KEHIDUPAN KRISTEN Lesson 11 for December 15, 2012
Kehidupan orang Kristen melibatkan beberapa bidang: Penatalayanan. Persepuluhan dan Persembahan. Bertanggung Jawab Kepada Diri Sendiri. Pernikahan. Hubungan Majikan/Karyawan. Tugas Sipil. Tanggung Jawab Sosial. “Tuhan sekarang berseru kepada Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di setiap tempat untuk mengabdikan diri mereka kepada-Nya dan melakukan apa yang terbaik yang mereka dapat lakukan, sesuai dengan keadaan mereka, untuk membantu dalam pekerjaan-Nya. Dengan kerelaan hati mereka dalam membawa pemberian dan persembahan, Ia menginginkan mereka untuk mengungkapkan penghargaan mereka atas berkat-Nya dan rasa syukur mereka atas rahmat-Nya ” E.G.W. (Last Day Events, cp. 6, pg. 78)
PENATALAYANAN “Kitalah penatalayan-penatalayan Allah, dipercayakanNya kepada kita waktu dan kesempatan, kesanggupan dan harta milik, dan juga berkat-berkat bumi serta segala sumbernya. Kita bertanggung jawab kepadaNya atas penggunaannya dengan baik. Kita mengakui Allah pemiliknya dengan pelayanan yang setia kepadaNya dan kepada sesama, dan dengan mengembalikan persepuluhan dan persembahan untuk memproklamasikan InjilNya serta membantu dan mengembangkan jemaatNya. (Kej 1:26-28; 2:15; 1 Taw 29:14; Hagai 1:3-11; Mal 3:8-12; 1 Kor 9:9-14; Mat 23:23; 2 Kor 8:1-15; Rom 15:26, 27.)” (Dasar Kepercayaan GMAHK Bab 21) “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (1 Korintus 6:20) Menjadi penatalayan Allah termasuk mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan atas hidup kita dan memuliakan-Nya dengan hidup kita. “TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya.” (Mazmur 24:1) Segala sesuatu adalah milikNya, dan Dia telah memberikan segala sesuatu kepada kita. Kita harus mengelolanya dengan bijaksana dengan hidup yang berguna bagi-Nya, bagi diri kita dan orang lain. Kita harus secara konsisten menggunakan talenta, waktu dan harta kita.
PERSEPULUHAN DAN PERSEMBAHAN Departemen Penatalayanan Divisi Amerika Utara menyarankan langkah-langkah berikut untuk memberikan persepuluhan kita dengan sukacita, sebab "Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita" (2Kor 9:7): Step 1: Menerima hubungan kita dengan Allah. Ibadah yang benar hanya muncul dari hati yang selaras dengan Allah. Oleh karena itu, langkah pertama adalah menerima hubungan kita dengan Allah. Step 2: Menerima Tuhan sebagai Pencipta kita. Sang Pencipta memberikan kita segala kebutuhan kita dan itu adalah sesuatu yang kita akui ketika kita memberikan kembali persepuluhan kita. Ketika kita pertama mencari KerajaanNya dan Keadilan-Nya, kita memilih untuk menghidupkan kehidupan baru. Persepuluhan membantu kita untuk mengubah prioritas kita. Step 3: Menolak kepemilikan kita dan menerima-Nya sebagai Pemilik. Kita menyembah Allah dengan persepuluhan kita sehingga kita ingat bahwa segala sesuatu adalah milik-Nya dan bahwa kita membutuhkan bantuan-Nya untuk mengelolanya. Dengan memberikan persepuluhan kita menerima tanggung jawab untuk hati-hati mengelola semua karunia yang diberikan kepada kita untuk dipelihara.
PERSEPULUHAN DAN PERSEMBAHAN Departemen Penatalayanan Divisi Amerika Utara menyarankan langkah-langkah berikut untuk memberikan persepuluhan kita dengan sukacita, sebab "Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita" (2Kor 9:7): Step 4: Mengakui pemeliharaan, bimbingan dan kasih Allah. Persepuluhan kita berikan kembali kepada Tuhan mengingatkan kita tentang bagaimana Dia peduli terhadap kita; karena Ia telah menyediakan semua kebutuhan kita sehari-hari sebelum kita memberikan persepuluhan. Step 5: Menerima bahwa kita harus hidup kudus bagi Allah. Dia adalah Pemilik kita dan Dia menjadikan kita kudus, menempatkan kita untuk tujuan khusus. Ketika kita memberi perpuluhan kita mengakui bahwa setiap bagian dari kehidupan kita adalah kepunyaanNya. Oleh karena itu, persepuluhan menyatakan bahwa kita juga "ditetapkan" bagi Allah. Step 6: Penahbisan kembali hidup kita kepada Tuhan. Jika kita menerima bahwa persepuluhan adalah kudus dan milik Allah, kita juga mengakui bahwa kita diberkati untuk menangani apa yang kudus. Persepuluhan adalah suatu kesempatan untuk benar-benar menahbiskan kembali hidup kita kepada Tuhan.
