PENGERTIAN ETIKA DAN SISTEM ETIKA

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
HAK PEKERJA.
Advertisements

Tanggung Jawab Sosial dan Etika Manajemen
Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual
MENGELOLAH DENGAN ETIKA &
Etika dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
MENGELOLAH DENGAN ETIKA &
ETIKA KESEHATAN MASYARAKAT DAN PERMASALAHANNYA
ETIKA UTILITARIANISME DALAM BISNIS
Pertemuan 2 Bisnis dan Etika dalam Dunia Modern
MENGELOLA PERBEDAAN “MENUMBUHKAN POTENSI SETIAP KARYAWAN”
TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ETIKA MANAJEMEN
3 ETIKA UTILITARIANISME DALAM BISNIS
Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg
ASSALAMUALAIKUM Wr.. Wb...
Etika Bisnis.
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
Persepsi dan Pembuatan Keputusan Individual
OLEH : TIM DOSEN AZAS-AZAS MANAJEMEN
Doris Febriyanti M.Si ETIKA PROFESI Doris Febriyanti M.Si
ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI.
HAK & WAJIB PERUSAHAAN (KARYAWAN)
ETIKA BISNIS BAHAN AJAR 7 HAK PEKERJA.
BAB 4 ETIKA BISNIS 1. ETIKA DALAM ORGANISASI
ETIKA BISNIS BY.RAMA.
Persepsi dan Pembuatan Keputusan Individual
MODUL 3 AKUNTANSI SYARIAH PANDANGAN PARA AHLI MUSLIM
HAK PEKERJA Penghargaan dan jaminan terhadap hak pekerja merupakan salah satu penerapan dari prinsip keadilan dalam bisnis.
Modul III MASALAH PENELITIAN
ETIKA BISNIS.
IV. Mengelola Perbedaan Individu Dalam Organisasi
ARIF ABDUL AZIZ EA09 UNIVERSITAS GUNADARMA
Pertemuan ke-3 Oleh : Mariyana Widiastuti
Pertemuan ke-7 Etika utilitarianisme dalam bisnis
ETIKA BISNIS “Perspektif Etika Bisnis dalam Ajaran Islam (Sudut Pandang) dan Barat, dan Etika Profesi” Nurdesri Wahyu Ningtyas 4EA Fakultas.
ETIKA BISNIS.
BAB V ETIKA BISNIS.
Prinsip-prinsip Etis Bisnis Dalam Berbisnis
Prinsip-prinsip Etis Bisnis Dalam Berbisnis
PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS
BABIV ETIKA PROFESI.
MATERI KULIAH SIFAT BISNIS, PROFESI AKUNTAN
IMPLIKASI ETIS TEKNOLOGI INFORMASI
Oleh: Ricky W. Griffin Ronald J. Ebert
Nama: Aulia Puspitarini NPM: Kelas: 4EA09
13. ETIKA BISNIS Kewirausahaan Universitas Komputer Indonesia 2010
KONSEP DASAR EKONOMI ISLAM
ETIKA BISNIS NEXT.
IMPLIKASI ETIK DARI TEKNOLOGI INFORMASI
Tanggung Jawab Sosial dan Etika Manajemen
ETIKA KESEHATAN MASYARAKAT DAN PERMASALAHANNYA
MAKALAH MANAJEMEN TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ETIKA MANAJEMEN
Implikasi Etis dari Teknologi Informasi
TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ETIKA MANAJEMEN
BAB III. PENDEKATAN EKONOMI TERHADAP HUKUM
PUTRI NOVIAWATI /4EA09 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
PERILAKU ORGANISASI Entis Sutisna, SE, MM.
Prinsip-prinsip Etis Bisnis Dalam Berbisnis
Tanggung Jawab Sosial dan Etika Bisnis
Tanggung Jawab Sosial dan Etika Bisnis
TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ETIKA MANAJERIAL
ETIKA BISNIS NEXT.
ETIKA PENELITIAN.
TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ETIKA MANAJEMEN
KEADILAN DALAM BISNIS Berbagai paham dan teori mengenai keadilan :
ETIKA UTILITARIANISME DALAM BISNIS
TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ETIKA MANAJEMEN
TEORI DASAR PEMBUATAN KEPUTUSAN ETIS PELAYANAN JAMULOG
ETIKA BISNIS & TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CSR)
Hukum dan Etika Profesi Public Relations Pertemuan 4
ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI. DEFINISI Keperawatan merupakan salah satu profesi yang bergerak pada bidang kesejahteraan manusia yaitu dengan.
Transcript presentasi:

PENGERTIAN ETIKA DAN SISTEM ETIKA Definisi Etika Beekun (1997) secara ringkas menjelaskan bahwa etika adalah : “The set of moral principles that distinguish what is right from what is wrong.” (Sekumpulan prinsip-prinsip moral yang digunakan untuk membedakan perilaku yang benar dengan perilaku yang salah). Etika ini menurut Beekun (1997) adalah studi yang bersifat normatif sebab etika menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan seseorang dan apa yang seharusnya tidak dilakukan seseorang. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Etika Individu Beekun memandang bahwa perilaku etika individu dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu : (1) interpretasi-interpretasi hukum, (2) faktor-faktor organisasional, dan (3) faktor-faktor individual. Interpretasi hukum (legal interpretation) adalah tafsiran-tafsiran yang dilakukan oleh para ahli hukum terhadap teks-teks hukum. Dalam masyarakat Barat, interpretasi ini seringkali didasarkan pada nilai-nilai atau standar-standar yang temporal. Sementara dalam masyarakat Islam, interpretasi hukum didasarkan pada ijtihad untuk menghasilkan hukum yang baku. Implikasinya, dalam masyarakat Barat, pada satu saat sebuah perilaku bisa dianggap legal, sedangkan pada waktu lainnya dapat dianggap ilegal. Misalnya diskriminasi terhadap perempuan dan kaum minoritas. Dulu ini dianggap legal dalam masyarakat Barat, namun sekarang dianggap ilegal. Sebaliknya Islam memberikan hak-hak yang bersifat permanen kepada perempuan, dan juga Islam tak pernah mendiskriminasikan kaum minoritas. Faktor-faktor organisasional (organizational factors) adalah faktor berupa kumpulan peraturan suatu organisasi bisnis, yang biasa dikenal dengan istilah “kode etik”. Beekun mencontohkan perusahaan Xerox Corporation yag mempunyai kode etik setebal 15 halaman, yang antara lain berbunyi,”Kita harus jujur kepada para pelanggan. Tak ada kongkalikong. Tak ada suap. Tak ada rahasia. Tak ada manipulasi harga…”[7] Namun demikian, apa yang dianggap etis dalam sebuah perusahaan, bisa jadi tetap tidak patut dilaksanakan. Misalnya, perusahaan yang ‘12 Etika Ir. Suprapto M.Si. 1 Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id

