BAHAN KAJIAN MK. STELA FPUB APRIL 2013 Ass. Wr. Wb. KAIDAH UMUM EVALUASI LAHAN HUTAN Soemarno 2013
KAIDAH ANALISIS KESESUAIAN LAHAN Lahan merupakan lingkungan fisik yang meliputi iklim, relief, tanah, hidrologi, dan vegetasi. Faktor-faktor ini hingga batas tertentu mempengaruhi potensi dan kemampuan lahan untuk mendukung suatu tipe penggunaan tertentu.
Evaluasi Lahan Hutan “Area lahan tertentu" dapat disebut sebagai 'Satuan Pemetaan Lahan' atau 'Satuan Peta Lahan'. Area ini merupakan area lahan yang dipetakan dengan karakteristik atau kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Tipe pemanfaatan lahan (Land Utilization Type, LUT) merupakan spesifikasi lebih lanjut dari Tipe Utama Penggunaan Lahan. LUT ini ditandai oleh seperangkat spesifikasi teknis, dalam suatu tatanan fisik, ekonomi, dan sosial yang ada. Atribut kelengkapan dari LUT meliputi data atau asumsi-asumsi tentang tujuan dan produk, persyaratan fisik dan ukuran pemilikan lahan, persyaratan infrastruktur, kapital dan tenagakerja, teknologi dan sumber enerji yang digunakan, taraf pengelolaan dan penguasaan lahan.
Pengelolaan lahan miring dengan model Countur farming system pada lereng tengah dan agroforestry pada lereng atas.
Pemanfaatan Lahan untuk Hutan Beberapa atribut penting bagi LUT untuk hutan adalah produk, slope, tenagakerja, kapital, taraf teknologi dan pengelolaan. Beberapa definisi penting disajikan berikut ini: (1). Tingkat Produksi Rendah : 0 - 5.0 m3/ha/tahun Moderat : 5.1 - 10.0 Medium : 10.1 - 15.0 Tinggi : 15.1 - 25.0 Sangat Tinggi : > 25.0 (2). Slope 0 - 3.0 % 15.1 - 30.0 % 3.1 - 5.0 % 30.1 - 50.0 % 5.1 - 8.0 % 50.1 - 70.0 % 8.1 - 15.0 % 70.1 - 100 % > 100 % (3). Input tenagakerja per hektar per tahun: Rendah : 0.00 - 0.25 TOK/ha/tahun Medium : 0.26 - 1.00 Tinggi : 1.10 - 3.00 Sangat tinggi : > 3.00
(4). Input tenagakerja total Rendah : 0.00 - 5.00 Moderat : 6.00 - 25.00 Medium : 26.00 - 100.00 Tinggi : 101.00 - 500.00 Sangat tinggi : > 500.00 (5). Investasi kapital, Rp/ha/th Rendah : 0.00 - 2 500.00 Moderat : 2 501.00 - 25 000.00 Medium : 25 001.00 - 250 000.00 Tinggi : 250 001.00 - 2 500 000.00 Sangat tinggi : > 2 500 000.00 (6). Investasi kapital total, Rp x 1000 Rendah : 0 - 500 Moderat : 501 - 5 000 Medium : 5 001 - 50 000 Tinggi : 50 001 - 500 001 Sangat tinggi : > 500 001
7. Teknologi A. Tradisional manusia dengan peralatan yang dioperasikan secara 'tangan' (handtools); tenagakerja ternak. B. Semi-tradisional Tenagakerja manusia dengan motor; traktor pertanian; sedikit tenagakerja manusia dengan handtools . C. Semi-maju Mesin-mesin yag dirancang secara khusus; hampir tidak ada tenagakerja manusia. D Teknologi Maju Mesin-mesin multi-fungsi yang dirancang untuk menggantikan semua tenagakerja manusia.
8. Tingkat PEngelolaan A. Tradisional manusia dengan peralatan yang dioperasikan secara 'tangan' (handtools); tenagakerja ternak. B. Semi-tradisional Tenagakerja manusia dengan motor; traktor pertanian; sedikit tenagakerja manusia dengan handtools . C. Semi-maju Mesin-mesin yag dirancang secara khusus; hampir tidak ada tenagakerja manusia.
