PARADIGMA PENELITIAN KOMUNIKASI; KUANTITATIF DAN KUALITATIF YASIR, M.Si NIP. 19781119 200501 1 002
PARADIGMA PENELITIAN KOMUNIKASI Perspektif =paradigma,Istilah lain yang identik adalah teori, mashab, model, dan pendekat. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Teori adalah suatu usaha untuk menerangkan atau menggambarkan pengalaman, suatu ide tentang bagaimana peristiwa itu terjadi.
SESEORANG BERTINDAK SESUAI DENGAN PARADIGMA YANG DIPUNYAI PEMBENTUKAN PARADIGMA BERDASARKAN INFORMASI
Kerangka konseptual Perangkat asumsi Perangkat nilai Perangkat gagasan PERSPEKTIF Kerangka konseptual Perangkat asumsi Perangkat nilai Perangkat gagasan Mempengaruhi persepsi kita Mempengaruhi tindakan dalam situasi Perspektif mempengaruhi apa yang kita pilih, lihat, dan bagaimana kita menafsirkan apa yang kita lihat. Tidak ada perspektif yang memungkinkan manusia dapat melihat semua aspek realitas secara simultan. Realitas komunikasi: fenomena dan noumena Dunia fenomena adalah dunia yang kita alami dengan panca indra kita dan terbuka bagi penelitian ilmiah dan rasional. Dunia noumena tidak dapat didekati dengan pengamatan empiris karena itu tidak bersifat fisik atau empiris.
Beberapa Perspektif dalam Ilmu Komunikasi Perspektif menurut Aubrey B. Fiseher (1986): mekanistik, psikologis, interaksional, pragmatik. Perspektif menurut Tucker, et.al (1981): hukum peliput (covering-laws), aturan (rules), sistem dan interaksionisme simbolik. Teori menurut Littlejohn (1999): struktural fungsional, behavioral kognitif, interaksionis, interpretif dan kritis.
Perspektif Berdasarkan Metode dan Logika Penjelasannya 1. Perspektif covering laws: berangkat dari prinsip kausalitas atau hubungan sebab akibat. Perspekitf ini umumnya menjadi basis pengembangan teori-teori komunikasi yang memerlukan pembuktian secara empiris. 2. Perspektif rules: didasarkan pada prinsip praktis, bahwa manusia aktif memilih, mengubah dan menentukan aturan- aturan yang menyangkut kehidupannya. Perspektif ini banyak diterapkan dalam teori-teori komunikasi antarpribadi.
3. Perspektif sistem mempunyai tiga model yakni general sisem theory, cybernetics dan structural fungsionalism. Perspektif ini umumnya menjadi landasan pada teori-teori informasi dan komunikasi organisasi. 4. Perspektif simbolic interaksionism: lebih mengutamakan pengamatannya pada makna interaksi simbolis. Perspektif ini banyak diterapkan pada penelitian-penelitian tentang perilaku-perilaku komunikasi antar individu dalam kehidupan sosial.
Berdasarkan metodologi penelitiannya Clasical (yang mencakup positivisme dan postpositivisme). Perspektif ini beorientasi pada upaya melakukan pengujian hipotesis dalam struktur hypotetico-deductive method, melalui laboratorium, eksperimen, atau survey eksplanatif dengan analisis kualitatif. Dengan demikian, objektivitas, validitas, dan reliabilitas diutamakan dalam paradigma ini.
2. Constructivism paradigm (paradigma konstruktivisme), bersifat reflektif/dialectikal. Menurut paradigma ini, antara peneliti dan subjek yang diteliti perlu adanya empati dan interaksi dialektis agar mampu mengkonstruksi realitas yang diteliti melalui metode kualitatif seperti partisipant observation. 3. Critical paradigm (paradigma kritis), lebih berorientasi partisipatif, dalam arti mengutamakan analisis komprehensif, kontekstual dan multi-level analisis serta peneliti berperan sebagai aktivis atau partisipan.