BERTANGGUNG JAWAB KEPADA DIRI SENDIRI “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”(Matius 22:39) Ketika kita membaca kata-kata ini, Yesus mengutipnya dari Imamat 19:18, kita memahami bahwa langkah pertama untuk mengasihi sesama manusia adalah dengan mengasihi diri kita sendiri. Namun, mengapa kita harus mengasihi diri kita sendiri? Karena Kristus mengasihi kita terlebih dahulu (1 Yoh 4:9). Dia memberi kita hidup (Yoh 20:31) dan mengasihi masing-masing kita sebagai yang paling berharga (Zakharia 2:8). Kita adalah harta yang bernilai tinggi dan kita harus menghormati dan mengasihi diri kita. Jika Anda mengasihi diri Anda, Anda menginginkan yang terbaik bagi Anda, dan apa yang terbaik bagi Anda adalah kehidupan yang berkomitmen kepada Allah, kehidupan yang mencerminkan karakter dan kasih Allah, suatu bentuk kehidupan yang dihidupkan bukan untuk diri sendiri melainkan untuk kebaikan orang lain. “tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,” (1 Petrus 1:15)
PERNIKAHAN “Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.“ Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.” (Kejadian 2:23-25) Menurut Alkitab, pernikahan adalah sebuah lembaga yang dijadikan oleh Allah, di mana dua orang dewasa dengan jenis kelamin yang berbeda berjanji untuk berbagi hubungan pribadi yang intim dan abadi. Pernikahan Alkitabiah ditandai dengan penghargaan terhadap kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam satu kesatuan di mana tujuan disatukan dan rasa keabadian, kesetiaan, dan kepercayaan dapat dirasakan. Seperti hubungan dengan Allah, hubungan antara suami dan istri harus dijaga kesuciannya..
HUBUNGAN MAJIKAN/KARYAWAN Bagaimana seharusnya orang percaya memperlakukan majikan / pimpinan usaha atau karyawannya? Sebagai seorang majikan atau pimpinan usaha: Kita harus memperlakukan karyawan kita dengan kasih dan rasa hormat. “Dan kamu tuan-tuan, perbuatlah demikian juga terhadap mereka dan jauhkanlah ancaman. Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di sorga dan Ia tidak memandang muka.” (Efesus 6:9) Kita haruslah membayar karyawan kita dengan sewajarnya. “Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu, dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang menyabit panenmu.” (Yakobus 5:4) Sebagai seorang karyawan: Lakukan pekerjaan kita seolah-olah kita bekerja bagi Yesus. “Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah,” (Efesus 6:5-6)
TUGAS SIPIL “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya. Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat. Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita. Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah. Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.” (Roma 13:1-7)
TUGAS SIPIL Mengenai tugas sipil, orang-orang Kristen… Tunduk dan mematuhi otoritas sipil Membayar pajak Berpartisipasi dalam tugas-tugas kemasyarakatan Mematuhi peraturan dan rambu lalu lintas Mematuhi hukum Bekerja sama dengan otoritas sipil untuk menghentikan atau mengendalikan kejahatan dan kekerasan.
TANGGUNG JAWAB SOSIAL “Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung, untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar, supaya orang menyebutkan mereka "pohon tarbantin kebenaran", "tanaman TUHAN" untuk memperlihatkan keagungan-Nya.” (Yesaya 61:1-3) “Adalah melalui hubungan sosial dimana Kekristenan bertemu dengan dunia. Setiap pria atau wanita yang telah menerima terang ilahi haruslah memancarkan terang pada jalan yang gelap dari mereka yang tidak kenal arah dan jalan yang terbaik. Kekuatan sosial, dikuduskan oleh Roh Kristus, harus ditingkatkan dalam membawa jiwa-jiwa kepada sang Juruselamat. Kristus janganlah disembunyikan di dalam hati sebagai harta ketamakan, suci dan manis, untuk dinikmati sendiri oleh pemiliknya. Kita harus memiliki Kristus dalam diri kita sebagaimana sebuah sumur atau mata air, meluap ke dalam kehidupan kekal, menyegarkan semua orang yang datang bertemu dengan kita.” E.G.W. (The Ministry of Healing, cp. 41 “In contact with others”, pg. 496)