Tipe-tipe LUT Hutan Ada banyak tipe LUT Hutan yang dapat dideskripsikan, beberapa di antaranya adalah: Hutan lindung tetap, Hutan konservasi air alamiah, Hutan konservasi tanah alamiah, Hutan produksi alamiah: pengelolaan ekstensif, Hutan produksi alamiah: pengelolaan intensif, Hutan tanaman kaju komersial (timber), Hutan tanaman kayu pulp, Hutan tanaman kayu bakar, Hutan tanaman bambu, Hutan rakyat, Wanatani (agroforestry), Hutan tanaman konservasi tanah, Hutan wisata.
Tujuan tipe-tipe pemanfaatan lahan untuk hutan No. Tipe Pemanfaatan Tujuan 1. Hutan lindung tetap pendidikan Konservasi hutan alam pegunungan sebagai sumber plasma nutfah dan untuk kepentingan penelitian dan 2. Hutan konservasi air alamiah Pengamanan kesinambungan suplai air, untuk pertanian dan domestik. 3. Hutan konservasi tanah alamiah Konservasi tanah terhadap erosi dalam rangka un-tuk mencegah kerusakan mekanik dan sedimentasi pada sistem penampung dan penyaluran air, sangat penting ada lereng yang curam dan mudah longsor. 4. Hutan produksi alamiah dengan pengelolaan ekstensif Produksi kayu gergajian dan hasil kayu tambahandi hutan alam pegunungan dengan tingkat produksi rendah 5. Hutan produksi alamiah yang intensif Produksi kayu gergajian dan kayu lain dengan produktivitas medium, dengan preservasi fisiognomihutan. 6. Hutan tanaman kayu timber Produksi kayu gergajian untuk kebutuhan lokal dan ekspor. 7. Hutan tanaman kayu pulp Produksi kayu pulp sangat fleksibel dengan biaya murah. 8. Hutan tanaman kayu bakar Produksi kayu bakar dengan biaya murah 9. Hutan bambu Produksi material multiguna &sekaligus untukkonservasi tanah 10. Hutan rakyat Produksi kayu campuran di sekitar wilayah desa 11. Agro-hutani / Wanatani Sistem hutan tanaman dengan ternak dan budidayatanaman pertanian menggunakan sistem rotasi yangterkendali 12. Hutan tanaman konservasi Vegetasi penutup tanah di daerah yang sangat peka erosi dalam rangka untuk mengamankan daerah di bawahnya- 13. Hutan wisata Menciptakan fasilitas wisata di kawasan hutan.
No. Tipe Pemanfaatan Lahan Persyaratan pokok bagi setiap tipe pemanfaatan lahan hutan No. Tipe Pemanfaatan Lahan Persyaratan 1.Hutan lindung tetap Fisik : Tipe-tipe vegetasi alamiah yang relatif tidak terganggu, luas minimum setiap tipe vegetasi 50-100 ha, lokasi dan deskripsi tipe-tipe vegetasi Non-fisik : input tenagakerja rendah, investasi kapital rendah, teknologi tradisional; taraf pengelolaan medium, perlindungan terhadap gangguan, petak observasi permanen, pemantauan perkembangan vegetasi, latihan dan pendidikan. 2.Hutan konservasi Fisik: Distribusi hutan seimbang per Sub DAS, air alamiah , luas total minimum 7000 ha; data setiap sub-DAS tentang kekurangan/kelebihan air dan debit air di batas hutan. Non fisik: input tenagakerja rendah; investasi kapital moderat; teknologi semi-tradisional, semi-maju atau maju; taraf pengelolaan medium, pengalaman dalam konservasi air dan pemantauan perkembangan hutan, konservasi tajuk dan perakaran, perlindungan terhadap gangguan, pemantauan curah hujan dan debit air di batas hutan.
3. Hutan alam untuk konservasi tanah Fisik : komposisi vegetasi; klasifikasi erodibilitas DAS Non-Fisik: Input tenagakerja rendah; investasi kapital moderat; teknologi semi-tradisional atau semi-maju; taraf pengelolaan medium, pemantauan curah hujan, sedimentasi dan perkembangan vegetasi, stimulasi tajuk, topsoil yang strukturnya bagus dan perakaran yang dalam, perlindungan terhadap gangguan, ada perencanaan jalan dan metode pemanenan. 4. Hutan produksi alamiah yangekstensif Fisik : data tentang komposisi dan dimensi vegetasi, estimasi tebang pilih; satuan-satuan hutan > 5 ha pada kemiringan > 100%, data tentangdata tentang kelas lereng, akses dari desa terdekat. Non-fisik: input tenagakerja rendah; investasi kapital rendah hingga moderat; teknologi semi-tradisional; taraf pengelolaan rendah hingga medium, pemantauan perkembangan hutan, perencanaan, perlakuan silvikultur, perlindungan terhadap gangguan, pengetahuan metode panen dan konservasi, pelatihan personil. Lanjutan.
