E-Bisnis 5 – E-Commerce E-Commerce
Pendahuluan Pokok pembahasan: Objektif: Mahasiswa dapat: Model e-commerce Pembayaran dan distribusi pada e-commerce Pengembangan sistem e-commerce Objektif: Mahasiswa dapat: Menjelaskan model transaksi pada e-commerce, mencakup B2C dan B2B Menjelaskan berbagai metode pembayaran dan distribusi pada e-commerce Menjelaskan aspek-aspek penting dari pengembangan sistem e-commerce Pokok pembahasan dalam bahan kuliah ini adalah: Model e-commerce Pembayaran dan distribusi pada e-commerce Pengembangan sistem e-commerce Setelah mempelajari bahan e-commerce ini, anda akan dapat menjelaskan: Model transaksi pada e-commerce, mencakup: B2C dan B2B Berbagai metode pembayaran dan distribusi pada e-commerce Aspek-aspek penting dari pengembangan sistem e-commerce
Model E-Commerce Model e-commerce.
Model Transaksi Umum E-Commerce Gambar berikut memperlihatkan suatu model transaksi umum pada e-commerce. Pelanggan yang hendak membeli produk/jasa akan melakukan pencarian dan identifikasi produk/jasa yang sesuai dengan kebutuhannya. Setelah itu, pelanggan melakukan seleksi produk/jasa yang hendak dibelinya serta melakukan negosiasi jika memungkinkan. Kemudian, jika tercapai kesepakatan, maka pelanggan akan melakukan pembelian. Produk/jasa kemudian akan disampaikan kepada pelanggan. Penyampaian atau distribusi produk/jasa ini dapat dilakukan dengan metode tradisional atau dengan e-distribution. Dua metode ini akan dijelaskan lebih lanjut di bagian lain di materi kuliah ini. Berikutnya, pelanggan akan mendapatkan layanan purnajual. Demikian seterusnya.
Perbandingan Model Offline-Online (Contoh Penjualan Rumah) Gambar berikut memperlihatkan model perilaku konsumen yang ingin menjual rumahnya melalui agen properti lahan yasa (real estate), baik secara offline, online, dan gabungan keduanya. Pada model offline, kita mungkin mengetahui atau mengidentifikasi keberadaan agen melalui koran properti lokal. Setelah itu, kita akan mencari tahu lebih lanjut dengan menjumpai agennya langsung. Agen kemudian akan mendatangi rumah yang akan dijual, dan melakukan negosiasi harga. Setelah tercapai kesepakatan harga, selanjutnya kita tinggal menunggu berita baik dari sang agen, yang mungkin diberikan melalui surat bulanan. Pada model online, kita mungkin mendapatkan informasi tentang agen melalui search engine. Setelah itu, kita akan membuka situs agen properti dan kemudian mengisikan profil penjual dan data rumah yang hendak dijual. Setelah itu, kita akan menanti feedback dari agen, berupa email. Setelah memahami model offline dan online tersebut, kita akan menyadari bahwa dalam kegiatan jual beli, kita tidak menggunakan Internet secara terisolasi/penuh. Kita masih tetap menggunakan media lain seperti: media cetak, televisi, surat penawaran, dan sebagainya. Media-media non Internet semacam ini masih tetap sangat penting dalam komunikasi pemasaran, khususnya bagi mereka yang menggunakan lebih banyak waktunya di dunia nyata daripada dunia maya. Dalam hal ini, Internet sebaiknya dimanfaatkan sebagai bagian dari strategi komunikasi pemasaran terintegrasi. Pada model campuran, kita tahu tentang agen biasanya dari mulut ke mulut dan dipertegas dengan pemanfaatan search engine. Setelah itu, kita akan coba membuka situs agen properti (misalnya: Century21 di www.century21.co.id). Di situs itu, kita mengisikan profil penjual dan data rumah yang hendak dijual. Berdasarkan data yang dimasukkan, agen akan menghubungi kita, melihat rumah yang akan dijual, dan bernegosiasi langsung. Setelah tercapai kesepakatan harga, selanjutnya kita tinggal menunggu kabar dari sang agen, yang mungkin disampaikan lewat telepon ataupun email.
