAL PRINCIPLES OF FOOD HYGIENE
PEDOMAN PENYELENGGARAN KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH
UNDANG-UNDANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Laboratorium Farmasetika Jurusan Farmasi FKIK Unsoed
Sanitasi dan Keamanan Industri Pangan
RUMAH SEHAT.
Good Manufactory Practices
TUGAS AKHIR UTS BUATLAH POSTER YG BERTEMA SANITASI MAKANAN & MINUMAN ATAU KEAMANAN PANGAN PRINTOUT DIKUMPULKAN SAAT UTS, DITARUH DITENGAH LEMBAR JAWAB.
PLAMBING DAN INSTRUMENTASI
SOSIALISASI KANTIN SEHAT SEKOLAH
RENCANA SANITASI.
BAGIAN-BAGIN RUMAH YG PERLU DIPERHATIKAN A. LANTAI
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Saniter Pengetahuan bahan bangunan II, week 6
Ruang dan Pakaian Produksi Steril
Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH
FOOD HYGIENE Kelompok 2.
SANITASI DAN KEAMANAN.
PENDAHULUAN Sistem penyediaan makanan nasional di Indonesia salah satu di antaranya dipenuhi oleh industri pangan. Dalam penyediaan makanan tersebut, Industri.
KESEHATAN LINGKUNGAN.
Selamat Jumpa 2004.
Prosedur Operasional Standar Sanitasi
OM SWASTIASTU Gusti Ayu Made Indah Setiawati G/II.
Pengetahuan Selama Bekerja
OBJEK DARI HIGIENE SANITASI
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
BANGUNAN DAN FASILITAS
PROPOSAL PENELITIAN   PENERAPAN SANITASI DI tempat rekreasi PANTAI TAMBAK REJO KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA PROGRAM.
Sanitasi Tempat-tempat Umum PERTEMUAN 10 Nayla Kamilia Fithri
Menjaga Kulkas Tetap Higienis
LINGKUNGAN FASILITAS RUMAH SAKIT
“BANGUNAN DAN FASILITAS” RIYANDA Sfarm.,Apt.
SANITASI PASAR Pasar sehat.
By Riyan Ningsih,SKM, MKes
Tugas Biologi Kelompok 6 Nama anggota: Aditya desty ningtias
HIGIENE SANITASI BIOSKOP
Penggudangan Dalam Industri Modern
Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH
DAPUR Dr. Betty Yosephin, MKM. pengertian Dapur Bangunan atau bagian bangunan beserta perlengkapan dan fasilitas fisik yang digunakan untuk mengolah makanan,
KEMENTRIAN KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA
PEMPROSESAN ALAT.
Dekontaminasi Alat – Alat Kesehatan/ Instrument dan Cleaning di CSSD oleh : MM Wisni Suryandari,SKp 13/11/2018.
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DOMESTIK
SANITASI MAKANAN & MINUMAN A.M.FADHIL HAYAT. PENGERTIAN Makanan (WHO): semua substansi yg diperlukan oleh tubuh, kecuali air dan obat2an dan substansi.
Presented By: Jimmy Juwaidi Noor Juliawitaridayah Latifah M. Abdy Agoes M M. Aqasah SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM (KOLAM RENANG)
LIMA KUNCI KEAMANAN PANGAN WHO
J AMBAN S EHAT F AKULTAS KEDOKTERAN U NIVERSITAS TRISAKTI.
Assalmmualikum Wr.Wb Kuliah Kerja Nyata Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya.
Keamanan Pangan. – Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan fisik yang.
PROSES CLEANING PADA SATUAN OPERASI Desi Salmah (G )
PHBS RUMAH TANGGA (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) Oleh : Almayda Anastasia,SKM Puskesmas Cipadu.
PERMENKES RI NO. 37 TAHUN 2012 dr. Melinda Wilma Dinas Kesehatan Kota Padang 17 Oktober 2019 KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN DI LABORATORIUM PUSKESMAS.
PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN PUSKESMAS SUWAWA TENGAH.
Transcript presentasi:

Arie Febrianto Mulyadi Sakunda Anggarini Jur. TIP – FTP – UB Sanitasi Ruang Pengolahan Makanan, Sarana/Peralatan DAN LINGKUNGAN KERJA

PENDAHULUAN Ruang Produksi/ruang pengolahan makanan/dapur juga berperan penting dalam menentukan berhasil tidaknya upaya sanitasi makanan secara keseluruhan. Dapur yang bersih dan dipelihara dengan baik akan merupakan tempat yang higienis sekaligus menyenangkan sebagai tempat kerja serta dapat menimbulkan citra (image) yang baik bagi institusi yang bersangkutan.

Harus ada pemisahan fisik antara ruang bersih dan ruangan kotor, lokasi tidak dekat dengan pemukiman padat, tidak di tengah sawah, tidak di daerah banjir/tergenang. Hal utama yang perlu diperhatikan dalam merencanakan dapur yang baik, adalah konstruksi bangunan yang anti tikus (rodentproof). Tikus merupakan pembawa (carrier) mikrobia patogen, serta merusak bahan makanan selama penyimpanan.

1. Konstruksi Ruang Produksi Konstruksi bangunan ruang produksi/dapur meliputi dinding, lantai, langit-langit, ventilasi, dan pencahayaan. a. Dinding Bahan  Tahan lama, kedap air, bagian dalam halus, rata, tidak berlubang, berwarna terang, tidak mudah terkelupas, mudah dibersihkan Apabila digunakan pelapis dinding, bahannya harus tidak beracun (non-toxic)

b. Lantai Bahan  Harus kedap air, keras dan padat, tahan air, garam, asam dan basa serta bahan kimia lainnya Kondisi  Permukaan lantai rata dan lantai juga dapat dibuat miring kearah area pembuangan air, untuk mencegah adanya genangan air, tidak licin dan mudah dibersihkan, kedap air.

c. Langit-Langit Bahan : Tahan lama dan mudah dibersihkan Letak : Min. 2,5 m diatas lantai dan disesuaikan dengan peralatan, Kondisi : Langit-langit bebas dari kemungkinan catnya rontok /jatuh atau dalam keadaan kotor dan tidak terawat, tidak rata, retak atau berlubang.

d. Ventilasi Kondisi  Sirkulasi udara di ruang proses produksi baik (tidak pengap), lubang-lubang harus mencegah masuknya serangga, hama, dan mencegah menumpuknya debu atau kotoran, mudah dibersihkan. Bahan  Dapat menghilangkan kondesat uap asap, bau, debu dan panas, mudah dibersihkan dengan demikian, dapur memerlukan alat penghisap (exhaust fan), atau paling tidak dilengkapi dengan cerobong

e. Pencahayaan Pencahayaan yang memadai sangat penting untuk menjamin bahwa semua peralatan yang digunakan di dapur dalam keadaan bersih dan untuk menjamin keberhasilan pekerjaan preparasi, pengolahan, penyajian, dan penyimpanan makanan. Letak  Lampu yang dipasang di atas area prosesing tidak boleh merubah warna Kondisi  Cukup mendapat cahaya, terang sesuai dengan keperluan dan persyaratan kesehatan. Lampu dilengkapi dengan screen sehingga aman bila jatuh dan bebas serangga

2. Tata Letak Dapur Tata letak peralatan dapur yang baik pada dasarnya harus memenuhi 2 tuntutan yaitu : a. memungkinkan dilakukannya pekerjaan pengolahan makanan secara runtut dan efisien; b. terhindarnya kontaminasi silang produk makanan dari bahan mentah, peralatan kotor, dan limbah pengolahan.

Kontaminasi silang produk makanan dari bahan mentah dapat dihindari apabila jalur yang ditempuh produk makan terpisah dari jalur bahan mentah. Penanganan peralatan kotor harus menggunakan fasilitas penampungan air yang berbeda dengan yang akan digunakan untuk pengolahan. Fasilitas penyimpanan utnuk makanan masak dipisahkan dari makanan mentah. Letak kontainer limbah atau sampah dijauhkan dari produk makanan, dan dalam keadaan tertutup rapat.