5. Hutan produksi alamiah yang intensif Fisik : data tentang komposisi dan dimensi vegetasi, estimasi tebang pilih; satuan-satuan hutan-> 25 ha pada lereng <70%, data tentang kelas ke miringan, sistem jalan yang terencana dengan aksesibilitas potensial yang bagus. Non-fisik: input tenagakerja rendah hingga medium; investasi kapital medium hingga tinggi; teknologi semi-maju; taraf pengelolaan tinggi, perencanaan perlakuan silvikultur, perlindungan terhadap gangguan, pengetahuan tentang metode pembangunan jalan dan pemanenan, pelatihan personil. 6. Hutan tanaman kayu timber Fisik : data komposisi spesies, potensial dan dimensi silvikultur, syarat tumbuh spesies tentang iklim, tanah dan hidrologi; tergantung pada teknologi yang digunakan pada kemiringan hingga 50% atau 70%, sebaiknya pada permukaan lahan yang tidak kasar dan aksesibilitasnya baik. Non-fisik: input tenagakerja rendah; rataan tingkat biaya medium; teknologi tradisional, semi-tradisional atau semi-maju; taraf pengelolaan medium atau tinggi, perencanaan yang intensif terhadap perlakuan silvikultur dan operasi panen, supervisi yang bagus dan intensif, fsilitas transpor yang baik, pelatihan personil.
Hutan Tanaman Industri: Tegakan Jati
7. Hutan tanaman kayu pulp Fisik : data komposisi dan dimensi spesies; pada slope > 50% tidak peka terhadap erosi, potensi produktivitasnya baik, asesibilitasnya baik dan permukaan tanah tidak kasar; unit-unit minimum > 5 ha, skala usaha > 500 ha.- Non-fisik : input tenagakerja rendah; investasi kapital moderat, rataan tingkat biaya medium; teknologi semi tradisional atau semi- maju; taraf pengelolaan medium hingga tinggi, perencanaan yang baik dan intensif terhadap perlakuan silvikultur dan operasi pemanenan, fasilitas transportasi yang baik, pelatihan personil. 8. Hutan tanam an kayu bakar Fisik: data tentang komposisi spesies dan potensial hasil; pada slope< 50% pada wilayah di dekat desa. Non-fisik : input tenagakerja medium; investasi kapital rendah, rataan tingkat biaya medium hingga tinggi; teknologi tradisional; tingkat pengelolaan rendah atau medium, pada areal yang dapat tererosi operasi pemanenan lebih ekstensif. 9. Hutan tanam an bambu Fisik : data komposisi spesies dan potensial hasil; sebaiknya padatanah-tanah yang subur. Non-fisik: input tenagakerja rendah hingga medium; investasi kapital rendah; teknologi tradisional; taraf pengelolaan rendah hingga medium, penelitian tentang sistem pengelolaan dan potensial hasil.
10.Hutan rakyat Fisik: data tentang komposisi spesies, potensi dan dimensi silvikultur; pada slope hingga 50%; DI sekitar wilayah desa. Non-fisik: input tenagakerja rendah hingga medium; investasi kapital rendah; teknologi tradisional atau semi-tradisional; taraf pengelolaan medium, perencanaan dan implementasinya di bawah supervisi lembaga kehutanan. 11. Agro-hutani Fisik: data tentang kompoisi spesies, potensial, dimensi dan hasil tanaman hutan dan tanaman pertanian, pengetahuan tentang kompetisi antara spesies pohon dan tanaman pertanian; pada tanah-tanah yang tingkat kesuburannya moderat dan peka erosi; pada slope < 30%; aksesibilitas internal dan eksternalnya baik. Non-fisik: input tenagakerja medium; investasi kapital rendah hingga medium; teknologi tradisional atau semi-tradisional; taraf pengelolaan medium atau tinggi, perencanaan yang baik dan intensif terhadap penggunaan lahan ini, termasuk sistem penelitian dan pengelolaannya.