Model Interaksi B2C dan B2B Pada materi konsep dasar e-bisnis, di bagian gambaran transaksi e-commerce, kita telah mempelajari tentang B2C dan B2B. B2C adalah transaksi antara organisasi bisnis dengan konsumen, sedangkan B2B adalah transaksi antara organisasi bisnis dengan organisasi bisnis yang lain. Model transaksi B2B lebih menonjol di Internet, dalam hal nilai, bukan frekuensi. Gambar ini menjelaskan mengapa bisa demikian. Jelas bahwa lebih banyak kesempatan untuk transaksi B2B daripada B2C.
Perbedaan B2C dengan B2B Karakteristik B2C B2B Proporsi akses pengguna Menengah ke bawah Tinggi Kompleksitas keputusan membeli Relatif sederhana – terkait dengan pilihan individu atau pihak-pihak yang mempengaruhi Lebih kompleks Jalur (channel) Relatif sederhana – langsung atau dari pengecer Lebih kompleks, langsung atau lewat grosiran, agen atau distributor Sifat pembelian Nilai rendah, volume tinggi atau nilai tinggi, volume rendah. Mirip dalam hal volume/nilai, namun pembelian sering berulang Sifat produk Sering berupa item standar Item standar atau dibuat sesuai pesanan Simaklah tabel berikut untuk memahami perbedaan antara B2C dan B2B. B2B dan B2C dapat dibedakan berdasarkan proposi akses pengguna, kompleksitas keputusan untuk membeli, jalur (channel), sifat pembelian yang dilakukan, dan sifat produk yang ditawarkan.
Pembayaran & Distribusi pada E-Commerce Pembayaran dan distribusi pada e-commerce.
Berbagai Metode Pembayaran Dengan kartu pembayaran elektronik Kartu elektronik mengandung informasi yang dapat digunakan untuk tujuan pembayaran, seperti kartu kredit dan debit. Metode pembayaran online yang paling populer Risiko keamanan diperkecil dengan: Menggunakan CVV (Card Verification Value) Melibatkan CA (Certification Authority) Implementasi smartcard. Dengan kartu kredit virtual Mirip kartu kredit, namun tidak berupa kartu fisik Penerbit kartu kredit memberikan nomor transaksi khusus yang hanya dapat digunakan secara online sebagai ganti kartu kredit biasa. Tidak dapat digunakan jika penerimaan produk/jasa mensyaratkan pemeriksaan kartu kredit secara fisik. Sistem pembayaran pada e-commerce memfasilitasi penerimaan pembayaran secara elektronik untuk transaksi online. Sistem pembayaran online ini semakin populer karena meningkatnya perilaku shopping atau banking dengan Internet. Sampai saat ini, kekurangpercayaan terhadap sistem pembayaran masih menjadi halangan utama bagi seseorang untuk bertransaksi secara online. Sebenarnya, apa saja yang dapat digunakan untuk pembayaran online? 1. Kartu pembayaran elektronik Pada awal-awal adanya B2C, pembayaran dilakukan dengan kartu pembayaran elektronik, seperti kartu kredit dan debit. Kartu ini mengandung informasi yang dapat digunakan untuk tujuan pembayaran dan menjadi metode pembayaran yang paling populer. Turban dalam buku “Electronic Commerce: A Managerial Perspective”, tahun 2008, menyatakan bahwa sekitar 90% transaksi B2C di Amerika Utara memanfaatkan kartu kredit atau debit, sehingga situs e-commerce akan kesulitan jika tidak menerima kartu tersebut. Walaupun demikian, sampai sekarang, masih banyak konsumen yang kuatir menggunakan kartu kredit/debit di Internet karena merasa risiko penipuan/penyalahgunaan cukup tinggi. Upaya untuk mengamankan transaksi dengan kartu telah ditempuh melalui penggunaan CVV (card verification value), semacam bilangan yang digunakan untuk mencegah penyalahgunaan, dengan membandingkan bilangan yang di-input dengan informasi yang disimpan penerbit kartu (Visa, MasterCard, dan American Express). Situs e-commerce juga diharuskan mematuhi aturan yang ketat dari penerbit kartu, misalnya adanya protokol dan prosedur keamanan, serta sertifikat digital dari CA (certification authority) yang dipercaya (seperti: VeriSign). Saat ini, pemakaian smartcard semakin populer dan menjadi kewajiban bagi penerbit kartu kredit karena tingkat keamanan yang dimiliki. Smartcard merupakan kartu yang mengandung mikroprosesor dan memori. 