CONTOH LAY OUT AREA PRODUKSI PENGOLAHAN BUMBU

Sanitasi Sarana/Peralatan Peralatan dalam industri pangan merupakan alat yang bersentuhan langsung dengan bahan, untuk menghindari terjadinya kontaminasi maka peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan harus sesuai dengan peruntukannya dan memenuhi persyaratan hygiene sanitasi

Peralatan harus segera dibersihkan dan disanitasi/didesifeksi untuk mencegah kontaminasi silang pada makanan, baik pada tahap persiapan, pengolahan, penyimpanan sementara.

Frekuensi pencucian dari alat tersebut tergantung pada jenis alat yang digunakan. Peralatan harus dicuci, dibilas, dan disanitasi segera setelah digunakan. Permukaan peralatan yang secara langsung kontak dengan makanan, seperti pemanggang atau oven (oven listrik, gas, kompor, maupun microwave), dibersihkan paling sedikit satu kali sehari.

Peralatan bantu yang tidak secara langsung bersentuhan dengan makanan harus dibersihkan sesuai kebutuhan untuk mencegah terjadinya akumulasi debu, serpihan bahan atau produk makanan, serta kotoran lain.

Untuk membantu proses pembersihan peralatan diperlukan bantuan kain lap/serbet. Serbet dan kain yang digunakan harus bersih, kering, dan tidak digunakan untuk keperluan lain. Serbet atau spon yang digunakan untuk melap peralatan yang secara langsung bersentuhan dengan pangan, harus bersih dan sering dicuci serta disanitasi dengan bahan sanitaiser yang sesuai. Serbet atau spon tersebut tidak boleh digunakan untuk keperluan lainnya.

Kain basah atau spon yang digunakan untuk membersihkan permukaan benda-benda yang tidak kontak langsung dengan makanan, seperti meja kerja, meja saji, rak-rak penyimpan, harus selalu bersih dan segera dibilas setelah digunakan. Kain basah atau spon tersebut harus diletakkan/direndam dalam larutan bahan sanitaiser apabila tidak sedang digunakan.

Prosedur pembersihannya adalah sebagai berikut 1. Pre Rinse/ tahap awal: Tujuan : menghilangkan tanah & sisa makanan dengan cara dibilas atau disemprot dengan air mengalir. 2. Pencucian Pencucian dilakukan dalam bak pertama yang berisi larutan deterjen hangat. Suhu yang digunakan berkisar anatar 43 – 49oC. Pada tahap ini diperlukan alat bantu sikat atau spon untuk membersihkan semua kotoran sisa makanan atau lemak. Hal yang penting untuk diperhatikan pada tahap ini adalah dosis penggunaan deterjen.

3. Pembilasan Tujuan : menghilangkan sisa kotoran setelah proses pembersihan. Pembilasan dilakukan dalam bak kedua dengan menggunakan air hangat. Pembilasan dimaksudkan untuk menghilangkan sisa deterjen dan kotoran. Air bilasan harus sering diganti. Akan lebih baik jika digunakan air mengalir.

4. Sanitasi atau Desinfeksi Tujuan : untuk menghilangkan bakteri Metode pertama adalah meletakkan alat pada suatu keranjang, kemudian merendamnya dalam bak ketiga yang berisi air panas bersuhu 77oC, selama paling sedikit 30 detik.

