Analisis dan Perancangan Kerja

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Perancangan Sistem Produksi
Advertisements

Perkembangan Teori Manajemen
Handout Analisis & Pengukuran Kerja
TIPE TATA LETAK.
Pertemuan VII Sumber Daya Manusia dan Desain Pekerjaan
BIAYA TENAGA KERJA.

PERTEMUAN-12A SDM DAN DESAIN KERJA
HUMAN-MACHINE INTERFACE
PENDAHULUAN MANAJEMEN OPERASI
DISAIN PEKERJAAN Merupakan kegiatan yang paling menantang (dan membingungkan) bagi manajer operasi, hal ini diakibatkan : Pada hakekatnya sering terjadi.
BIAYA TENAGA KERJA (BTK)
PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA.
DASAR-DASAR PERANCANGAN PABRIK (PLANT DESIGN)
Meningkatkan Produktivitas dan Mutu
RANCANG PEKERJAAN.
PENGUKURAN EVALUASI TERHADAP INPUT, PROSES, OUTPUT DAN OUTCOME
EVOLUSI TEORI MANAJEMEN
Sistem Informasi Manufaktur
PETA-PETA KERJA (Process Chart)
Pertemuan I Operasi dan Produktivitas
ERGONOMI tata ruang dan waktu

Analisis dan Desain Jabatan
Teknik Menentukan Lokasi dan Layout
KONSEP SISTEM INFORMASI KORPORASI
Materi – 03 Sistem Kantor.
MODUL 14. Analisa & Perancangan Kerja II
SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)
Strategi proses Desi harsanti pinuji.
MODUL XI TEKNIK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS : BERDASARKAN KARYAWAN
PENDAHULUAN Penelitian kerja dan analisa metode kerja memusatkan perhatian pada bagaimana suatu pekerjaan akan diselesaikan Aplikasi prinsip dan teknik.
Pokok-Pokok Manajemen Perawatan
LANGKAH ATAU PROSEDUR PERANCANGAN PABRIK
MSDM – Handout 2 Analisis dan Desain Jabatan
PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI
PERANCANGAN, PENGUKURAN KERJA, DAN ERGONOMI
Penelitian Kerja (Work Design/Study)
PENGELOLAAN SDM : DESAIN KERJA & ANALISIS JABATAN
TI 3252 Perancangan Organisasi 3 SKS - Wajib
MANAJEMEN INDUSTRI Ir. UMAR MUHAMMAD, MT..
MODUL 13. Analisa & Perancangan Kerja II
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
Aspek Teknis Analisis teknis bertujuan untuk memastikan bahwa ide atau gagasan yang telah dipilih itu layak, dalam arti kata ada ketersediaan lokasi, alat,
Strategi proses Desi harsanti pinuji.
Pengelolaan produksi Pengantar bisnis 20/11/2014
Pengantar : Methods, Standard, and Work Design
Semester VII/Kelas A, B, C
PERTEMUAN 2 Proses Pengembangan Perangkat Lunak
FAKTOR MANUSIA DALAM SISTEM PRODUKSI
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN MANAJEMEN OPERASI
Aspek Produksi dan Operasi
Manajemen Proyek Sistem Informasi DAY-2
DASAR-DASAR PERANCANGAN PABRIK (PLANT DESIGN)
Ergonomi Studi gerak dan waktu
Monitoring Waktu,Biaya,Mutu dan SDM
Analisis dan Desain Jabatan Manajemen Sumber Daya Manusia.
ANALISIS SISTEM ADMINISTRASI
Siklus Hidup System.
DESAIN ANALISIS PEKERJAAN (MSDM 1)
PERANCANGAN FASILITAS
SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU ( JUST IN TIME -JIT).
Perancangan Tata Letak
LANGKAH ATAU PROSEDUR PERANCANGAN PABRIK
SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)
Perencanaan Teknis dan Sistem produksi
Pengantar : Methods, Standard, and Work Design
desain sistem kerja PERTEMUAN – 10 Mata Kuliah: Manajemen Operasional
Rancangan Kerja dan Teknologi
Pengembangan Sistem Informasi Erliyan Redy Susanto.
Transcript presentasi:

Analisis dan Perancangan Kerja Suprapto Program Studi Teknik Industri Univet Bantara Sukoharjo supraptodd@yahoo.co.id

Perancangan Kerja (Work Design) Tujuan: Untuk menentukan metode terbaik dalam melaksanakan operasi-operasi kerja yang diperlukan dalam proses produksi.

Gambar 1. Langkah-langkah Operasi Kerja dalam sebuah Proses Produksi

Maksud dan tujuan Perancangan Kerja untuk meningkatkan produktivitas dan performans kerja dari seluruh sistem produksi. Dapat dicapai melalui: Pengembangan tata cara kerja (work methods) lebih efektif dan efisien. Pengaturan kondisi lingkungan kerja yang lebih ergonomis. Pemanfaatan dan pendayagunaan secara optimal semua potensi sumber daya manusia secara terorganisir melalui analisis jabatan secara tepat.