2. Kartu kredit virtual Mekanisme pembayaran dengan kartu kredit virtual mirip dengan kartu kredit biasa. Akan tetapi, pemilik tidaklah memiliki kartu kredit fisik, melainkan hanya nomor khusus untuk melakukan transaksi. Kartu kredit virtual hanya dapat digunakan untuk pembayaran di web. Citibank, sebagai contoh, menawarkan layanan Virtual Account Numbers untuk belanja secara online. Dengan layanan ini, nasabah tidak perlu memberikan nomor kartu kredit sesungguhnya. Sebagai gantinya, nomor pengganti akan dibuatkan setiap kali dibutuhkan. Kelemahannya, layanan ini tidak dapat digunakan jika penerimaan produk/jasa mensyaratkan untuk pemeriksaan kartu kredit secara fisik. Simulasi layanan ini disediakan di https://www.citicards.com/cards/wv/swf/flash_test.html.
Berbagai Metode Pembayaran (cont.) Dengan e-wallet/e-purse Bagaikan dompet biasa yang menyimpan uang tunai dan kartu sehingga dapat dimanfaatkan dengan mudah ketika bertransaksi di Internet Berupa perangkat lunak dan informasi transaksi online yang terenkripsi Perangkat lunak: client-side atau server-side Informasi: alamat pengiriman/penagihan, metode pembayaran, dll. Dengan e-check Versi elektronik atau representasi digital dari cek kertas. Pelanggan harus memberikan informasi nama bank, jenis rekening, bank routing number, nomor rekening, info pelanggan/nasabah, dll. Menguntungkan untuk transaksi dengan nilai besar, karena biaya yang dikenakan payment gateway relatif lebih kecil. 3. E-wallet/e-purse E-wallet/e-purse/digital wallet bagaikan dompet biasa, namun digunakan sebagai layanan yang memudahkan pelanggan membayar secara online serta menyimpan dan menggunakan informasi transaksi online-nya. E-wallet sebenarnya terdiri dari perangkat lunak dan informasi yang terenkripsi. Perangkat lunak e-wallet dapat terinstalasi di komputer pelanggan (client-side). Contohnya adalah Ilium eWallet. Perangkat lunak e-wallet juga dapat dikelola oleh suatu organisasi yang memberikan layanan demikian (server-side). Contohnya adalah Google Checkout (checkout.google.com). Informasi yang tersimpan di e-wallet pada dasarnya adalah basis data yang dimasukkan oleh pengguna. Informasi ini berupa alamat pengiriman, alamat penagihan, metode pembayaran (mencakup nomor kartu kredit, tanggal kadaluarsa, dan CVV), dan lainnya. 4. E-check E-check merupakan cara menerima pembayaran dengan cek digital/elektronik dari pelanggan. E-check biasanya diterima oleh penjual yang menggunakan jasa payment gateway yang berhubungan dengan bank. Sewaktu menggunakan e-check, bagaikan menulis cek, pelanggan harus memasukkan informasi antara lain nama bank, jenis rekening di bank, bank routing number, nomor rekening, informasi pelanggan/nasabah bank, informasi penjual, dan lainnya. Informasi yang dimasukkan relatif lebih banyak daripada metode pembayaran yang lain. Bagi pembeli, keuntungannya adalah dana masih tetap ada di rekening untuk beberapa hari ke depan setelah pembayaran. Bagi penjual, menjual barang dengan harga yang mahal dan menerima e-Check merupakan keuntungan karena biaya yang dikenakan pihak ketiga seperti PayPal relatif lebih murah. Contoh payment gateway lainnya adalah Authorize.Net (www.authorize.net) dan FastCharge (www.fastcharge.com).
