MARKETING MIX DALAM POLITIK & pentingnya IMAGE POLITIK Dedy Santiko (115030100111043) Andreas Wintoko (115030100111039) Dicky Setya Abdi (115030100111108) Mahesa Yudistiranti (115030107111039) Anggun Irmaya Sari (115030107111047) Esthi Setyaningrum (115030107111044) Ellia Aida Fitri (115030101111033) Rayan Bagus A (105030107111015) M Ali Zuhri Mahfud (115030113111009)
MARKETING-MIX DALAM POLITIK Jalan keluar bagi marketing politik untuk keluar dari pertanyaan - pertanyaan akibat dari penggabungan dua disiplin ilmu (marketing bisnis dan marketing politik) merupakan suatu tantangan besar. Tujuan akhir dari marketing politik adalah membuatnya menjadi disiplin ilmu yang memberikan kontribusi dalam penataan kehidupan sosial masyarakat yang selalu berubah.
Pesan yang ingin disampaikan dalam konsep marketing politik: Menjadikan pemilih sebagai subjek, bukan objek partai politik atau seorang kandidat presiden. Menjadikan permasalahan yang dihadapi pemilih sebagai langkah awal dalam menyusun program kerja yang ditawarkan dalam bingkai ideologi masing-masing partai (Dermody & Scullion, 2001) Marketing politik tidak menjamin sebuah kemenangan, tapi menyediakan tools untuk menjaga hubugan dengan pemilih sehinggan dari situ akan terbangun kepercayaan, dan selanjutnya akan diperoleh dukungan suara mereka (OShaugnessy, 2001).
Marketing politik harus dilihat secara komprehensif (Lees Marshmant, 2001) Lebih dari pada sekedar komunikasi politik Diaplikasikan dalam seluruh proses organisasi partai politik Menggunakan konsep marketing secra luas Melibatkan banyak disiplin ilmu dalam pembahasannya Bisa diterapkan kedalam berbagai situasi politik
Proses marketing politik, Niffenneger (1989)
PRODUK Produk yang ditawarkan institusi politik merupakan sesuatu yang kompleks, di mana pemilih akan menikmatinya setelah sebuah partai atau seorang kandidat terpilih (Niffenegger, 1989) Katagori produk politik : Party platform (platform partai) Past record (catatan tentang hal-hal yang dilakukan di masa lampau) Personal characteristic (ciri pribadi) Butler dan Collins (1994) menyatakan adanya tiga dimensi penting yang mesti dipahami dari sebuah produk politik : Person/party/ideology (pribadi/partai/ideologi) Loyality (kesetiaan) Mutability (bisa berubah-ubah)
PROMOSI Sebagian besar literatur dalam marketing politik membahas cara sebuah institusi dalam melakukan promosi (promotion) ide, platform partai dan ideologi selama kampanye Pemilu. Tidak jarang institusi politik bekerja sama dengan sebuah agen iklan dalam membangun slogan, jargon, dan citra yang akan ditampilkan (Wring, 1996; Elebash, 1984).
HARGA Harga dalam marketing poliik mencakup banyak hal, nilai ekonomi, psikologis sampai ke citra nasional (Nffenegger, 1989) Harga ekonomi Semua biaya yang dikeluarkan institusi politik selama periode kampanye, yang meliputi : biaya iklan, publikasi, biaya rapat akbar sampai ke biaya administrasi pengorganisasian tim kampanye. Harga Psikologis Mengacu pada harga persepsi psikologis, misalnya apakah pemilih merasa nyaman dengan latar belakang etnis, agama, pendidikan, dan lain-lain seorang kandidat. Harga Image Nasional berkaitan dengan apakah pemilih merasa kandidat presiden tersebut bisa menjadi kebanggaan nasional atau tidak.
