Meditasi Melampaui Ketakutan “Ketakutan adalah bahasa Tuhan, Melampaui ketakutan sidik-sidik jari -Nya Menggambarkan makna membimbing “ Kalau boleh jujur, semua hal dalam kehidupan (termasuk ketakutan) memiliki gunanya masing-masing. Persoalannya kemudian, karena demikian terperangkapnya pikiran banyak manusia maka wajah ketakutan senantiasa berwajah jelek dan negatif. Hal-hal yang sebaiknya dihindari. Padahal ketakutan ibarat pisau. Bila bisa memakainya ia teramat berguna, bila tidak bisa memakainya ia mudah menimbulkan luka. Disinari cahaya pemahaman seperti ini, ada baiknya untuk tidak menjauh secara berlebihan pada ketakutan. Sebaliknya mendidik diri untuk pertama-tama bersahabat dengan ketakutan, kemudian menggunakan ketakutan sebagai tanda-tanda kehidupan yang membimbing. Untuk itu, layak direnungkan bahan-bahan berikut ini:

1. Ketakutan juga bahasa Tuhan 1. Ketakutan juga bahasa Tuhan. Dalam ketakutan ada sidik-sidik jari Tuhan yang membimbing. Seperti takut pada ular menghindarkan kita dari kecelakaan digigit ular, takut pada ketinggian menghindarkan diri terjatuh dari ketinggian, dengan kata lain ada guna, ada makna di balik ketakutan. 2. Agar makna-makna dibalik ketakutan semakin terbuka, bagus sekali kalau mendidik diri tidak lari berlebihan dari ketakutan. Takut pada ular, coba dekati ular dalam jarak yang aman. Takut pada kematian, belajar rajin melayat kemudian merenungkan yang dalam di depan kematian. Lihat, amati, dan rasakan perasaan takut di dalam. Syukur-syukur kalau bisa bersahabat dengan ketakutan. 3. Dalam bahasa Thich Nhat Hanh, hidup mirip perjalanan gelombang ke pantai. Ada gelombang tinggi (sukses, kaya, terkenal, dan bahagia). Ada gelombang rendah (hidup tidak terlalu membanggakan). Namun setinggi dan serendah apa pun gelombangnya suatu waktu pasti akan hilang ketika mencium bibir pantai. Kematian, akhir jabatan, akhir keterkenalan serupa gelombang yang hilang di pantai. Ia sebenarnya tidak hilang. Hanya kembali ke bentuk asal sebagai air, untuk kembali lagi sebagai gelombang. 4. Akan bagus sekali setelah bersahabat dengan ketakutan, kemudian menyediakan diri untuk dibimbing sepenuhnya oleh keikhlasan. Dalam bahasa seorang guru, “Tatkala ketakutan dan keraguan masih menggenggam, ribuan buku suci tidak banyak gunanya. Namun ketika hidup dibimbing keikhlasan, bahkan satu kata pun terlalu banyak.”