Menggunakan bahan sanitaiser seperti klorin dengan dosis 50 ppm dalam air bersuhu kamar (24oC) selama paling sedikit 1 menit. Larutan iodin dengan konsentrasi 12,5 ppm dalam air bersuhu 24oC, selama 1 menit atau lebih. Disarankan untuk sering mengganti air atau cairan pada ketiga bak yang digunakan. Disamping itu suhu air juga harus dicek dengan thermometer yang akurat untuk menjamin efektivitas proses pencuciannya

5. Drying/Penirisan dan Pengeringan Tujuan : supaya tidak ada genangan air yg menjadi tempat pertumbuhan mikroorganisme. Pengeringan bisa dilakukan evaporator/menggunakan lap bersih. Peralatan yang sudah disanitasi juga tidak boleh dipegang sebelum siap digunakan. Apabila cemaran yang terdapat pada peralatan terlalu berat, misalnya kerak gosong pada ketel, wajan, atau pan, atau jenis cemaran dari lemak atau gemuk, maka diperlukan tahap lain, yaitu perendaman. Tahap ini mendahului tahap-tahap lainnya, dengan tujuan melunkkan cemaran, sehingga mudah dilepaskan dari pelaratan.

Sanitasi Lingkungan Kerja Jenis Fasilitas Sanitasi Lingkungan Kerja Toilet Fasilitas untuk BAK (urinal) Wastafel (tempat cuci tangan) Kamar mandi Ruang ganti Ruang istirahat Tempat cuci peralatan

Ketentuan Umum, terkait fasilitas diatas antara lain : Fasilitas sanitasi harus mudah dijangkau dan tidak jauh dari area pekerja (accessible) Letak toilet tidak lebih dari satu lantai di atas atau di bawah dari area kerja reguler Jumlah fasilitas harus sesuai dengan jumlah pekerja Luas area sanitasi harus memenuhi minimal kriteria Fasilitas sanitasi khusus harus tersedia untuk pekerja dengan kondisi tertentu (ex: hamil) Fasilitas sanitasi untuk pria dan wanita harus terpisah dan dibedakan Terdapat petugas yang bertugas untuk membersihkan dan menjaga kondisi fasilitas yang ada

Detil Standar Persyaratan Retiring Room and Dressing Facilities For Women 1. Lokasi dan Persyaratan Umum a) Jika terdapat 5 (lima) atau lebih pekerja wanita maka harus disediakan minimal 1(satu) ruang istirahat khusus wanita b) Ruang istirahat harus nyaman, dan ditempatkan pada area yang mudah dijangkau setiap saat. Di dalam ruang istirahat sebaiknya dipisah antara toilet dan ruang ganti.

2. Luas lantai a) Jika terdapat 5-10 pekerja wanita pada saat yang sama, maka luas lantai untuk ruang istirahat tidak kurang dari 602 feet. Setiap penambahan 1 orang sampai dengan 100 orang atau lebih, minimal luas lantai ditambahkan 1,52 feet per orang. Sebaiknya luas lantai retiring room berdasarkan jumlah maksimum pekerja wanita. b) Jika di dalam ruangan terdapat bangku atau tempat tidur, maka luas lantai ruangan dikurangi 302 feet untuk setiap bangku atau tempat tidur. Dan jika loker pakaian dan tempat gantungan pakaian berada di ruang terpisah, maka luas ruang istirahat dikurangi setengahnya (50%) c) Jika tempat cuci tangan terdapat di dalam ruang istirahat, maka luas lantai ditambah 5 square feet untuk setiap unit fasilitas

3. Konstruksi, Suhu, dan Penerangan a) Dinding partisi ruang istirahat harus padat dan kokoh dan tingginya minimal 7 feet. Kondisi ruang istirahat harus baik dan terawat sehingga memberikan jaminan privacy b) Ruang istirahat harus mempunyai suhu yang baik dan tidak boleh kurang dari 68oF dan mempunyai penerangan yang cukup sehingga semua bagian dalam ruangan dapat terlihat dengan mudah. Jika tidak terdapat cahaya matahari, gunakan lampu sebagai alat penerangan saat menggunakan ruangan

4. Tanda (Sex Designation) Pintu masuk ruang istirahat untuk wanita harus diberi tanda. Laki-laki tidak diizinkan masuk atau menggunakan selama masih terdapat pekerja wanita 5. Fasilitas Ganti Pakaian Fasilitas untuk ganti pakaian seperti loker atau rak dengan hanger atau gantungan yang terpisah untuk setiap orang harus tersedia. Fasilitas ini harus berada di dalam ruang istirahat atau diruang lain yang memadai.

