HISTOLOGI PADA ORGAN PENYUSUN SISTEM RESPIRASI
Organ Pernafasan Manusia Hidung Tenggorokan / trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus
EPITEL RESPIRASI Terdapat 6 macam epitel respirasi antara lain : Sel-sel epitel yang meliputi beberapa bentuk antara lain :epitel silindris berlapis semu dan bersilia, epitel kubus dan bersilia, epitel kubus dan epitel gepeng sel goblet sel brush dengan banyak mikrovilli (reseptor sensoris). sel basal (merupakan sel-sel generatif) sel granula sel serosa dan mukosa pada kelenjar mukus dan seromukus
Rongga hidung terdiri atas 2 struktur yang berbeda Aliran udara yang berasal dari luar tubuh akan masuk ke dalam paru-paru melalui rongga hidung. Rongga hidung terdiri atas 2 struktur yang berbeda vestibulum fossa nasalis bagian rongga hidung paling anterior yang melebar, kira-kira 1,5 cm dari lubang hidung dibagi menjadi 2 ruang oleh tulang septum nasalis
Vestibulum Fossa nasalis Bagian ini dilapisi oleh epitel berlapis pipih yang mengalami keratinisasi, tidak bertanduk. Terdapat rambut-rambut pendek dan tebal atau vibrissae dan terdapat banyak kelenjar minyak (sebasea) dan kelenjar keringat. Fossa nasalis masing-masing dinding lateral terdapat 3 penonjolan tulang yang dikenal sebagai concha, yaitu concha superior, concha tengah dan concha inferior. Dinding fossa nasalis terdiri dari sel epitel silindris berlapis semu bersilia, sel-sel goblet yang menghasilkan mucus. Pada lamina propria terdapat jaringan ikat dan kelenjar serous dan mukus yang mendukung sekresi sel goblet, dan juga terdapat vena yang membentuk dinding tipis yang disebut cavernous bodies.
Fossa nasalis Pada concha superior dan septum nasal membentuk daerah olfaktori dengan sel-sel khusus yang meliputi sel-sel olfaktori, sel pendukung dan sel sel basal. Sel olfaktori merupakan neuron bipolar/ sel neuroepitel, yang mempunyai akson pada lamina propria dan silia pada permukaan epitel. Silianya mengandung reseptor olfaktori yang merespon bahan yang menghasilkan bau. Pada laminar proprianya terdapat kelenjar Bowman, alveoli dan salurannya dilapisi oleh sel epitel kubus. Kelenjar ini menghasilkan sekresi serous yang berwarna kekuningan.
PHARYNX Pharynx dibatasi oleh epitel respirasi. Pharynx terdiri dari nasopharynx dan oropharynx. Nasopharynx dilapisi oleh epitel respirasi sedang oropharynx dilapisi oleh epitel berlapis pipih. Limfosit banyak dijumpai di bawah epitel dari pharynx. Jaringan ikat adalah fibroelastik yang dikelilingi oleh otot lurik.
LARYNX Larynx menghubungkan pharynx dengan trakea. Larynx mempunyai 4 komponen yaitu lapisan mukosa dengan epitel respirasi, otot ektrinsik dan intrinsic, tulang rawan. Tulang rawannya meliputi tulang rawan tiroid, krikoid dan arytenoids (merupakan tulang rawan hialin). Otot intrinsik menentukan posisi, bentuk dan ketegangan dari pita suara, otot ekstrinsik menghubungan tulang rawan dengan struktur lain dari leher. Pita suara terdiri dari epitel berlapis pipih yang tidak kornifikasi, lamina propria dengan jaringan ikat padat yang tipis, jaringan limfatik dan pembuluh darah.
Ventrikular fold vocal fold larinx
TRAKEA Trakea adalah saluran pendek (10-12 cm panjangnya) dengan diameter sekir 2 cm. dilapisi oleh epitel respirasi. Sejumlah sel-sel goblet terdapat di antara sel-sel epitelnya, dan jumlah tergantung ada tidaknya iritasi kimia atau fisika dari epitelium ( yang dapat meningkatkan jumlah sel goblet). Iritasi yang berlangsung dalam waktu yang lama dapat mengubah tipe sel dari tipe sel epitel berlapis pipih menjadi metaplasia. Pada lapisan epitel terdapat sel brush, sel endokrin (sel granul kecil ), sel klara (sel penghasil surfaktan) dan sel serous.