Berbagai Metode Pembayaran (cont.) Wireless/mobile payment Pembayaran dengan memanfaatkan teknologi telekomunikasi nirkabel, khususnya ponsel. Kategori mobile payment: Direct mobile billing Mobile web payment (via WAP) Paypal, AmazonPayment, dan Google CheckOut telah mendukung mobile web payment. Cash on Delivery Pembayaran langsung antara kedua belah pihak. Walaupun sederhana, ada risiko yang terdapat dalam metode COD. 5. Wireless/mobile payment Wireless/mobile payment merupakan metode pembayaran berbasis teknologi telekomunikasi nirkabel, terutama telepon seluler. Mobile payment untuk transaksi online biasanya tergolong atas: direct mobile billing dan mobile web payments (dengan akses WAP). Pada direct mobile billing, saat hendak checkout (menyelesaikan transaksi), pelanggan diharuskan melakukan otentikasi dengan PIN dan one-time-password. Pembayaran kemudian akan dikenakan ke tagihan telepon seluler atau pemotongan pulsa. Pada mobile web payment, dengan teknologi WAP, pelanggan mengakses web atau aplikasi khusus yang diunduh untuk melakukan pembayaran. Pembayaran dapat dikenakan dalam tagihan telepon, maupun tagihan kartu kredit. Layanan seperti PayPal (www.paypal.com), AmazonPayment (payment.amazon.com), dan Google CheckOut juga telah mendukung model pembayaran ini. 6. Cash on delivery Pembayaran langsung yang paling sederhana adalah cash on delivery (bayar sewaktu barang diterima). Akan tetapi, COD berisiko terhadap penjual. Apabila pembeli ternyata tidak bersedia membayar saat barang disampaikan maka penjual terpaksa menanggung biaya pengiriman dan melakukan restock. Pembayaran COD juga sebaiknya dilakukan secara nontunai (mis: bukti transfer, giro, dll.)
Jenis Distribusi pada E-Commerce Distribusi fisik Segala produk/jasa yang dibeli dapat didistribusikan secara fisik. Pembeli akan menerima produk fisik secara utuh ataupun media yang berisi produk/jasa yang dibelinya. Distribusi digital Distribusi digital dapat dilakukan pada produk/jasa yang dapat ditransformasikan menjadi format digital dan biasanya didistribusikan langsung melalui Internet. Contoh Produk Distribusi Fisik Distribusi Digital Perangkat lunak Dikemas khusus FTP, unduh langsung, email Majalah/surat kabar Langganan rumah, toko WWW, e-zine Kartu ucapan Toko Email, link ke kartu Gambar CD-ROM, majalah WWW, unduh Film VCD, DVD, VHS MPEG, RealNetwork, QuickTime Musik CD, kaset MP3, RealAudio Sesuai dengan yang telah kita bahas pada model transaksi umum e-commerce, ada dua metode delivery atau distribusi produk/jasa. Distribusi fisik. Segala produk/jasa yang dibeli selalu dapat didistribusikan secara fisik. Dalam distribusi fisik, pembeli akan menerima produk fisik secara utuh ataupun media yang berisi produk/jasa yang dibelinya. Distribusi digital, yang dapat dilakukan khusus untuk produk/jasa yang dapat ditransformasikan menjadi format digital. Distribusi ini memanfaatkan Internet, yaitu umumnya dengan WWW (World Wide Web), email, FTP (File Transfer Protocol), IM (Instant Messaging), dan lainnya. Simaklah tabel berikut ini untuk memperlihatkan dua alternatif distribusi untuk beberapa contoh produk.