TEMPAT Tempat (place) berkaitan erat dengan cara hadir atau distribusi sebuah institusi politik dan kemampuannya dalam berkomunikasi dengan para pemilih atau calon pemilih (Neffinegger, 1989). Pemetaan Secara Geografis Identifikasi dilakukan dengan melihat konsentrasi penduduk di suatu wilayah, penyebarannya dan kondisi fisik geografsnya. Pemetaan Secara Demografis Dimana pemilih dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, kelas sosial, pemahaman akan dunia politik, kepercayaan agama, dan etnis. Pemetaan Berdasarkan Keberpihakkan Pemilih Misalnya saja berapa pendukung tradisonal, berapa pendukung partai atau kandidat lain, berapa jumlah massa mengambang (floating mass) dan mungkin juga berapa presentase Golput
SEGMENTASI &POSITIONING Smith dan Hirst (2001) Berpendapat bahwa institusi politik perlu melakukan segmentasi politik. Menurut mereka, perlunya segmentasi disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1. Tidak semua segmen pasar harus dimasuki 2. Sumberdaya partai politik bukanlah tidak terbatas 3. Efektivitas program komunikasi politik yang akan dilakukan 4. Segmentasi ini perlu dilakukan dalam iklim persaingan politik
Segmentasi dan Positioning Segmentasi sangat dibutuhkan untuk dapat mengidentifikasi karakteristik yang muncul di setiap kelompok masyarakat. Sementara Positioning adalah upaya untuk menempatkan image dan produk poltik yang sesuai dengan masing- masing kelompok masyarakat. Tanpa adanya aktivitas segmentasi, partai politik akan mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi kelompok- kelompok yang ada di dalam masyarakat. Sehingga aktivitas segmentasi masyarakat perlu sekali dilakukan untuk mengetahui karakteristik yang terdapat di dalamnya, sekaligus untuk mengembangkan pendekatan yang sesuai dengan masing-masing karakteristik.
Segmentasi dan Positioning Tahap 1 Segmentasi Pasar Politik Tahap 2 Targetasi Pasar Politik Tahap 3 Positioning Pasar Politik Identifikasi dasar segmentasi pemilih Menyusun profil dari hasil segmentasi pemilih 3. Menyusun kriteria pemilihan segmentasi 4. Memilih target segment pemilih 5. Menyusun strategi positioning di setiap segmen 6. Menyusun bauran marketing di setiap segmen politik
Positioning Politik Positioning politik tidak akan dapat dilakukan tanpa adanya proses penciptaan dan komunikasi pesan politik. Pesan politik tidak hanya jargon politik semata, melainkan di dalamnya juga secara implisit dan eksplisit terdapat janji politik yang tercermin pada penetapan tujuan dan harapan yang diberikan setiap kandidat, hal ini tertuang di dalam kebijakan dan program kerja partai. Selain itu perlu dilakukan benchmarking dengan apa yang dilakukan oleh para pesaing politik.
BENCHMARKING Analisis benchamarking ini perlu dilakukan untuk membuat analisis perbandingan tentang isi, kualitas dan pendekatan yang digunakan dalam penyusunan program kerja. Positioning tidak akan dapat dilakukan tanpa adanya analisis dan identifikasi mengenai apa yang dapat membedakan suatu partai dengan para pesaingnya. Benchmarking juga dilakukan untuk melihat apapun yang dilakukan maupun yang akan dilakukan pesaing.
STRATEGI PENDEKATAN PASAR Sumber : Nursal (2004)
Partai Politik Menghadapi 5 Jenis trade-off dalam Mengembangkan Strategi Marketing (Rohrschneider: 2002): Partai politik akan memaksimalkan pemilih atau kebijakan (policy) Apakah partai politik lebih mempertahankan pemilih inti atau pemilih non-partisan yang tidak terikat oleh partai apa pun Apakah partai politik lebih memperjuangkan ideologi partai atau mengikuti keinginan masyarakat yang tercermin dalam polling Apakah partai politik lebih menekankan pada leader atau justru pada konstituen yang terdapat dalam tubuh partai politiknya Apakah organisasi partai politik diposisikan lebih sebagai instrumen mekanis atau simbolis dalam kampanye pemilu
Trade off adalah suatu kondisi dimana suatu partai politik harus memilih antara dua pilihan karena berhadapan dengan keterbatasan yang ditanggungnya. Menggunakan bauran dari kelima jenis trade-off Rohrschneider (2002) membedakan 2 jenis strategi untuk memenangkan pemilu : Lebih menekankan pada sisi kebijakan (policies), lebih mengutamakan pendekatan terhadap pendukung partai dan berpandangan bahwa partai politik adalah suatu alat untuk mendekati pemilih. Mobilizing Memaksimalkan pemilih secara luas. Semua usaha yang dilakukan justru untuk mendekati pemilih yang bukan pendukung utama, karena mereka beranggapan bahwa yang terpenting adalah menambah dukungan masyarakat hingga seluas mungkin, sedangkan pendukung akan sendirinya memberikan suara kepada mereka. Chasing