12. Hutan tana-man konserva si tanah Fisik: data komposisi spesies, potensi dan dimensi silvikultur,data penutupan tajuk dan penutupan permukaan tanah; pada areal yang sangat peka erosi, dengan slope > 70%. Non-fisik: input tenagakerja rendah; investasi kapital rendah; teknologi tradisional; taraf pengelolaan medium, pengetahuan tentang perlakuan silvikultur dan konservasi tanah. 13.Hutan wisata Fisik: komposisi vegetasi yang sesuai, berselang- seling dengan tempat terbuka; kondisi iklim yang nyaman, lokasi kamping atau slope <15%, aksesibilitas eksternal dan internal yang bagus, fasilitas rekreasi yang memadai. Non-fisik: input tenagakerja medium hingga tinggi; investasi kapital medium hingga tinggi; teknologi tradisional atau semi- tradisional; taraf pengelolaan medium hingga tinggi, pengetahuan tentang pemanfaatan kawa san hutan untuk wisata.
Land suitability for forest plantation The main constraints in the study area are rainfall and soil fertility. They limit the potential of establishing forest plantations. The study area also, is under a strong human pressure for social and economic reasons. Many villages are located near the managed forest or natural formations. So, the wood collection is intense and the grazing compromises the natural regeneration of the species. The same situation happens in the agricultural areas where, farmers clean the fields in the beginning of the rainy reason. Coinciding with the change in associated economic environment and the necessity to implement an integrated approach to increase the soil fertility or to protect cultivated areas, there is an expansion of plantations. The main source of motivation is the new forestry law (93-06), passed by the national assembly in February 1993. It reinforce the right of ownership of private persons, whether physical or juridical, of the trees they plant as well as their right to exploit these resources to their advantage. . http://www.iao.florence.it/training/geomatics/Thies/Senegal_23linkedp11.htm#T9.
Land suitability for forest plantation The main use of this land suitability classification is to be considered as an aid to decision-making in terms of forestry potential, to strengthen support, to combat land degradation and drought, which are the most important constraints in the study area. The applications of geomatics for forest resources management and planning activities are investigated in this case study to define suitable areas for plantation. The system is an interpretation derived from several sources and, as with all such approaches, it will be subjected to some degree of arbitrary decision. It is based on an assessment of the increasing degree of limitation imposed by the physical factors of soil and topography on the growth of trees and on silvicultural practices. . http://www.iao.florence.it/training/geomatics/Thies/Senegal_23linkedp11.htm#T9.
Land suitability for forest plantation Methodology The methodology used is based on the FAO approach for land evaluation for forestry (FAO, 1984). The main stages as the following: Selection of the tree species: this selection is made according to the economic, social and environmental context of the study area. It finds out what are the trees that people most value to provide food security, to generate some income, to protect cultivated area and to fix the dunes. According to these criteria and the floristic list carried out from the fieldwork, six species were chosen: Eucalyptus camaldulensis, Acacia nilotica, Prosopis juliflora, Acacia albida, Ziziphus mauritiana and Balanites aegyptiaca. Determination of ecological parameters: climatic data are almost constant in the study area, so it had not been taken into account. The parameters chosen are related to the geomorphology (slope) and the soil (drainage, depth, pH, salinity, coarse fragments and texture). Determination of classes for each ecological parameter: The behaviour of the species was examined regarding the ecological parameters. As an example, Acacia albida tree is widespread in the semiarid areas of Africa, on a wide range of soil types and within varying climates and habitats. It prefers coarse-textured soils, alluvial soils (loamy) and well-drained soils. It avoids heavy clays. It tolerates a seasonal water logging and slight salinity (http: //www.fao.org/docrep.htm). . http://www.iao.florence.it/training/geomatics/Thies/Senegal_23linkedp11.htm#T9.
Land suitability for forest plantation According to this methodology, a determined value ranging from 0 (worst case) to 1 (optimum conditions) was given to each class of the parameter (from Table 35 to Table 41). All the classes received a weight corresponding to the degree of limitation. The weight ranges from 1 (limitation) to 5 (indifferent to the limitation). . http://www.iao.florence.it/training/geomatics/Thies/Senegal_23linkedp11.htm#T9.
Land suitability for forest plantation Rating and weights for soil drainage. DRAINAGE Eucalyptus camaldulensis Acacia nilotica Prosopis juliflora Acacia albida Ziziphus mauritiana Balanites aegyptiaca Well-drained 1 Rarely saturated 0.8 0.5 0.1 Saturated for short periods in most years 0.3 Saturated for long periods every year 0 Always saturated Weight 2 3 . http://www.iao.florence.it/training/geomatics/Thies/Senegal_23linkedp11.htm#T9.
Land suitability for forest plantation Rating and weights for slope. Eucalyptus camaldulensis Acacia nilotica Prosopis juliflora Acacia albida Ziziphus mauritiana Balanites aegyptiaca 0-1 1 1-5 0.8 0.5 0.3 5-15 0.1 Weight 1 3 2 4 . http://www.iao.florence.it/training/geomatics/Thies/Senegal_23linkedp11.htm#T9.