Pengembangan Sistem E-Commerce
Tahapan Sistem E-Commerce Pengembangan website sederhana Tujuan: Memperkenalkan perusahaan dan produk/jasa kepada bisnis/konsumen Meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Product/service cataloging Sebagian besar/seluruh produk/jasa perusahaan disimpan dalam basis data yang terkoneksi pada Internet Memudahkan perusahaan dalam memelihara data produk/jasa yang ada Memungkinkan pencarian produk secara interaktif Belum sampai ke pembayaran secara online. Full e-commerce Product cataloging Pembayaran dan proses-proses lainnya secara online. Suatu sistem e-commerce pada awalnya dapat berupa website sederhana. Di tahap ini, website ditujukan untuk menaikkan citra organisasi, memperkenalkan perusahaan beserta produk/jasanya kepada bisnis/konsumen. Selain itu, website dapat digunakan untuk membantu meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Dengan website ini, organisasi membuka diri untuk konsultasi, tanya jawab, menampung masukan, menerima kritik, dan sebagainya. Di tahap kedua, website dikembangkan dengan fitur katalog produk/jasa. Website dikoneksikan dengan basis data produk/jasa yang ada. Dengan website ini, organisasi dapat dengan mudah memelihara data produk/jasa yang ditawarkan kepada bisnis/konsumen. Konsumen/bisnis juga mendapat manfaat dari katalog ini. Mereka dapat melakukan pencarian untuk mendapatkan produk/jasa yang sesuai dengan kebutuhannya. Biasanya, website semacam ini mendukung transaksi bisnis, sampai pada proses pemesanan, tetapi belum menyediakan mekanisme pembayaran secara online. Website dapat dikategorikan sebagai full e-commerce jika sudah memiliki fitur-fitur product cataloging dan mendukung proses pembayaran dan proses-proses lainnya, seperti pengaturan pengiriman secara online. Organisasi pengelola website akan bekerja sama dengan bank/lembaga keuangan yang berfungsi sebagai payment gateway atau payment service provider, yang menerima pembayaran dan menyalurkan pembayaran itu kepada organisasi, sekaligus berperan dalam mengamankan proses pembayaran. Selan itu, organisasi juga bekerja sama dengan perusahaan logistik untuk mendukung pengiriman produk, minimal menyediakan tarif jasa pengiriman dan prosedur pengiriman produk.
Pengembangan Sistem E-Commerce Dua aturan klasik traditional commerce: Menawarkan sesuatu yang bernilai Menawarkan produk/jasa dengan harga pantas Aturan tambahan untuk e-commerce: Website menyenangkan dari segi estetika Website mudah digunakan dan cepat Website memotivasi orang untuk mengunjunginya, betah, dan kembali memanfaatkannya Mengumumkan keberadaan website Belajar dari website sendiri dan website lain Akomodasi karakteristik Web 2.0 Lima subsistem umum dalam sistem e-commerce: Subsistem manajemen inventori Subsistem manajemen profil Subsistem manajemen order Subsistem manajemen pengiriman Subsistem pelaporan Pada perdagangan tradisional, terdapat dua aturan klasik. Kita harus menawarkan sesuatu berupa produk/jasa yang bernilai dan produk/jasa tersebut ditawarkan dengan harga yang pantas. Dalam pengembangan sistem e-commerce, kita perlu memahami dan menerapkan beberapa aturan tambahan. Apa saja aturan tambahan itu? Website menyenangkan dari segi estetika. Tampilanwebsite yang rapi, menarik, tidak berlebihan, dan tidak membosankan adalah tantangan tersendiri bagi desainer website. Website mudah digunakan dan cepat. Fitur-fitur yang tersedia dapat digunakan secara mudah dan terdapat fasilitas bantuan (help) atau informasi pendukung seperti FAQ (Frequently Asked Questions) untuk menolong menjawab pertanyaan pengguna. Selain itu, loading website ringan alias dapat dibuka dengan relatif cepat, tidak melebihi ambang toleransi pengguna. Website memotivasi orang untuk mengunjunginya, betah, dan kembali memanfaatkannya. Fitur-fitur yang tersedia bukan hanya membantu kebutuhan pengguna tetapi juga mendorong/memancing pengguna untuk berkunjung/bertransaksi kembali. Fitur-fitur seperti histori transaksi, news letter, penawaran bisnis menarik, dan sebagainya dapat dimanfaatkan untuk tujuan ini. Mengumumkan keberadaan website. Konsumen/bisnis