Perspektif Berdasarkan Fokus Wilayah Kajiannya Tradisi psikologi sosial, yang memfokuskan perhatiaannya pada komunikasi sebagai pengaruh antarpribadi. Tradisi sibernetika, yang lebih melihat komunikasi sebagai pemrosesan informasi. Tradisi retorika, yang menitikberatkan perhatiannya pada komunikasi sebagai seni berbicara di depan publik. Tradisi semiotika, yang memandang komunikasi sebagai proses berbagi makna melalui tanda-tanda. Tradisi sosio-kultural, yang melihat komunikasi sebagai penciptaan dan penentuan realitas sosial. Tradisi kritis, yang lebih menekankan pada konsepsi komunikasi sebagai tantangan reflektif terhadap diskursus (wacana) ketidakadilan. Tradisi fenomenologi, yang lebih memandang komunikasi sebagai pengalaman diri dan orang lain melali dialog.
Dualisme Perspektif dalam Penelitian Komunikasi Kuantitatif Kualitatif Objektif Ilmiah Empiris Behavioristik dan struktural Positivistik Fungsionalis Mekanistik Reduksionistik Deduktif Linier dan Statis Subjektif Humanistik Fenomenologis a Interpretif Konstruktifis Interaksional Induktif Holistik Naturalistik Sirkuler dan Dinamis
Perspektif dan Cara pandang komunikasi Struktural Fungsional Behaviorisme Kognitif Interaksionisme/konstruktivisme Interpretif Kritis Asumsi: objektif, manusia, pasif, pesan/ makna dikirim Asumsi: Subjektif, manusia, aktif, makna dikuasai skelompok orang Manusia menciptakan dan mepertukarkan simbol dan makna Positivisme Konstruktivisme
Sifat Realitas Realitas komunikasi diasumsikan tunggal Perspektif Kuantitatif (Objektif) Perspektif Kualitatif (Subjektif) Realitas komunikasi diasumsikan tunggal Nyata (objektif) Eksternal Statis, Dapat dipecah-pecah dan diatur oleh hukum-hukum yang berlaku tetap dan universal. Realitas komunikasi bersifat ganda Semu Rumit Dinamis (mudah berubah) Dikonstruksikan Holistik Kebenaran realitas bersifat relatif
Sifat Manusia Aktor (komunikator pasif dan reaktif Kuantitatif Kualitatif Aktor (komunikator pasif dan reaktif Perilaku komunikasi dikendalikan oleh situasi atau lingkungan Aktor (komunikator ) bersifat aktif, kreatif dan memiliki kemauan bebas Perilaku komunikasi secara internal dikendalikan oleh individu
Sifat Hubungan dalam dan Mengenai Realitas Komunikasi Kuantitatif Kualitatif Terdapat hubungan sebab akibat (sebab nyata atau variabel bebas yang mendahului akibatnya atau variabel terikat) Semua entitas secara simultan saling mempengaruhi, sehingga peneliti tidak mungkin membedakan sebab dari akibat.
Hubungan antara Peneliti dan Subjek Penelitian Kuantitatif Kualitatif Peneliti bertindak sebagai pengamat otonom Terpisah atau berjarak dari subjek penelitian Berjangka pendek Setaraf Empati Akrab Interaktif Timbal-balik Saling mempengaruhi Berjangka lama
Tujuan Penelitian Menangani hal-hal bersifat umum Kualitatif Kuantitatif Menangani hal-hal bersifat khusus Tidak hanya perilaku terbuka, tapi juga proses yang tak terucapkan Sampel kecil/purposif Memahami peristiwa yang punya makna historis Menekankan perbedaan individu Mengembangkan hipotesis (teori) yang terikat konteks dan waktu Membuat penilaian etis/estetis atas fenomena komunikasi. Menangani hal-hal bersifat umum Sampel besar/representatif (lazimnya acak) Menguji teori Meramalkan peristiwa serupa pada saat mendatang Mencari generalisasi yang tidak terikat oleh konteks dan waktu Menekankan penelitian pada efek komunikasi
Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Deskriptif (wawancara berstruktur, pengamatan berstruktur) Survey (korelasional) Eksperimen Penekanannya pada penjelasan kausal dan mekanistik atas fenomena komunikasi Deskriptif (wawancara tak berstruktur/mendala m, pengamatan berperanserta) Analisis dokumen Studi kasus Studi historis-kritis Penafsiran sangat ditekankan
Analisis Deduktif Dilakukan setelah data terkumpul kuantitatif Kualitatif Deduktif Dilakukan setelah data terkumpul Lazimnya menggunakan statistik Induktif Berkesinambungan sejak awal hingga akhir Mencari model, pola atau tema
Kriteria Kualitas Penelitian Kuantitatif Kualitatif Objektivitas Reliabilitas Validitas (menekankan kesepakatan para peneliti, kuantifikasi, dan replikasi penelitian) Otentisitas, yakni sejauh mana temuan penelitian mencerminkan penghayatan subjek yang diteliti (komunikator)
Peran Nilai Kuantitatif Kualitatif Nilai, etika dan pilihan moral peneliti tidak boleh mencampuri proses penelitian Penelitian yang bebas nilai dijamin oleh metodologi objektif yang digunakan. Nilai, etika dan pilihan moral peneliti melekat dalam proses penelitian (pemilihan masalah penelitian, tujuan penelitian, paradigma, teori, dan metode/teknik analisis yang digunakan, dsb.)
