KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA BENCANA Fery Mendrofa Pusrengun
pendahuluan Indonesia langganan bencana ; Sejak bencana Tsunami yang melanda Asia Tenggara, khususnya Aceh dan P.Nias pada 2004 lalu sepertinya. Mulai dari banjir bandang di Jember, gempa Jogja plus ancaman merapinya, banjir lagi di Banjarmasin gempa+Tsunami di Pangandaran, Jabar, gempa Maluku walaupun berskala kecil, kebakaran hutan di Sumatera & Kalimantan, runtuhnya timbunan sampah di Bekasi yang memakan korban sampailah bencana teranyar plus terlama Lumpur panas PT. Lapindo Brantas di Porong, Sidoarjo yang berhasil pecahkan rekor lebih dari 115 hari.
Melihat fenomena itu tentu banyak yang jadi korban baik nyawa, materi, dan masa depan. Sayangnya seperti yg slalu kita tau bahwa kita semua selalu menyiapkan penanggulangan ”emergency” saat bahaya sudah datang
What are going on in the world& humans today??
Definisi Bencana (Disaster) bencana adalah peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar (Depkes RI)
bencana (disaster) menurut WHO adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena.
Bencana adalah situasi dan kondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Tergantung pada cakupannya, bencana ini bisa merubah pola kehidupan dari kondisi kehidupan masyarakat yang normal menjadi rusak, menghilangkan harta benda dan jiwa manusia, merusak struktur sosial masyarakat, serta menimbulkan lonjakan kebutuhan dasar (BAKORNAS PBP)
Jenis Bencana Usep Solehudin (2005) mengelompokkan bencana menjadi 2 jenis yaitu: Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian-kejadian alami seperti kejadian-kejadian alami seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung meletus, badai, kekeringan, wabah, serangga dan lainnya. Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian-kejadian karena perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran, huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik, ganguan komunikasi, gangguan transportasi dan lainnya.
berdasarkan cakupan wilayah, bencana terdiri dari; Bencana Lokal memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang berdekatan. Bencana terjadi pada sebuah gedung atau bangunan-bangunan disekitarnya. Biasanya adalah karena akibat faktor manusia seperti kebakaran, ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia dan lainnya
2. Bencana regional memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis yang cukup luas, dan biasanya disebabkan oleh faktor alam, seperti badai, banjir, letusan gunung, tornado dan lainnya
Fase-fase Bencana Menurut Barbara Santamaria (1995), ada 3 fase dalam terjadinya suatu bencana yaitu; fase preimpact, fase impact dan fase postimpact.
Lanjutan fase….. 1. Fase preimpact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana. Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya pada fase inilah segala persiapan dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga, dan warga masyarakat.
2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana 2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-saat dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup (survive). Fase impact ini terus berlanjut hingga terjadi kerusakan dan bantuan-bantuan darurat dilakukan
3. Fase postimpact adalah saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi komunitas normal. Secara umum dalam fase postimpact ini para korban akan mengalami tahap respon psikologis mulai penolakan, marah, tawar-menawar, depresi hingga penerimaan
POSISI PERAWAT KOMUNITAS?
TIM BANTUAN KESEHATAN (BERDASARKAN KEPMENKES 066/MENKES/SK/II/2006 Tim yang Diberangkatkan Berdasarkan Kebutuhan setelah Tim Gerak Cepat dan Tim RHA Kembali dengan Laporan Hasil Kegiatan Mereka di Lapangan Dokter Spesialis Dokter Umum Apoteker & Asisten Apoteker Perawat Mahir Bidan (D3 Kebidanan) Sanitarian (SKM/D3 Kesling) Ahli Gizi (D3/D4 Gizi/SKM) Tenaga Surveilans (D III/IV Kesehatan/SKM) Entomolog (D III/IV Kesehatan/SKM/Sarjana Biologi) Pusrengun
JUMLAH KEBUTUHAN SDM KES DI LAPANGAN UTK JML PENDUDUK/ PENGUNGSI 10 JUMLAH KEBUTUHAN SDM KES DI LAPANGAN UTK JML PENDUDUK/ PENGUNGSI 10.000 – 20.000 ORANG Dokter Umum 4 orang Perawat 10 - 20 orang Bidan 8 – 16 orang Apoteker 2 orang Asisten Apoteker 4 orang Pranata Laboratorium 2 orang Epidemiolog 2 orang Entomolog 2 orang Sanitarian 4 – 8 orang Pusrengun
PERAN PERAWAT KOMUNITAS DALAM MANAJEMEN KEJADIAN BENCANA perawat komunitas dalam asuhan keperawatan komunitas memiliki tanggung jawab peran dalam membantu mengatasi ancaman bencana baik selama tahap preimpact, impact/emergency, dan postimpact Peran perawat disini bisa dikatakan multiple; sebagai bagian dari penyusun rencana, pendidik, pemberi asuhan keperawatan bagian dari tim pengkajian kejadian bencana.
Tujuan utama tujuan tindakan asuhan keperawatan komunitas pada bencana ini adalah untuk mencapai kemungkinan tingkat kesehatan terbaik masyarakat yang terkena bencana tersebut
PERAN PERAWAT A. Peran dalam Pencegahan Primer Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana ini, antara lain: mengenali instruksi ancaman bahaya; mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air, obat-obatan, pakaian dan selimut, serta tenda) melatih penanganan pertama korban bencana. Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat
Pendidikan kesehatan diarahkan kepada : usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut) pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang , perdarahan, dan pertolongan pertama luka bakar memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran, RS dan ambulans. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal pakaian seperlunya, portable radio, senter, baterai) Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko bencana
B. Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase) Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah keadaan stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari tim kesehatan. Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk penanganan segera (emergency) akan lebih efektif. (Triase )
TRIASE Merah --- paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancam kehidupan sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal, trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II Kuning --- penting, prioritas kedua Prioritas kedua meliputi injury dengan efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat II
Hijau --- prioritas ketiga Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi Hitam --- meninggal Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal
C. Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan kesehatan di RS Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan kesehatan
6. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot) Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi
Peran perawat dalam fase postimpact Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan psikologis korban. Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal. Beberapa penyakit dan kondisi fisik mungkin memerlukan jangka waktu yang lama untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi.
referensi 1. Community Health Nursing Theory&Practice.1995 2. Turkanto.2006. Splinting & Bandaging. Kuliah Keperawatan Kritis PSIK Universitas Airlangga, Surabaya.
Terima Kasih Atas Perhatiannya Pusrengun