untuk menutupi kerugian yang dialami. Sedangkan faktor situasional, adalah kondisi-kondisi tertentu yang membuat seseorang berperilaku tidak etis, sebagai jalan keluar dari problem yang dihadapinya. Misalnya, seorang manajer penjualan yang mencatatkan transaksi penjualan fiktif untuk menutupi kerugian yang dialami. Sistem-Sistem Etika Sistem etika yang dominan saat ini, menurut Beekun, ada 6 (enam) sistem etika, yaitu Relativisme, Utilitarianisme, Universalisme, Rights (Hak-Hak), Keadilan Distributif (Distributive Justice), dan Hukum Abadi (Eternal Law). Keenam sistem etika ini dibedakan atas dasar kriteria yang digunakan untuk memutuskan salah benarnya suatu perilaku. Relativisme (self-interest) adalah paham bahwa baik buruknya perilaku manusia didasarkan pada kepentingan atau kebutuhan pribadi (self-interest and needs). Dengan demikian, setiap individu akan mempunyai kriteria moral yang berbeda dengan individu lainnya, atau akan terjadi perbedaan kriteria moral dari satu kultur ke kultur lainnya. Relativisme bertentangan dengan Islam, sebab Islam menegaskan bahwa perilaku etika individu wajib didasarkan pada kriteria Al-Qur`an dan As-Sunnah, bukan kriteria individu yang relatif. Di samping itu, relativisme akan menimbulkan kemalasan dalam pembuatan keputusan, karena semuanya toh dapat secara sederhana diputuskan menurut selera masing-masing. Islam mensyariatkan syura dalam pengambilan keputusan bersama, yang dapat mencegah adanya penggunaan kriteria moral individual yang relatif. Utilitarianisme (calculation of costs anf benefits) adalah suatu paham bahwa baik buruknya perilaku tergantung pada hasil-hasil (manfaat) dari keputusan yang diambil. Suatu perilaku dianggap etis jika menghasilkan keuntungan terbesar bagi sebagian besar manusia. Beekun mengkritik paham ini dengan menunjukkan ketidakjelasan kriteria “siapa” yang menentukan sesuatu itu “baik” untuk sebagian besar masyarakat. Selain itu, jika mayoritas yang dijadikan kriteria, maka bagaimanakah nasib kelompok minoritas ? Jika mayoritas menghendaki “free sex”, siapakah yang akan melindungi kepentingan minoritas yang menolak “free sex” ? Begitu pula, untuk hal-hal yang tak dapat dikuantifikasi, utilitarianisme tak menyediakan perangkat memadai untuk perhitungan untung-ruginya. Hak-hak dan ‘12 Etika Ir. Suprapto M.Si. 3 Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id

Seringkali kita bisa menilai seseorang melakukan suatu perbuatan atau Penyebab Perilaku Tidak Etis Berdasarkan Psikologi Pengambilan Keputusan Seringkali kita bisa menilai seseorang melakukan suatu perbuatan atau pengambilan keputusan yang tidak etis, sementara orang tersebut tidak merasa melakukannya. Beberapa faktor dapat menjadi penyebab seseorang merasa sudah berperilaku etis tapi nyatanya tidak. Dalam hal ini kita harus memahami sifat-sifat alamiah manusia dalam memandang dunia, memandang orang lain dan memandang dirinya sendiri. Berikut ini disampaikan hasil riset-riset yang dilaksanakan selama kurun waktu cukup lama dan menghasilkan temuan yang konsisten. Pemahaman atas sifat-sifat alamiah ini dapat membuat kita lebih berhati- hati sehingga dapat mengambil keputusan dengan lebih bijak dan lebih etis. Hasil riset tersebut dikelompokkan dalam tiga teori, yang lebih jelas disampaikan berikut ini. 1. TEORI TENTANG DUNIA Eksekutif yang berhasil harus memiliki pengetahuan yang akurat tentang dunia mereka. Jika mereka tidak memiliki, mereka harus tahu bagaimana memperolehnya. Satu tantangan tipikal adalah bagaimana mengakses risiko dari suatu strategi atau kebijakan, dimana melibatkan akibat-akibat dan mengakses variasi-variasi segala kemungkinan yang mungkin timbul. Jika seorang eksekutif melakukan penilaian yang jelek dari konseskuensi suatu kebijakan yang diambil, maka kebijakan itu bisa menjadi ancaman dan menyebabkan keadaan yang memalukan dari segi finansial maupun dari segi moral bagi perusahaan dan pengambil keputusan. Terdapat tiga komponen teori tentang dunia, yakni : pertimbangan konsekuensi yang mungkin terjadi, penilaian tentang risiko, dan persepsi tentang penyebab. Pertimbangan Konsekuensi yang Mungkin Terjadi Berdasarkan penelitian terbukti bahwa keputusan pada dasarnya adalah merupakan pilihan. Dalam membuat keputusan yang sulit, orang-orang sering menyederhanakan keputusan dengan mengabaikan kemungkinan yang akan terjadi atau konsekuensi-konsekuensi yang akan memperumit pilihan. Dengan kata lain, ada kecenderungan untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan konsekuensi atau hasil untuk membuat keputusan dapat lebih mudah ditangani. Dalam kasus ‘12 Etika Ir. Suprapto M.Si. 5 Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id