Tahapan Perancangan kerja: Langkah studi dan analisa tata cara kerja (methods study atau job design). Langkah pengukuran kerja (work measurement atau time study).

Analisis Kerja (work analysis) Tergantung dari: Volume produksi. Frekwensi perubahan spesifikasi produk. Waktu dan dana. Volume dan macam produk (output)sebagai pertimbangan dalam menentukan tipe proses produksi: flow shop, job shop atau project.

Tipe proses produksi: Flow shop: - Produksi berlangsung terus menerus dan/atau berulang-ulang. - Produk dalam jumlah besar (mass production) dengan spesifikasi produk sedikit dan standar dalam jangka waktu yang lama. - Siklus waktu produksi relatif singkat. Untuk mengurangi waktu operasi (operasi produksi yang kritis) akan menghemat biaya dalam jumlah besar. Analisa kerja akan dilakukan sedetail mungkin pada setiap stasiun kerja termasuk menganalisa gerakan-gerakan manual ataupun mesin dalam skala mikro.

Job shop: - Proses produksi dilaksanakan berdasarkan produk pesanan yang spesifikasinya mengikuti kemauan pemesan (customer). - Macam produk yang dihasilkan umumnya fleksibel, tidak standar, dan bervariasi tetapi jumlah (volume) masing-masing produk yang dibuat relatif terbatas. - Frekwensi perubahan langkah proses seringkali dilakukan menyesuaikan spesifikasi produk yang dibuat. Analisa kerja tidak perlu dilakukan terlalu detail, karena volume produksi relatif kecil. Perbaikan dapat diperoleh  melalui perancangan tata letak (layout) fasilitas produksinya dengan tujuan untuk mengurangi beban perpindahan material, penjadwalan produksi secara lebih efektif lagi, sesegera mungkin memenuhi pesanan tepat waktu dengan jalan menekan delay/idle time dan menjaga kelancaran aliran produksi (just-in-time production system).

Project: item produk sangat unik/khusus dengan aktivitas-aktivitas kerja yang kompleks dan tergantung satu sama lainnya. Analisa perbaikan tata cara kerja tidak bisa diapliksikan. Peningkatan produktivitas sangat tergantung pada: penjadwalan aktivitas yang efektif dan ketat (terutama lintasan produksi yang kritis) serta koordinasi kerja yang baik terhadap proses pengadaan material kerja dan penugasan pekerja (crew assignments).

Sistem Manusia-mesin Adalah: Kombinasi antara satu atau beberapa manusia dengan satu atau beberapa “mesin” dimana salah satu dengan yang lainnya akan saling berinteraksi untuk menghasilkan keluaran-keluaran berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh. “Mesin”  mencakup semua obyek fisik seperti: peralatan, perlengkapan, fasilitas dan benda-benda yang biasa digunakan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya. Hubungan Sistem manusia-mesin: Manual. semi Otomatik Otomatik

Sistem manusia-mesin hubungan Manual (Manual Man-machine system) Manusia memegang kendali secara penuh didalam melakukan aktivitasnya. Manusia berfungsi sebagai sumber tenaga dan pengendali lansgung. Peralatan  hanyalah sekedar menambah kemampuan dalam melaksanakan kativitas kerja. Contoh: manusia melakukan kerja mengkikir, menggeraji manual.

Sistem manusia-mesin hubungan Semi-Otomatik (Semi-automatic Man-machine system) Ada mekanisme khusus yang akan mengolah input atau informasi dari luar sebelum masuk ke dalam sistem kerja manusia dan demikian pula reaksi yang berasal dari sistem manusia ini akan diolah atau dikontrol terlebih dahulu melewati suatu mekanisme tertentu sebelum suatu output diproses. Contoh: sistem kerja mobil

Sistem manusia-mesin hubungan Otomatik (Automatic Man-machine system) Mesin akan melaksanakan fungsi sekaligus yaitu menerima rangsangan dari luar (sensing) dan pengendali aktivitas. Fungsi operator hanyalah memonitor dan menjaga agar supaya mesin tetap bekerja dengan baik serta memasukkan data atau mengganti dengan program-program baru apabila diperlukan. Contoh : aplikasi mesin CNC.

