Ketidakpastian & Kepastian (REASONING)

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Pemberian Alasan Yang Tidak Eksak
Advertisements

KETIDAKPASTIAN.
Certainty Factor (CF) Dr. Kusrini, M.Kom.
Team Teaching Faktor Kepastian.
Mengatasi Ketidakpastian (Uncertainty)
Metode Inferensi dan Penalaran
SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSIS GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA MENGGUNAKAN METODE FUZZY EXPERT SYSTEM (STUDI KASUS RS. JIWA MENUR SURABAYA) Alfian Angga Pradika.
KETIDAKPASTIAN PERTEMUAN 14.
TEORI PROBABILITAS.
Pertemuan X “INFERENSI DENGAN KETIDAK PASTIAN”
Ketidakpastian Stmik-mdp, Palembang
FAKTOR KEPASTIAN (CERTAINTY FACTOR)
Team Teaching Ketidakpastian.
KETIDAKPASTIAN PERTEMUAN 6.
Kuliah Sistem Pakar “INFERENSI DENGAN KETIDAK PASTIAN”
BAB 12 PROBABILITAS.
Bab 8 TEORI PROBABILITAS.
PROBABILITAS.
KECERDASAN BUATAN (ARTIFICIAL INTELLIGENCE)
BAB 2 ATURAN DASAR PROBABILITAS
Pertemuan 03 Teori Peluang (Probabilitas)
Pertemuan 11 “INFERENSI DENGAN KETIDAK PASTIAN”
PENARIKAN SAMPEL & PENDUGAAN PARAMETER
KETIDAKPASTIAN (UNCERTAINTY)
1 Pertemuan 10 Statistical Reasoning Matakuliah: T0264/Inteligensia Semu Tahun: Juli 2006 Versi: 2/1.
KETIDAKPASTIAN PERTEMUAN 7.
PROBABILITAS PENDUGAAN PARAMETER PEUBAH LATEN KEMISKINAN RELATIF.
Probabilitas & Teorema Bayes
Faktor keTIDAKpastian (cf)
QUIS.
Certainty Factors (CF) And Beliefs
BAB I PROBABILITAS.
KARAKTERISTIK MATEMATIKA
Penanganan Ketidakpastian
Sistem Pakar Ketidakpastian
BAB 6 PROBABILITAS.
REPRESENTASI PENGETAHUAN
Teorema Bayes.
Pertemuan 7 KETIDAKPASTIAN
Model Heuristik Dr. Sri Kusumadewi, S.Si., MT. Materi Kuliah [8]:
Teori PROBABILITAS.
KETIDAKPASTIAN PERTEMUAN 7.
Fakultas Ilmu Komputer
Metode penanganan ketidakpastian dengan sistem pakar
INFERENSI DENGAN KETIDAKPASTIAN
BAB 3 PENARIKAN SAMPEL DAN PENDUGAAN
Pertemuan 7 KETIDAKPASTIAN
Penanganan Ketidakpastian
Faktor keTIDAKpastian (Uncertainty)
KECERDASAN BUATAN (ARTIFICIAL INTELLIGENCE)
Kode MK : TIF01405; MK : Kecerdasan Buatan
Faktor Kepastian (Certainty)
KARAKTERISTIK MATEMATIKA
Sistem Berbasis Pengetahuan
BAYES 17/9/2015 Kode MK : MK :.
HEMDANI RAHENDRA HERLIANTO
SISTEM PAKAR DIAGNOSA KANKER SERVIKS MENGGUNAKAN METODE BAYES MUHAMAD ALFARISI ( ) MUHAMAD RALFI AKBAR ( ) ANDHIKA DWITAMA.
Pertemuan 11 Statistical Reasoning
Pert 7 KETIDAKPASTIAN.
INFERENSI DAN PENALARAN
CERTAINTY FACTOR DSS - Wiji Setiyaningsih, M.Kom.
Pertemuan 7 KETIDAKPASTIAN
Certainty Factor (CF) Dr. Kusrini, M.Kom.
Uncertainty Representation (Ketidakpastian).
GUNAWAN Materi Kuliah [8]: (Sistem Pendukung Keputusan)
SISTEM PAKAR UNTUK KLASIFIKASI DAN DIAGNOSA PENYAKIT ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) PADA UPTD PUSKESMAS Oleh : Riyan Royan
Probabilitas & Teorema Bayes
KECERDASAN BUATAN (ARTIFICIAL INTELLIGENCE)
Kuliah Sistem Pakar Pertemuan VII “INFERENSI DENGAN KETIDAK PASTIAN”
Pengertian Teori Dempster Shafer Dempster shafer adalah suatu teori matematika untuk pembuktian berdasarkan belief functions and plausible reasoning (Fungsi.
Transcript presentasi:

Ketidakpastian & Kepastian (REASONING) Disampaikan oleh : Yusuf Nurrachman, ST, MMSI

Ketidakpastian Suatu penalaran dimana adanya penambahan fakta baru mengakibatkan ketidak ketidak konsistenan disebut dengan “Penalaran Non Monotonis”. Ciri – ciri dari penalaran non monotonis adalah : Mengandung ketidakpastian; Adanya perubahan pada pengetahuan. Adanya penambahan fakta baru dapat mengubah konklusi yang sudah terbentuk. Misalkan S adalah konklusi dari D, bisa jadi S tidak dibutuhkan sebagai konklusi D + fakta – fakta baru. Sedangkan penalaran Monotonis memiliki ciri – ciri: Konsisten; Pengetahuannya lengkap.

Teorema Bayes Bentuk Umum Teorema Bayes  p(E|Hi)*p(Hi) p(Hi|E) = p(E|Hk)*p(Hk) n  k=1 p(Hi|E) = probabilitas hiposesis Hi benar jika diberikan evidence E. p(E|Hi) = probablitas munculnya evidence E, jika diketahui hipotesis Hi benar p(Hi) = probabilitas hipotesis Hi (menurut hasil sebelumnya) tanpa memandang evidence apapun n = jumlah hipotesis yang mungkin

Contoh: Kasus Gejala Ani Si Ani mengalami gejala ada bintik – bintik diwajahnya. Dokter menduga bahwa si Ani terkena cacar dengan: Probabilitas munculnya bintik2x di wajah, jika si Ani terkena cacar,p(Bintik2|Cacar)=0,8. Probabilitas si Ani terkena cacar tanpa memandang gejala apapun p(Cacar)=0,4. Probabilitas munculnya bintik2x di wajah, jika si Ani alergi,p(Bintik2|Alergi)=0,3. Probabilitas si Ani terkena alergi tanpa memandang gejala apapun p(Alergi)=0,7. Probabilitas munculnya bintik2x di wajah, jika si Ani jerawatan,p(Bintik2|Jerawatan)=0,9. Probabilitas si Ani Jerawatan tanpa memandang gejala apapun p(Jerawatan)=0,5.

Penyelesaian Probabilitas si Ani terkena cacar karena ada bintik – bintik di wajahnya adalah : Probabilitas si Ani terkena alergi karena ada bintik – bintik di wajahnya adalah : P(Bintik2|Cacar)*p(Cacar) P(Cacar|Bintik2) = p(Bintik2|Cacar)*p(Cacar)+p(Bintik2|Alergi)*p(Alergi)+p(Bintik2|Jerawat)*p(Jerawat) (0,8) * (0,4) 0,32 P(Cacar|Bintik2) = = = 0,327 (0,8)*(0,4)+(0,3)*(0,7)+(0,9)*(0,5) 0,98 P(Bintik2|alergi)*p(alergi) P(Alergi|Bintik2) = p(Bintik2|Cacar)*p(Cacar)+p(Bintik2|Alergi)*p(Alergi)+p(Bintik2|Jerawat)*p(Jerawat) (0,3) * (0,7) 0,21 P(Alergi|Bintik2) = = = 0,214 (0,8)*(0,4)+(0,3)*(0,7)+(0,9)*(0,5) 0,98