6. Bangku, Balai-Balai, dan Tempat Tidur Jika terdapat 5 sampai 100 pekerja wanita, harus terdapat satu bangku, balai-balai, atau tempat tidur. Jika jumlah pekerja antara 100-250 harus terdapat 2 unit Dan ditambah 1 unit untuk setiap penambahan 250 pekerja wanita.

Toilet Rooms, Water Closets, and Urinals 1. Lokasi dan Persyaratan Umum Harus tersedia toilet yang bisa digunakan oleh pekerja b) Toilet untuk pria dan wanita harus terpisah Terdapat tanda yang jelas Pekerja dilarang keras menggunakan toliet yang bukan untuk jenis kelamin yang bersangkutan

Toilet Rooms, Water Closets, and Urinals 1. Lokasi dan Persyaratan Umum Harus tersedia toilet yang bisa digunakan oleh pekerja b) Toilet untuk pria dan wanita harus terpisah Terdapat tanda yang jelas Pekerja dilarang keras menggunakan toliet yang bukan untuk jenis kelamin yang bersangkutan

Toilet Rooms, Water Closets, and Urinals 1. Konstruksi Lokasi, Letak toilet tidak lebih dari satu lantai di atas atau di bawah dari area kerja reguler, kecuali ruang kerja tersedia lift atau elevator yang memudahkan pekerja untuk menuju toilet. Toilet tidak boleh kontak langsung dengan ruang lain seperti dapur, atau ruang penyimpan makanan yang tidak dibungkus, kecuali ada pintu pembatas. Pintu pembatas harus mempunyai sistem tertutup secara otomatis.

b) Toilet pria dan wanita harus dipisahkan dengan konstruksi yang permanen. (soundproof, material tidak transparan) Perlu dicantumkan tanda “ Jangan Dibuka” c) Dinding dan plafon yang digunakan sebaiknya dari bahan yang mudah dibersihkan d) Pintu toilet sebaiknya tertutup rapat dan dilengkapi dengan alat yang membuat pintu bisa tertutup sendiri e) Toilet harus mempunyai penerangan yang memadai f) Toilet harus dilengkapi dengan exhaust fan, dan terdapat ventilasi untuk masuknya cahaya.

2. Maintenance a) Didalam toilet terdapat poster atau himbauan kepada pengguna agar menjaga kebersihan dan tidak melakukan tindakan yang dapat merusak fasilitas toilet b) Tersedia kertas tisu atau toilet paper c) Dinding, partisi dan bagian lain dari ruang toilet harus bersih dan bebas dari kotoran atau coretan-coretan d) Sebaiknya toilet pria dibersihkan oleh petugas pria dan toilet wanita oleh petugas wanita, kecuali pada waktu di luar jam kerja e) Ruang khusus wanita di dalam toilet wanita harus mempunyai penutup

Water Closet (WC) 1. Jumlah a) Jumlah WC yang tersedia untuk setiap jenis kelamin harus berdasarkan jumlah maksimal pekerja untuk setiap jenis kelamin b) Jika terdapat urinals, maka jumlah WC harus dikurangi sejumlah urinals yang tersedia, dan jumlah WC tidak boleh kurang dari 2/3 dari jumlah yang dipersyaratkan

2. Konstruksi a) Harus terdapat keran atau alat pengatur suplai air dari pipa penyalur. b) WC sebaiknya dilengkap dengan saluran buangan dan penyaring pasir atau kotoran c) Dilengkapi dengan tangki penampungan air untuk melakukan penyiraman untuk setiap unit d) Dilengkapi dengan keran untuk penyiraman. Ukuran pipa untuk penyiraman mempunyai diameter yang tidak boleh kurang dari 1¼ inch. e) Pintu dilengkapi dengan kunci. Tinggi pintu minimal 60 inch dari lantai dan jika pintu tidak menyentuh tanah maka jarak maksimal pintu dari lantai adalah 12 inch.

TERIMA KASIH