Mengendalikan Emosi Situasi yang mendesak di kantor seperti deadline yang semakin dekat, sementara pekerjaan masih menumpuk tak urung akan membuat Anda “senewen”. Saking stresnya, kalau “nggak” bisa mengendalikan diri, bisa-bisa emosi Anda meledak. Anda akan mudah naik pitam. Tersenggol sedikit saja, sudah bisa membuat darah Anda naik ke kepala. Apalagi kalau melihat rekan kerja atau anak buah Anda tidak beres pekerjaannya. Padahal dengan emosi, tentu saja tidak akan menyelesaikan masalah. Malah sebaiknya, pekerjaan Anda semakin kacau. Jadi, sebaiknya apa yang harus Anda lakukan…? Agar emosi Anda tidak pecah, tahanlah emosi dengan menarik napas dalam-dalam dan hembuskan secara perlahan-lahan. Mintalah rekan atau anak buah Anda untuk memberikan penjelasan tentang ketidakberesan itu. Bicaralah dengan tenang, kendalikan intonasi suara Anda dengan baik, jangan terlalu keras dan jangan terlalu lembut. Bicaralah di tempat yang lebih tenang, misalnya di ruang rapat. Konsentrasikan pikiran Anda pada penyelesaian pekerjaan. Dengan demikian, perlahan-lahan emosi Anda akan turun dengan sendirinya. Setelah menemukan jawabannya, minumlah segelas air putih untuk mengganti energi emosi Anda yang tertahan. Kemudian, keluar ruangan sebentar untuk menyendiri sekitar 3 menit. Setelah tenang, kembali ke meja Anda dan mulai menyelesaikan pekerjaan dengan pikiran yang lebih terkonsentrasi. Untuk sekadar menghibur Anda, hidupkan musik dengan volume pelan. Matikan ponsel dan jangan terima telpon sewaktu Anda tengah konsentrasi. Mintalah pada operator untuk “menghandel” semua telpon yang ditujukan pada Anda, kecuali untuk kepentingan yang sangat mendesak. Nah, dengan demikian, Anda telah berhasil mengendalikan emosi yang tadinya hampir pecah. Setiap kali Anda berhasil mengendalikan emosi, semakin bertambah nilai plus untuk Anda. Dan ini sekaligus melatih tingkat kecerdasan emosi Anda (emotional quotient). Lagi pula mengendalikan emosi bukan berarti harus “makan hati” kan…?