Tabel 6.1 Tipe Strategi Pasar Strategi ‘Mobilizing’ Strategi ‘Chasing’ Reaktif Proaktif Defensif ‘Research and Development’ Proteksi Merebut Internal Orientasi Eksternal Orientasi Memperkuat Menarik
Contoh-Contoh dari Tipe Strategi Pasar Kontestan yang lebih menitikberatkan pada mobilisasi massanya sendiri dengan mengalokasikan sedikit sekali usaha untuk berburu massa baru Contoh : Massa PDIP Terdapat partai yang cenderung menggunakan strategi berburu massa, karena mereka merasa tidak memiliki basis pendukung yang cukup signifikan untuk memenangkan pemilihan umum Contoh : Massa Partai Demokrat (pemilu 2004) Terdapat partai politik yang cenderung menngunakan 2 strategi, yaitu strategi mobilisasi dan berburu dilakukan secara sekaligus. Contoh : Golkar (pada massa era reformasi)
Tipologi Partai Politik Partai politik besar akan lebih menitikberatkan pada mobilisasi massa yang dimiliki dibandingkan dengan berburu massa baru. Aktivitas kampanye yang dilakukan lebih diorientasikan pada pendukung dan simpatisan partai. Partai-partai yang memiliki ukuran sedang harus melakukan kedua strategi tersebut secara bersamaan. Antara mobilisasi dan berburu, bukanlah suatu pilihan tetapi suatu keharusan untuk melakukannya secara bersamaan. Partai kecil tidak memiliki pilihan lain kecuali berburu pendukung untuk meningkatkan perolehan suara yang mereka miliki. Salah satu kendala utama yang dimiliki oleh partai dengan ukuran kecil adalah terbatasnya sumber daya yang dimiliki untuk dapat berburu dukungan.
PENTINGNYA IMAGE POLITIK
PENTINGNYA IMAGE POLITIK Di masa lampau bahkan hingga saat ini pun, politik selalu mendapatkan cap buruk. Apalagi harus diingat kenyataan bahwa berpolitik atau tidaknya, semua anggota masyarakat akan terkena akibatnya Pada akhirnya mendukung atau tidak mendukung suatu kontestan selama pemilu akan menerima kenyataan siapapun yang memenangkan pemilu
Berusaha menciptakan pencitraan yang positif di kalangan pemilih Masing-masing parpol Berusaha menciptakan pencitraan yang positif di kalangan pemilih Image politik Strategi yag dapat menentukan kemenangan Menurut Gioia & Thomas image dapat dikategorikan sebagai strategi ‘positioning’ suatu parptai politik di antara partai-partai lainnya. Selain itu, image juga terkait erat dengan identitas. Menurut Dutton imasge biasanya diartikan sebagai cara anggota organisasi dalam melihat kesan dan citra yang berada di benak orang. Image politik sebagai konstruksi atas representai dan persepsi masyarakat akan suatu parpol/individu mengenai hal yang terkait dengan aktivitas politik.
Strategi pembangunan image politik Untuk membangun image dibutuhkan waktu yang relatif lama Membangun image membutuhkan konsistensi dari semua hal yang dilakukan parpol bersangkutan. Image politik adalah kesan dan persepsi publik terhadap apa saja yang dilakukan parpol Image politik terdapat dalam kesadaran publik yang berasal dari memori kolektif masyarakat
Pendekatan kognitif & afektif Unsur kognitif mengacu pada pertimbangan rasional dan kalkulasi dalam domain image Unsur afektif lebih melihat pada sisi emosi dan perasaan dalam dimensi image
Mobilisasi Kognitif dan Afektif Dalam membangun image yang komperehensif, Parpol harus menggunakan pendekatan rasional dan emosional secara bersamaan. Bagi masyarakat yang menggunakan pendekatan rasional, mereka dapat melihat program kerja partai dan debat-debat yang diselenggarakan partai. Bagi masyarakat yang menggunakan pendekatan emosional, masyarakat dapat melihat jargon politik, simbolisasi dan mitos yang berjalan dengan seiring penyusunan program kerja Parpol. Simbolisasi dan Mitos yang diciptakan dapat dijadikan pilihan bagi masyarakat. Yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah konsistensi dan keterkaitan antara unsur rasional-non rasional suatu image. Terkadang muncul ketidakonsistenan antara program kerja yang ditawarkan dengan simbolisasi yang dicoba untuk dibuat dan diberikan kepada masyarakat.
