PERMASALAHAN SAAT BENCANA DAN PENANGANANNYA
Permasalahan Saat Bencana Air Bersih dan Air Minum Penyediaan Pangan Pemukiman Penyakit Menular Pengelolaan Ekskreta Pengelolaan Sampah
PEMUKIMAN SAAT BENCANA
Pedoman bangunan yang dipakai sebagai tempat sementara (WHO, 2003) Tempat tidur (ranjang atau tikar) minimum terletak di lantai seluas 3,5m2 atau ruang 10m2. Jika atap cukup tinggi dapat dipakai ranjang susun, Jarak antar ranjang atau tikar minimum 0,75 m. Ventilasi cukup, udara: 20-30 m2/orang. Dapat dengan bantuan ventilasi buatan. Dilarang memasak dengan dapur berasap dan merokok Suhu ruangan dijaga agar nyaman: 25-26C Bangunan dilengkapi dengan pintu darurat
Pedoman bangunan yang dipakai sebagai tempat sementara (WHO, 2003) Penerangan dengan cahaya lampu atau listrik Cukup akses air minum, air untuk memasak, higiene perseorangan dan domestik Setiap 10 orang mendapat bak untuk mencuci, atau bak besar 4-5 m untuk setiap 100 orang. Dibuat pengaturan untuk pembuangan ekskreta manusia. Toilet siram di dalam bangunan. Tersedia juga jamban di luar bangunan dalam jarak 50 m dari bangunan. Tersedia tong sampah 50-100 liter untuk setiap 12-15 orang. Tong sampah dengan penutup jadwal pembuangan sampah.
Pemilihan Tempat Bernaung Darurat Jika tidak ada bangunan permanen dapat menggunakan tanah lapang. Dengan membuat tenda (plastik, terpal atau atap rumbia) Tersedia air bersih, makanan dan fasilitas sanitasi
Syarat pemukiman darurat Tempat dipilih harus bebas dari bahaya penularan penyakit. Topografi lahan harus memungkinkan penyaluran air limbah yang mudah dan terletak lebih tinggi Tempat terlindungi secara alami dari kondisi cuaca yang tidak bersahabat Hindarkan dengan tempat yang berdekatan dengan zona industri, perdagangan, bising, pencemaran udara, dll
Syarat pemukiman darurat Terdapat lahan untuk pengelolaan sanitasi dan sampah yang cukup dekat dengan pemukiman. Area pemukiman menghadap berlawanan dengan arah angin agar terhindar dari bau yang berasal dari jamban. Tersedia cukup ruang untuk korban bencana. Tempat distribusi makanan harus diatur agar tercipta kondisi aman untuk orang mengambil makanan dan membagikan makanan.
Syarat pemukiman darurat Kamp pengungsian jangan menampung lebih dari 10.000 – 12.000 orang lebih baik dipecah menjadi 1000/unit menghindari terjadinya penularan penyakit Saluran limbah digali di sekeliling tenda atau tempat bernaung. Alirkan jauh dari tempat bernaung,juamban, pusat kesehatan dan gudang. Pemukiman dilengkapi dengan 2 akses jalan demi keamanan dan mengurangi kemungkinan terputusnya jalan karena banjir. Permukaan jalan dapat diperciki air untuk mengurangi debu.
Syarat pemukiman darurat Tempat bernaung diatur berbaris atau berkelompok sebanyak 10-12 unit di kedua tepi jalan (lebar minimal 10 m, supaya lalu lintas lancar dan dapat dilewati ambulan) Pada daerah yang cukup dingin, sediakan kompor penghangat, ajarkan cara pemakai untuk mencegah kebakaran. Jika tidak ada tenaga listrik, gunakan lampu minyak atau baterai Sedikan cukup ventilasi.
