Drg.Juwita Raditya Ningsih MASTIKASI Drg.Juwita Raditya Ningsih
DEFINSI Chewing (mastication) breaks up large food particles and mixes the food with the secretions of the salivary glands. This wetting and homogenizing action aids swallowing and subsequent digestion. Large food particles can be digested, but they cause strong and often painful contractions of the esophageal musculature. Particles that are small tend to disperse in the absence of saliva and also make swallowing difficult because they do not form a bolus. The number of chews that is optimal depends on the food, but usually ranges from 20 to 25. Edentulous patients are generally restricted to a soft diet and have considerable difficulty eating dry food.
FUNGSI Memotong dan menggiling makanan Membantu mencerna cellulosa Memperluas permukaan Merangsang sekresi saliva Mencampur makanan – saliva Melindungi mukosa Mempengaruhi pertumbuhan jar mulut
Tahapan 1. Opening phase Mandibula depresi, mulut terbuka, gigi rahang atas dan rahang bawah terpisah. 2. Closing phase Mandibula naik, gigi RA dan RB berkontak , makanan tertekan oleh gigi. 3. Occlusal/ intercuspal phase - Sudah tidak terjadi pergerakan vertikal , tetapi masih terjadi pergerakan horisontal, yaitu bukolingual
hipotalamus, amygdala, korteks cerebral PENGATURAN INERVASI otot mastikasi NC. V Proses pengunyahan dikontrol saraf di batang otak. STIMULASI Batang otak pusat rasa hipotalamus, amygdala, korteks cerebral Pengunyahan ritmik
FUNGSI LIDAH Mencegah tergelincirnya makanan Mendorong makanan ke permukaan kunyah Membantu mencampur makanan dengan saliva Memilih makanan yang halus untuk ditelan Membersihkan sisa makanan Membantu proses bicara Membantu proses menelan
KELENJAR LUDAH
KEL. PAROTIS serous dekat M2 RA KEL. SUB-MANDIBULARIS sero-mukous dekat frenulum lidah KEL. SUBLINGUAL mucous tersebar
PENGATURAN SEKRESI SALIVA cortex cerebri nucleus salivatorius (batas medula oblongata – pons) superior inferior N. facialis N. glossopharyngeus Kel. Sub-mandibularis Kel. Parotis Kel. Sub-lingualis
DEGLUTISI
PROSES Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase: fase oral = Volunteer fase faringeal = Involunteer fase esophageal = Involunteer
Fase oral Pada fase oral ini proses pembentukan bolus makanan dengan konsistensi dan ukuran yang siap untuk ditelan. Otot intrinsik lidah berkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian anterior ke posterior. Bagian anterior lidah menekan palatum durum sehingga bolus terdorong ke faring. Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior, uvula dan dinding posterior faring sehingga menimbulkan refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat kontraksi m. palatofaringeus (n. IX, n.X dan n.XII)
Fase Faringeal Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus palatoglosus)dan refleks menelan segera timbul. m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI) kontraksi palatum mole terangkat, uvula tertarik ke atas dan ke posterior nasofaring tertutup. m.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,nX) m.krikoaritenoid lateralis(n.IX,n.X) kontraksi laring tertutup. Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksi m.stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan n.servikal I). Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m. Konstriktor faring inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X, n.XI) faring tertekan kebawah diikuti relaksasi m. Kriko faring(n.X) laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan doronganotot-otot faring ke inferior bolus makanan turun ke bawah dan masuk ke dalam servikal esofagus.
Fase Esofageal Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.cricofaring. Gelombang peristaltik primer terjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus bagian proksimal.Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti oleh gelombang peristaltik kedua yang merupakan respons akibat regangan dinding esofagus. Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus mienterikusyang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus dan gelombang inibergerak seterusnya secara teratur menuju ke distal esofagus.
Pengaturan rangsangan taktil pada reseptor mulut – pharynx medulla oblongata (jalur: tr. Solitarius , formatio reticularis) menelan N. V; N. IX N. V, IX, X, XII
FONASI-BICARA
ORGAN 1. Organ Respirasi Terdiri dari trakea, bronkus, dan paru-paru. Aliran udara respirasi merupakan sumberkekuatan yang diperlukan untuk mencetuskan suara dan diatur tekanannya mulai dari paru-paru. 2. Organ Fonasi Laring dengan otot-otot instrinsik dan ekstrinsiknya dan pita suara yang merupakan bagianterpenting laring. Laring merupakan penghubung antara faring dan trakea, didesain untuk memproduksi suara (fonasi). 3. Organ Resonansi rongga faring, rongga hidung, dan sinus paranasalis. berfungsi sebagai resonator variasi suara (frekuesi, intensitas) efektivitsd bicara 4. Organ Artikulasi bibir, palatum molle -durum, lidah, pipi, gigi, mandibula
Klasifikasi bunyi Bunyi Voiced /Disuarakan (pembentukan suara oleh vibrasi laring Breathed /dihembuskan(tidak terjadi vibrasi) Ada 2 kelompok jenis : Vocal terjadi karena modifikasi resonansi dan semuanya disuarakan, tidak terpengaruh aliran udara (voiced) Konsonan terjadi ketika aliran udara disimpan dulu sebelum dikeluarkan (voiced b,d,z) (breathed p,t,s)
Klasifikasi suara konsonan Bilabial dua bibi digunakan (b,p,m) Labiodentalbibir bawah bertemu insisal RA (f,v) Linguodental ujung lidah berkontak dengan insisal RA dan palatum keras terdekat (d,t) Linguopalatal lidah bertemu dengan palatum jauh dari insisal atas (g,k) Glottal diproduksi di laring
Saraf otak/ saraf spinal PENGATURAN rangsang Organ reseptor umum Organ reseptor khusus Saraf otak/ saraf spinal SSP area sensorik Motorik efektor bicara