harus diupayakan mengetahui keberadaan website. Ini dapat dicapai dengan promosi di media konvensional, jejaring sosial seperti Facebook (www.facebook.com), microblogging seperti Twitter (www.twitter.com), portal seperti Yahoo! (www.yahoo.com), situs file sharing, serta menerapkan teknik SEO (search engine optimization). Jumlah kunjungan dan referensi ke website yang meningkat memperlihatkan bahwa promosi keberadaan website berhasil. Kita dapat memonitor jumlah kunjungan, pola kunjungan, dan referensi ke website kita dengan memanfaatkan Google Analytics (analytics.google.com) atau Alexa (www.alexa.com) Belajar dari website sendiri dan website lain. Saran dan pendapat dari pengguna/pengunjung adalah informasi berharga untuk pengembangan/peningkatan layanan website. Selain itu, jangan pernah malu untuk belajar dari kesuksesan website lain. Akomodasi karakteristik Web 2.0. Fitur-fitur Web 2.0, baik dari segi teknologi maupun efek jejaringnya, seharusnya dimanfaatkan dengan maksimal jika model bisnis e-commerce yang kita terapkan memang bersesuaian dengan hal itu. Sistem e-commerce sendiri secara umum dikembangkan atas lima subsistem, yaitu: subsistem manajemen inventori, manajemen profil, manajemen order, manajemen pengiriman, dan pelaporan. Kita akan melihat lebih jelas kelima subsistem tersebut berikut ini.
Subsistem Manajemen Inventori Mengelola informasi mengenai produk/jasa yang ditawarkan Informasi dapat berupa: Nama produk/jasa Deskripsi produk/jasa Harga Kuantitas, dll. Fitur: Katalog produk/jasa Informasi rinci dari produk/jasa Pencarian produk/jasa secara cepat Pengawasan stok, dll. Subsistem manajemen inventori digunakan untuk mengelola informasi mengenai produk/jasa yang ditawarkan. Informasi yang diberikan berupa nama, deskripsi, harga, kuantitas, dan lainnya dari produk/jasa. Fitur-fitur yang berkenaan dengan subsistem ini misalnya: katalog produk/jasa, informasi rinci dari produk/jasa, pencarian secara cepat, pengawasan stok bagi pihak pengelola, dan sebagainya.
Subsistem Manajemen Profil Mengelola informasi mengenai pelanggan Informasi dapat berupa: Nama Alamat Nomor telepon Kartu kredit (opsional), dll. Fitur: Registrasi pelanggan Pengubahan profil pelanggan Pelacakan kata sandi Pengiriman tanggapan Promosi, dll. Subsistem ini berfungsi mengelola informasi pelanggan, seperti: nama, alamat, nomor telepon, kartu kredit yang biasanya merupakan informasi opsional, dan lain-lain. Profiling dan targeting pelanggan berdasarkan informasi semacam ini, jika dilakukan dengan baik dan akurat akan mampu menaikkan tingkat pendapatan perusahaan. Fitur-fitur yang biasanya disediakan oleh subsistem ini mencakup: registrasi/pendaftaran pelanggan, pengubahan/update profil pelanggan, pelacakan password/kata sandi jika pelanggan lupa, pengiriman komentar/tanggapan terhadap situs secara keseluruhan maupun produk/jasa spesifik yang ditawarkan, program promosi berupa diskon, cash back, cicilan ringan, pengumpulan poin, dan lainnya.
Subsistem Manajemen Order Menerima dan memroses pemesanan Informasi dapat berupa: Produk/jasayang dipesan Harga pembelian Kuantitas produk/jasa Tanggal pemesanan dan pengiriman Status pemesanan, dll. Terkait erat dengan subsistem manajemen inventori dan profil Fitur: Shopping cart Pembayaran Histori pemesanan, dll. Subsistem ini merupakan pembangkit pendapatan bagi organisasi, karena digunakan untuk menerima dan memroses pemesanan yang dilakukan pelanggan. Informasi yang dikelola subsistem ini mencakup: produk/jasa yang dipesan, harga pembelian (yang seharusnya berbeda dengan harga modal, dan mungkin berbeda-beda untuk setiap pemesanan), kuantitas produk/jasa yang dipesan, tanggal pemesanan dan tanggal yang dijanjikan untuk pengiriman, status pemesanan, dan lainnya. Berdasarkan tujuan ini, tentu subsistem ini berhubungan erat dengan subsistem manajemen inventori dan manajemen profil. Fitur-fitur yang tersedia mencakup: shopping cart (keranjang belanja, semacam fitur untuk menampung info keseluruhan produk/jasa yang sudah dipilih namun belum dibeli), pembayaran, histori pemesanan, dan sebagainya.