TRAKEA Lapisan-lapisan pada trakea meliputi lapisan mukosa, lapisan submukosa dan lapisan tulang rawan trakeal dan lapisan adventitia. Lapisan mukosa meliputi lapisan sel-sel epitel respirasi dan lamina propria. Lamina proprianya banyak mengandung jaringan ikat longgar dengan banyak serabut elastik, yang selanjutnya membentuk membran elastik yang menghubungkan lapisan mukosa dan submukosa. Pada submukosa terdapat kelenjar muko-serous yang mensekresikan sekretnya menuju sel-sel epitel.
TRAKEA Tulang rawan pada trakea berbentuk huruf C yang terdiri dari tulang rawan hialin. Ujung-ujung dorsal dari huruf C dihubungkan oleh otot polos dan ligamentum fibroelastin. Ligamentum mencegah peregangan lumen berlebihan, dan kontraksi otot polos menyebabkan tulang rawan saling berdekatan. Hal ini digunakan untuk respon batuk. Tulang rawan trakea dapat mengalami osifikasi dengan bertambahnya umur. Lapisan adventitia terdiri dari jaringan ikat fibrous. Trakea bercabang dua yaitu dua bronkus utama
BRONKUS dan BRONKIOLUS Bronkus primer kiri dan kanan bercabang membentuk 3 bronkus pada paru-paru kanan dan 2 bronkus pada paru-paru kiri. Bronkus-bronkus ini bercabang berulang-ulang membentuk bronkus-bronkus yang lebih kecil, dan cabang-cabang terminalnya dinamakan bronkiolus. Masing-masing bronkiolus bercabang-cabang lagi membentuk 5 – 7 bronkiolus terminalis. Tiap-tiap bronkiolus terminalis bercabang menjadi 2 bronkiolus respiratorius atau lebih.
BRONKUS dan BRONKIOLUS Histologi bronkus terdiri dari lapisan mukosa, submukosa, dan lapisan adventitia. Lapisan mukosa terdiri dari lapisan sel-sel epitel silindris berlapis semu bersilia dengan lamina propria yang tipis (dengan banyak serabut elastin), limfosit yang tersebar dan berkas otot polos yang silang menyilang tersusun seperti spiral. Limfosit dapat berupa nodulus limfatikus terutama pada percabangan bronkus. Lapisan submukosa terdiri dari alveoli dari kelenjar mukosa dan seromukosa. Pada lapisan adventitia terdapat tulang rawan berupa lempeng-lempeng tulang rawan dan jaringan ikat longgar dengan serabut elastin.
BRONKUS dan BRONKIOLUS Histologi bronkiolus meliputi lapisan mukosa, submukosa dan adventitia. Lapisan mukosa seperti pada bronkus, dengan sedikit sel goblet. Pada bronkiolus terminalis, epitelnya kubus bersila dan mempunyai sel-sel Clara (dengan permukaan apical berbentuk kubah yang menonjol ke dalam lumen). Pada lamina propria terdapat jaringan ikat (terutama serabut elastin) dan otot polos. Pada bronkiolus tidak ada tulang rawan dan kelenjar. Lapisan adventitia juga terdiri dari jaringan ikat elastin. Lapisan otot pada bronkiolus lebih berkembang dibandingkan pada bronkus. Pada orang asma diduga resistensi jalan udara karena kontraksi otot bronkiolus.
BRONKUS dan BRONKIOLUS Bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel kubus bersilia, dan pada tepinya terdapat lubang-lubang yang berhubungan dengan alveoli. Pada bagian distal dari brionkiolus respiratorius, pada lapisan epitel kubus tidak ada silianya. Terdapat otot polos dan jaringan ikat elastin.
ALVEOLARIS DAN ALVEOLUS Saluran alveolaris dibatasi oleh lapisan epitel gepeng yang sangat tipis. Dalam lamina propria terdapat jala-jala sel-sel otot polos yang saling menjalin. Jaringan ikatnya berupa serabut elastin dan kolagen. Serabut elastin memungkinkan alveoli mengembang waktu inspirasi dan sebut kolagen berperan sebagai penyokong yang mencegah peregangan berlebihan dan kerusakan kapiler-kapiler halus dan septa alveoli yang tipis. Saluran alveolaris bermuara pada atria (suatu ruang yang terdiri dari dua atau lebih sakus alveolaris).
ALVEOLARIS DAN ALVEOLUS Alveolus merupakan suatu kantung kecil yang terbuka pada salah satu sisinya pada sakus alveolaris. Pada kantung kecil ini O2 dan CO2 mengadakan pertukaran antara udara dan darah. Alveolus dibatasi oleh sel epitel gepeng yang tipis dengan lamina propria yang berisi kapiler dan jaringan ikat elastin.