Tabel 1. Perbandingan antara Manusia dan Mesin

Gambar 3. Perancangan Kerja dalam sebuah Sistem produksi Job Design Gambar 3. Perancangan Kerja dalam sebuah Sistem produksi

Manusia Berfungsi: Menerima data/informasi mengenai apa yang harus dikerjakan atau perlu diambil tindakan. Mengolah informasi, membentuk persepsi dan membuat keputusan berdasarkan informasi yang diterima. Melakukan tindakan sesuai denagn keputusan yang diambil dengan melakukan berbagai macam aktivitas fisik maupun mental

Spesialisasi Kerja Adam Smith (1776) dalam bukunya “The wealth of Nation” dengan spesialisasi kerja maka akan diperoleh beberapa manfaat: Mengurangi waktu belajar (leraning time) untuk menyelesikan aktivitas-aktivitas tertentu. Waktu pelatihan (training) relatif singkat dan bisa memanfaat tenaga “unskilled” Lebih efisien karena waktu tidak produktif bisa dikurangi. Kecepatan kerja bisa dikembangkan, karena operator dapat mengkhususkan diri pada satu atau dua jenis kegiatan saja. Memungkinkan diaplikasikan proses mekanisasi atau otomatisasi. Memungkinkan untuk mengelola tenaga kerja tanpa supervisi terlalu ketat.

Spesialisasi Kerja Charles Babbage (1832) dan FredericK W Spesialisasi Kerja Charles Babbage (1832) dan FredericK W. Taylor (1881): memberikan tekanan agar lintasan produksi diupayakan untuk dibagi-bagi menjadi operasi-operasi kerja yang singkat, sederhana dan hanya memerlukan sedikit keterampilan. Gambar 4, menunjukkan adanya tekanan yang menghendaki adanya “restrukturisasi” kerja dengan tujuan akhir tercapainya peningkatan produktivitas secara proporsional.

Gambar 4. Tekanan-tekanan yang menghendaki adanya Spesialisasi Kerja

Dampak negatif dari Spesialisasi Kerja: Kemungkinan pengembangan keterampilan lain diluar spesialisasinya terhambat. Suasana kerja terasa monoton, rutin, membosankan sehingga akhirnya “labor turnover” dan ketidakhadiran tinggi. Adanya perasaan terasing akibat kesulitan di dalam membuat identifikasi terhadap output/hasil kerja. Dampak negatif tersebut mengarah pada problem psikologis. Jalan keluarnya  menggantikannya dengan mesin (mekanisasi/ otomatisasi) terutama untuk kegiatan yang berulang-ulang dengan sikus waktu relatif singkat.

Pendekatan dalam Restrukturisasi Kerja Riset dari Elton Mayo (1933) di Howthorne, USA, membuktikan bahwa : output kerja operator ternyata lebih banyak dipengaruhi oleh bertambahnya perhatian yang ditunjukkan oleh pihak atasan (manajemen) terhadap bawahan dan bukan karena adanya perbaikan kondisi lingkungan fisik kerjanya semata-mata. Proses perancangan kerja  tidak lain sebenarnya mencoba men”sinergi”kan aspek fisik dan mental manusia untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu.

Upaya mengatasi dampak negatif psikologis Untuk mengatasi dampak sosio psikolgis akibat diterapkan diterapkannya spesialisasi kerja: Rotasi kerja (job rotation) Pembesaran kerja (job enlargement) Pengkayaan kerja (job enrichment)

Hambatan dalam Rotasi Kerja Keengganan pekerja untuk melakukan perubahan, karena setiap perubahan memerlukan waktu untuk penyesuaian dahulu. Sebagian pekerja justru lebih senang dengan apa yang rutin dikerjakan dan enggan mulai dari awal lagi (learning curve periode).

Pembesaran kerja (job enlargement) Dapat dilakukan dengan cara “horizontal job enlargement” dan/atau “vertical job enlargement”  aktivitas-aktivitas yang harus dilaksanakan seorang pekerja akan diperluas/diperbanyak sesuai dengan keinginan pekerja sebagai pemuas psikologis untuk memberikan kontribusi sebesar-besarnya dalam aktivitas produksi/jasa (Gambar 5).

Gambar 5. Horizontal Job Enlargement dan Vertical Job Enlargement

horizontal job enlargement  pekerja akan dibebani tugas/aktivitas yang sama tetapi dengan target output (produk) yang lebih besar daripada sebelumnya, dengan diimbangi pemberian insentif yang secaraproporsional akan naik seiring naiknya output kerja, maka pekerja akan mencoba “melupakan” rasa bosan akibat rutinitas. vertical job enlargement  pekerja akan diberi tugas dan tanggung jawab yang lebih bervariasi seperti aktivitas perencanaan kerja, pengendalian kualitas output produksi, perawatan fasilitas kerja, dll. Dengan mengkombinasikan arah pembesaran secara horizontal dan vertikal maka aktivitas akan bisa lebih diperkaya (job enrichment) .

Job enrichment Tujuan : Untuk membuat pekerjaan agar lebih menarik dan memuaskan, sehingga produktivitas akan bisa diperbaiki, moral dan loyalitas kerja akan bertambah. Kendala : dalam menentukan tolok ukur optimal tidaknya suatu perubahan telah berhasil dicapai.

Terima Kasih