Land suitability for forest plantation Rating and weights for soil depth. SOIL DEPTH Eucalyptus camaldulensis Acacia nilotica Prosopis juliflora Acacia albida Ziziphus mauritiana Balanites aegyptiaca 0-50 0 1 0.8 0.5 0.3 50-100 0.1 100-150 >150 Weight 2 3 . http://www.iao.florence.it/training/geomatics/Thies/Senegal_23linkedp11.htm#T9.
Land suitability for forest plantation Rating and weights for pH. Ph Eucalyptus camaldulensis Acacia nilotica Prosopis juliflora Acacia albida Ziziphus mauritiana Balanites aegyptiaca 0-4 0 4-5 0.3 0.1 5-6 0.5 6-7 1 0.8 7-8 >8 Weight 2 . http://www.iao.florence.it/training/geomatics/Thies/Senegal_23linkedp11.htm#T9.
Land suitability for forest plantation Rating and weight for soil salinity. SALINITY (ECE) Eucalyptus camaldulensis Acacia nilotica Prosopis juliflora Acaciaalbida Ziziphus mauritiana Balanites aegyptiaca 0-2 1 0.5 2-4 0.8 4-6 0.3 0 >6 Weight 2 . http://www.iao.florence.it/training/geomatics/Thies/Senegal_23linkedp11.htm#T9.
Land suitability for forest plantation Rating and weights for soil texture (USDA classification). TEXTURE Eucalyptus camaldulensis Acacia nilotica Prosopis juliflora Acaciaalbida Ziziphus mauritiana Balanites aegyptiaca Clay 0 1 0.5 0.3 0.8 Loam Clay loam Silty clay Silty clay loam Silty loam Sandy clay Sandy clay loam Sandy loam Loamy sand Sand Weight 4 3 5 2 . http://www.iao.florence.it/training/geomatics/Thies/Senegal_23linkedp11.htm#T9.
Land suitability for forest plantation Rating and weights for coarse fragments. COARSE FRAGMENTS (%) Eucalyptus camaldulensis Acacia nilotica Prosopis juliflora Acacia Albida Ziziphus mauritiana Balanites aegyptiaca 0-2 1 0.8 2-5 5-15 0.5 15-40 0.3 40-80 0.1 >80 Weight 4 3 2 . http://www.iao.florence.it/training/geomatics/Thies/Senegal_23linkedp11.htm#T9.
Land suitability for forest plantation Evaluation The evaluation was done for each specie. It can be divided in three steps: for the weights >1: the value of each class was multiplied by the corresponding weight. In each relevé the results obtained for each parameter were summed and divided by the sum of the weights. for the weights equal to 1: the value of each class was multiplied by the weight. The total was calculated for each relevé. It will be used to enhance the limitations in the final score. the final score of the land suitability in each relevé is given by the formula below: . http://www.iao.florence.it/training/geomatics/Thies/Senegal_23linkedp11.htm#T9.
Land suitability for forest plantation This score was converted to a suitability class, as shown in Table 42. Suitability classes. Score Suitability classes >0.8 S1 0.6-0.8 S2 0.3-0.6 S3 <0.3 N . http://www.iao.florence.it/training/geomatics/Thies/Senegal_23linkedp11.htm#T9.
Land suitability for forest plantation The suitability class obtained for each relevé was used to be generalised to the land unit according to the importance of the facet it belongs. The provisional land suitability obtained is based upon comparison of plants requirements. The final stage is to revise this classification from three scenarios derived from environmental, economic and social analysis of the behavior of the species (Table 43). . http://www.iao.florence.it/training/geomatics/Thies/Senegal_23linkedp11.htm#T9.
Land suitability for forest plantation Scenarios for the final classification. Scenarios Eucalyptus A. nilotica Prosopis A. albida Ziziphus Balanites environmental 80 30 50 60 70 economic 40 20 90 social 25 15 5 10 . http://www.iao.florence.it/training/geomatics/Thies/Senegal_23linkedp11.htm#T9.
Land suitability for forest plantation The values represented the importance of each specie according to the scenario chosen. The results of each land suitability class are converted to that scale (Table 44), in order to calculate the final suitability. Land suitability classes Conversion N 0 S3 1 S2 2 S1 3 . http://www.iao.florence.it/training/geomatics/Thies/Senegal_23linkedp11.htm#T9.
..Hutan Tanaman Industri: Tegakan Jati