Subsistem Manajemen Pengiriman Mengelola pengiriman produk/jasa dan status pemesanan Dua cara penerimaan produk: Pengiriman elektronik Pengiriman fisik, misalnya dengan jasa agen pengiriman Terkait erat dengan subsistem manajemen profil dan order. Pengiriman juga merupakan proses yang perlu dikelola dengan subsistem tersendiri. Pelanggan berhak untuk memilih bagaimana metode pengiriman produk/jasa yang telah dibelinya. Sesuai dengan pembahasan sebelumnya, penerimaan produk/jasa mungkin dilakukan dengan melakukan pengiriman secara elektronik atau fisik. Sebelum pesanan diterima, pelanggan berhak untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang status produk/jasa yang dipesannya, yang bahkan mungkin telah dibayarnya. Berdasarkan penjelasan ini, tentu dapat dipahami bahwa subsistem ini terkait erat dengan subsistem manajemen profil dan manajemen order.
Subsistem Pelaporan Menghasilkan laporan sesuai yang diinginkan Contoh: Seberapa tinggi tingkat penjualan dalam suatu periode Besarnya laba yang dicapai Distribusi laba pada tiap produk/jasa Siapa pelanggan terbaik Fitur khusus: Membantu peramalan (forecasting) Membantu pembuatan keputusan Membantu penelaahan pola perilaku pelanggan Untuk keperluan monitoring internal, perlu ada suatu subsistem pelaporan, yang digunakan untuk membuat/menghasilkan laporan sesuai dengan yang diinginkan. Pengelola website mungkin ingin tahu seberapa tinggi tingkat penjualan dalam suatu periode tertentu, berapa besar laba yang dicapai, bagaimana tingkat distribusi laba pada tiap produk/jasa, siapa pelanggan terbaik (dengan kriteria yang ditetapkan organisasi), dan sebagainya. Informasi semacam ini dapat dihasilkan dengan cepat oleh sistem e-commerce yang telah terkoneksi dengan basis data. Selain itu, pengelola mungkin perlu fitur khusus seperti: peramalan (forecasting), dukungan untuk pembuatan keputusan, dan penelaahan pola perilaku pelanggan.
Alternatif Strategi Pengembangan Situs E-Commerce Pengembangan dari awal Dapat dilakukan secara mandiri maupun dialihdayakan. Pemrograman dengan: PHP + MySQL ASP .Net + MS SQL Server, dll. Pengembangan dengan kit konstruksi e-commerce Open source maupun berbayar Cth: osCommerce, Store-Spot.com, dll. Pengembangan dengan content management system dan modul e-commerce Contoh: Joomla + modul VirtueMart PHPNuke + modul CallowaysCart/Emporium DotNetNuke + modul AliCommerce/ AspDotNetStorefront, dll. Secara umum terdapat tiga strategi untuk mengembangkan suatu situs e-commerce. Pengembangan dari awal, yang dilakukan secara mandiri ataupun dialihdayakan (outsourcing) kepada tim pengembang di luar organisasi. Bahasa pemrograman dan DBMS yang dapat dimanfaatkan adalah PHP + MySQL, ASP .Net + Microsoft SQLServer, dan lainnya Pengembangan dengan kit konstruksi e-commerce, baik yang bersifat open source maupun berbayar. Contoh: osCommerce, Store-Spot.com, dan lain-lain. Pengembangan dengan memanfaatkan content management system yang dilengkapi dengan modul e-commerce. Sebagai contoh, anda dapat menggunakan Joomla + modul VirtueMart, PHPNuke + modul CallowaysCart atau modul Emporium, maupun DotNetNuke + modul AliCommerce atau modul AspDotNetStorefront.
5 – E-Commerce Materi e-commerce selesai.