BAB XII JURNALISME PEMBANGUNAN Pertemuan 12
Latar Belakang Jurnalisme pembangunan muncul 1967 Gagasan dasar jurnalisme ini: Pemberitaan tentang peristiwa nasional & internasional harus memberikan kontribusi positif kepada pembangunan negeri bersangkutan
Fokus bukan pada berita sehari-hari tapi pada proses pembangunan jangka panjang
Vilanilam: Jurnalisme pembangunan bertalian dgn proyek & program yang dilancarkan dalam suatu negara yang secara ekonomis terbelakang untuk memberikan standar hidup minimum kepada rakyat
Tugas wartawan secara kritis memeriksa/mengevaluasi/melaporkan tentang relevansi proyek pembangunan dengan kebutuhan nasional & kebutuhan setempat, perbedaan antara rencana dan pelaksanaan serta dampak bagi rakyat
Landasan Jurnalisme Pembangunan Jurnalisme pembangunan bersifat investigatif (fokus pada pertanyaan kritis eveluatif terhadap manfaat proyek yang telah ditetapkan pemerintah) Jurnalisme pembangunan yang mendukung penguasa yang baik
Landasan Teoretis Teori Modernisasi Modernisasi di negara berkembang memerlukan pembentukan profesi jurnalistik yang menganalisis proses-proses politik & sosial secara objektif, tak memihak dan netral
Teori Ketergantungan Menekankan bahwa wartawan di negara berkembang menjadi penghubung/jembatan antara negara maju/besar dengan negara berkembang (wartawan jadi agen penyebar informasi).
Teori Sistem Pers tergantung sistem dan subsistem dalam negara (politik, ekonomi, agama, sosial, dll)
Konsep-Konsep Lebih Baru Deprofesionalisasi Cess Hamelink: Jurnalisme dipisahkan secara kultural (bukan profesi). Butuh desentralisasi media & partisipasi seluruh populasi dalam sistem media untuk menghindari kontrol/manipulasi oleh para komunikator profesional (jurnalisme bukan profesi tapi pengabdian pada masyarakat)
Jurnalisme Pembangunan Intelektual Berdasarkan Teori Neo-Marxixt Anglo-Amerika (wartawan merupakan kaum intelegensia yang tidak terikat secara sosial, jauh dari tekanan sosial, bertugas pecahkan masalah-masalah pembangunan nasional secara rasional