Sumber Air di Batu, Ancam Warga Malang Raya Kondisi sumber air di Kota Batu selama beberapa waktu terakhir semakin kritis. Bila sebelumnya tercatat separuh dari 111 sumber air mulai mengering, sekarang debit tiga sumber air mulai mengalami penurunan. Kondisi ini tidak hanya mengancam warga Batu saja, tetapi juga warga di 15 daerah di Jawa Timur termasuk Malang Raya. Untuk mengatasi persoalan kritisnya sumber air, Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Batu dan Balai Besar Wilayah Sungai Brantas mulai menginventarisasi kembali sumber air. Selain itu pendataan dan sosialisasi yang digelar di sumber air Binangun Kecamatan Bumiaji itu sekaligus dimanfaatkan untuk memberdayakan masyarakat disekitar sumber air. Kepala KLH Batu, Bambang Parianom mengatakan, dari 111 sumber air di Batu, saat ini tercatat 57 sumber air yang harus segera diperhatikan dengan serius. “Kami mulai meneliti keaktifan 57 sumber air itu. Tujuannya untuk menjaga kelestarian sumber air di Batu,” jelasnya. Salah satu pengguna sumber air di Batu yang diminta partisipasinya terkait masalah ini adalahPerusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Malang. Beliau meminta PDAM Kota Malang ikut menyumbang bibit penghijauan. “Kami berharap bantuan ribuan bibit tanaman untuk penghijauan,” harapnya. Untuk penelitian tahap berikutnya akan dilakukan di sebagian sumber air dari 111 sumber air yang sudah mulai mengering. Dari 57 sumber air yang mendapat penanganan serius, 30 persennya berada di wilayah kecamatan Bumiaji. Sebanyak 37 dari 57 sumber air itu berada di lahan milik masyarakat dan 20 sumber air berada di kawasan milik Perhutani. “Kalau dalam lahan milik Perhutani, tentu bisa dijamin. Tapi yang ada di lahan milik warga tentu mengkawatirkan. Misalnya kalau warga membangun di lahannya, sumber air terancam,” jelas mantan Camat Bumiaji ini. Sedangkan kondisi sumber air yang sangat memprihatinkan terdapat di tiga kawasan, yaitu: sumber air di Gemulo, Binangun, dan Banyuning. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, debit air di tiga sumber air itu mulai mengalami penurunan. Di sumber air Binangun yang digunakan PDAM Kota Malang, saat ini debit airnya 230 liter per detik padahal sebelumnya 250 liter per detik, jadi terdapat penurunan debit sekitar 20 liter per detik. Di Sumber Brantas tercatat sumber air Janitri yang mulai mengering. Namun demikian, sumber air di kawasan Cangar dan Arobretum masih normal. “Sekarang kita mulai pendataan, termasuk menelusuri sumber air yang dipastikan telah kering. Langkah ini untuk persiapan dan pelaksanaan konservasi kawasan,” jelas Bambang. Kabid Pelaksana Jaringan Sumber Air (PSJA) Balai Besar Wilayah Sungai Brantas, Ni Made Sumiarsih, mengatakan “Batu tercatat sebagai sumber air untuk Sungai Brantas yang mengaliri 15 daerah di Jawa Timur, termasuk Surabaya. Untuk itu perhatian di Kota Batu harus lebih ekstra karena dari sinilah aliran air Brantas bermula’’. Dijelaskan bahwa kondisi lahan yang semakin kritis juga berakibat pada keberadaan sejumlah sumber air seperti sumber air di Sumber Brantas dan Tulungrejo. Saat ini sumber air yang berada di kedua kawasan tersebut harus mendapat perhatian serius untuk konservasi kawasan. Secara khusus beliau memberi sejumlah rekomendasi penting untuk diperhatikan agar kelestarian sumber tetap terjaga antara lain: penghutanan kawasan, pola pertanian dengan sistem tumpangsari, dan penanaman tanaman semusim. (van/nug/malangpost) Sumber: http://malangraya.web.id