Syarat pemukiman darurat Sediakan: air bersih, jamban (1 untuk 20 orang), tempat sampah. Tempat pengungsian harus dibersihkan secara teratur dijadwalkan. Disediakan unit-unit rehabilitasi gizi (dapur umum)
Pengendalian Penyakit Menular Saat Bencana
Faktor Risiko Peningkatan Penyakit Menular Saat Bencana Adanya agen patogen setempat yang asing bagi korban bencana Kelelahan, stress para korban bencana Penurunan kekebalan tubuh para korban bencana Kepadatan hunian di tempat pengungsi Proporsi anak-anak yang banyak Kelangkaan air bersih
Faktor Risiko Peningkatan Penyakit Menular Saat Bencana Kelangkaan sarana dasar sanitasi Sumber air yang tidak aman Kelangkaan higiene perorangan Peningkatan jumlah vektor Angka kurang gizi yang besar Kelangkaan sarana kesehatan preventif (imunisasi) Kelumpuhan/kehancunan sarana pelayanan dasar kesehatan Runtuhnya struktur keluarga
Strategi Pengendalian Penyakit Menular Saat Bencana KESIAGAAN Sebelum Terjadi Letupan Penyakit Ketika Terjadi Letupan Penyakit Susun rencana umum kegiatan Meningkatkan pengedalian vektor nyamuk dengan pengasapan Kelola Sarana program imunisasi Meluaskan HACCP penyediaan makanan Koordinasikan, latih, siapkan relawan dan tenaga kesehatan Meluaskan program imunisasi Terapkan surveilan dibantu penduduk dan relawan Memberikan pengobatan profilaksis (misal: malaria) Nilai dan petakan klinik-klinik (status operasional dan kapasitas) Petakan sumber air dan tempat pembagian makanan dan lalu lintas Sediakan obat-obatan dasar, P3K
Strategi Pengendalian Penyakit Menular Saat Bencana KESIAGAAN Sebelum Terjadi Letupan Penyakit Ketika Terjadi Letupan Penyakit Awasi Infeksi saluran pernapasan, tenda, tempat bernaung Sediakan toksoid tetanus dan serum tetanus, imunisasi balita Perlindungan terhadap nyamuk (kelambu, foging, obat nyamuk) Sediakan air bersih Sediakan sarana sanitasi dasar Sediakan Tempat berteduh Sediakan sarana pelayanan dasar kesehatan dan sistem rujukan Adakan pendidikan kesehatan
Strategi Pengendalian Penyakit Menular Saat Bencana PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN KASUS Sebelum Terjadi Letupan Penyakit Ketika Terjadi Letupan Penyakit Diagnosis klinik (kemampuan diagnosis dasar, mikroskop, tes cepat/sederhana) Rencana kedaruratan Kerjasama dengan laboratorium Diagnostik dan pengobatan Laboratorium lapangan Persediaan obat
Strategi Pengendalian Penyakit Menular Saat Bencana SURVEILANS Sebelum Terjadi Letupan Penyakit Ketika Terjadi Letupan Penyakit Pantau morbiditas & mortalitas penyakit-penyakit yang sering muncul Pantau morboditas dan mortalitas penyakit-penyakit yang sering muncul Infeksi akut saluran pernapasan Infeksi kulit dan mata Diare Infeksi saluran kemih, penyakit kelamin Campak Infeksi parasit Gangguan Kesehatan Ibu dan Anak TB Paru HIV Gangguan Gizi Kesehatan Reproduksi
Strategi Pengendalian Penyakit Menular Saat Bencana PERBAIKAN SISTEM Sebelum Terjadi Letupan Penyakit Ketika Terjadi Letupan Penyakit Lanjutan pemantauan, evaluasi & peninjauan ulang program Diskusi perbaikan-perbaikan Evaluasi mendalam
Pengelolaan Ekskreta
Indikator Utama Akses dan Jumlah Jamban di Tempat Pengungsian Setiap instalasi jamban dapat dimanfaatkan oleh maksimum 20 orang Pemakaian jamban sesuai dengan kelompok rumah tangga atau jenis kelamin Kebersihan jamban umum dirawat dan dijaga Jamban terletak maksimum 50 m dari tempat pemukiman Jamban digunakan secara higienis Kotoran anak-anak dibuang segera dan secara higienis
Program Sanitasi Penerimaan masyarakat: rancagan tempat tidak ditolah oleh masyarakat Kemudahan akses Pemakaian: masyarakat tahu cara menggunakan secara saniter Perawatan: masyarakat bersedia merawat sarana pembuangan secara saniter Drainase: sarana pembuangan ekskreta secara saniter
Program Sanitasi Budaya: disesuaikan dengan budaya yang berkembang di masyarakat. Tempat umum: perlu disedian sarana pembuangan ekskreta Bertanggungjawab Dana