Kontruksi Image Politik Dalam membangun sebuah image gangguan juga sering muncul seperti ketidaktepatan menggunakan media komunikasi, frekuensi yang kurang atau berlebihan atas transfer pesan, dan presepsi media massa juga menjauhkan pemahaman yang dinginkan Parpol dengan apa yang dipresepsikan masyarakat. Image yang ingin diciptakan oleh suatu Parpol membutuhkan konstistensi dan dukungan semua elemen yang terdapat dalam Parpol, misi dan visi partai harus sesuai dengan program kerja partai, jargon politik harus sesuai apa yang dilakukan oleh parpol.
Membangun Image Political communication merupakan usaha partai untuk berdialog dengan masyarakat yang bertujuan menciptakan kesamaan pemahaman antara parpol dan masyarakat.
Transformasi Image Lama ke Image Baru Faktor –faktor perubahan image sebuah parpol : Image lama tidak relevan lagi dengan kondisi dan tuntutan masyarakat. Image lama tidak mendukung arah dan ruang gerak parpol ke depannya. Adanya penyesuaian orientasi ideologi dan kebijakan politik yang dilakukan. Hal-hal yang harus di ubah oleh parpol : Pemahaman dan citra publik terhadap parpol harus dirubah. Peran media massa dan pers sebagai agen yang mendistribusikan image politik dari parpol ke masyarakat. Mengubah aktivitas dan pemahaman semua elemen parpol yang sudah menjadi rutinitas.
Faktor image negatif dalam masyarakat : Memperbaiki Image Faktor image negatif dalam masyarakat : Disebabkan oleh aktivitas parpol baik disengaja atau tidak. Gencarnya lawan parpol dalam mendiskreditkan image negatif. Strategi memperbaiki image negatif (Ashforth dan Kreiner, 1991) : Reframing : infusing dan neutralizing Recalibrating Recofusing
PROTEKSI IMAGE Konsisten Rasional Idealis Harapan
Image Sebagai Sumber Keuntungan dalam Bersaing Image Politik sebagai suatu strategi positioning dapat menjadi penentu kemenangan partai politik dalam persaingan dengan partai lainnya Positioning adalah strategi yang mencoba menempatkan suatu ideologi partai di antara ideologi – ideologi yang ada dalam benak masyarakat.
Identitas Politik Image politik adalah identitas politik. Image tersebut berupa citra, reputasi, dan kredibilitas partai politik yang dipersepsikan oleh masyarakat luas. Membantu pemilih dalam memlilih Mengurangi resiko psikoogis dan ketidapastian Memotivasi pemilih
Pentingnya Komunikasi Politik Komunikasi politik adalah semua hal yang dilakukan oleh partai politik untuk mentransfer sekaligus menerima umpan balik tentang isu-isu politik berdasarkan semua aktivitas yang dilakukannya terhadap masyarakat. Komunikasi dyadic (komunikasi dua arah) yaitu komunikasi yang tidak hanya dilakukan oleh partai politik kepada masyarakat tetapi juga dari masyarakat kepada partai politik.
Peran dan Tujuan Komunikasi Peran komunikasi politik adalah membuka jalan apabila terjadi bias persepsi sehingga bias persepsi tentang isu politik antara partai politik dengan masyarakat dapat direduksi. Tujuan komunikasi politik adalah berusaha membangun pemahaman bersama agar kedua belah pihak memiliki persepsi yang sama.
Komunikasi Proses Conformist idiosyncratic Noise Sender Symbolic Message Receiver Sense/Sign Giving Sense Making Feedback
Strategi Pesan & Strategi Media Sesuai dengan isu-isu politik yg sedang berkembang di masyrakat Mampu membuka telaah masalah serta solusi Dipahami oleh semua kalangan Memiliki identitas utk dikenal masyarakat Strategi Pesan Strategi Media Penyampaian pesan disesuaikan dengan pemilihan media yg sesuai utk menyampaikan pesan politik
Perang Image
Perang Media
Informasi Berlebih Persaingan media tidak selamanya menuju ke arah positif dimasyarakat. Membanjirnya informasi tentang partai politik membuat informasi harus dianalisis dan dicerna oleh masyarakatpun menjadi berlebihan Konsekuensinya, masyarakat dihadapkan pada informasi dlm jumlah besar dan seringkali kontradiksi satu dg yang lain
TERIMA KASIH