Paradigma penelitian komunikasi PERBEDAAN ONTOLOGIS Clasical Paradigm Constructivism paradigm Critical Paradigm Critical realism: Ada realitas yang real yang diatur kaidah-kaidah tertentu yang berlaku universal walaupun kebenaran pengetahuan tentang itu mungkin hanya bisa diperoleh secara probabilistik Relativism: Realitas merupakan konstruksi sosial. Kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Historical Realism: Realitas yang teramati (virtual reality) merupakan realitas “semu” yang telah terbentuk oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi-politik
Perbedaan Epistimologis Clasical Paradigm Constructivism paradigm Critical Paradigm Dualist/objektivist: Ada realitas objektif , sebagai suatu realitas yang eksternal di luar diri peneliti. Peneliti harus sejauh mungkin membuat jarak dengan objek penelitian. Transactionalist/Subjectivist: Pemahaman tentang suatu realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti. Hubungan antara peneliti dengan reaitas yang diteliti selalu dijembatanioleh nilai-nilai tertentu. Pemahaman tentang suatu realitas merupakan value mediated findings.
Perbedaan aksiologis Clasical Paradigm Constructivism paradigm Critical Paradigm Nilai, etika, dan pilihan moral harus berada di luar proses penelitian Penelitian berperan sebagai disinterested scientist Tujuan penelitian: eksplanasi, prediksi, dan kontrol. nilai, etika dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu penelitian Peneliti sebagai passionate participant, fasilitator yang menjembatani keragaman subjektifitas pelaku sosial Tujuan penelitian: rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan pelaku sosial yang diteliti. Nilai, etika dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu penelitian Peneliti menempatkan diri transformative intelectual, advokat, dan aktivis Tujuan penelitian: kritik sosial, transformasi, emansipasi, dan social empowerment.
Perbedaan Metodologis Clasical Paradigm Constructivism paradigm Critical Paradigm Intervensionis: Pengujian hipotesis dalam struktur hyphotetico-deductive method; melalui lab, eksperimen, atau survey eksplanatif, dengan analisis kuantitatif Revlective/Dialectical: Menekankan empati dan interaksi dialektis antara peneliti-informan untuk merekonstruksi realitas yang diteliti melalui metode-metode kualitatif seperti partisipant observation Participative: Mengutamakan analisis komprehensif, kontekstual dan multi-level analisis yang bisa dilakukan melalui penempatan diri sebagai aktivis/partisipan dalam proses transformasi sosial Kriteria kualitas penelitian: Objectivity, reliability, and validity (internal dan external validity) Kriteria kualitas penelitian: Autenticity dan reflectivity; sejauhmana temuan merupakan refleksi otentik dari realitas Kriteria kualitas penelitian: Historical situatedness; sejauhmana penelitian memperhatikan konteks historis, sosial, budaya, ekonomi dan politik.
LATIHAN!!! Apa yang anda ketahui tentang paradigma atau perspektif? Mengapa ada perbedaan perspektif penelitian? Mengapa penting bagi anda untuk memahami paradigma atau perspektif dalam ilmu komunikasi? Berikan contoh fenomena atau realitas komunikasi! Gunakan beberapa perspektif untuk memandang atau menyelesaikan masalahnya!
Terima Kasih