Penyelesaian Probabilitas si Ani Jerawatan karena ada bintik – bintik di wajahnya adalah : P(Bintik2|Jerawat)*p(Jerawat) P(Jerawat|Bintik2) = p(Bintik2|Cacar)*p(Cacar)+p(Bintik2|Alergi)*p(Alergi)+p(Bintik2|Jerawat)*p(Jerawat) (0,9) * (0,5) (0,8)*(0,4)+(0,3)*(0,7)+(0,9)*(0,5) = 0,45 0,98 = 0,459

Setelah pengujian hipotesis Jika setelah dilakukan pengujian terhadap hipotesis muncul satu atau lebih evidence atau observasi baru, maka : p(Hi|E,e) = p(e|E,H) p(Hi|E) * p(e|E) e = evidence lama E = evidence atau observasi baru p(Hi|E,e) = probabilitas hipotesis H benar jika muncul evidence baru E dari evidence lama e p(Hi|E) = probabilitas hipotesis H benar jika diberikan evidence E p(e|E,H) = Kaitan antara e dan E jika hipotesis H benar p(e|E) = Kaitan antara e dan E tanpa memandang hipotesis apapun

Ternyata cacar ada hubungan dengan panas badan !!! Probabilitas, hipotesa orang yang terkena cacar pasti mengalami panas. orang terkena cacar apabila ada bintik2 diwajah p(cacar|panas)=0,5 Keterkaitan antara adanya bintik di wajah dan panas seseorang terkena cacar p(Bintik2|Panas,Cacar)=0,4. Keterkaitan antara adanya bintik – bintik di wajah dan panas,p(Bintik2|Panas)=0,6. maka : p(Cacar|Panas,Bintik2) = p(Bintik2|Panas,Cacar) p(Cacar|Panas)* p(Bintik2|Panas) p(Cacar|Panas,Bintik2) = 0,4 0,5* 0,6 = 0,33

FAKTOR KEPASTIAN (CERTAINTY FACTOR) Certainty Faktor (CF) menunjukkan ukuran kepastian terhadap suatu fakta atau aturan. Notasi Faktor Kepastian : CF[h,e] = MB[h,e] – MD[h,e] Dengan : CF[h,e] = Faktor kepastian MB[h,e] = Ukuran kepercayaan terhadap hipotesis h, jika diberikan evidence e(antara 0 dan 1). MD[h,e] = Ukuran ketidak percayaan terhadap evidence h, jika diberikan evidence e(antara 0 dan 1) Ada 3 hal yang mungkin terjadi :

A B C e1 h e2 h1 h2 (a) (b) (c) Beberapa evidence dikombinasikan untuk menentukan CF dari suatu hipotesis (gambar (a)), jika e1 dan e2 adalah observasi , maka : MD[h,e1e2] = 1 lainnya MB[h,e1e2] = MB[h,e1]+MB[h,e2].(1-MB[h,e1]) MB[h,e1e2] = 1 lainnya MD[h,e1e2] = MD[h,e1]+MD[h,e2].(1-MD[h,e1])

e1 h e2 (a) Contoh : Andaikata sebuah observasi memberikan kepercayaan terhadap h dengan MB[h,e1] = 0,3 dan MD[h,e1]=0. Sehingga CF[h,e1] = 0,3 – 0 = 0,3 Jika ada observasi baru dengan MB[h,e2]=0,2 dan MD[h,e2]=0, maka MB[h,e1e2] = 0,3+0,2*(1-0,3)=0,44 MD[h,e1e2] = 0 CF[h,e1e2] = 0,44 – 0 = 0,44

Contoh lain dari gambar (a) Si Ani menderita bintik – bintik di wajahnya. Dokter memperkirakan si Ani terkena cacar dengan kepercayaan MB[Cacar,Bintik2]=0,80 dan MD[Cacar,Bintik2]=0,01, maka CF[Cacar,Bintik2]=0,80 – 0,01=0,79 Jika ada observasi baru bahwa si Ani juga panas badan dengan kepercayaan, MB[Cacar,Panas]=0,7 dan MD[Cacar,Panas]=0,08 maka : MB[Cacar,Bintik2 Panas] = 0,8+0,7*(1-0,8)=0,94 MD[Cacar,Bintik2  Panas]=0,01+0,08*(1-0,01)=0,0892 CF[Cacar,Bintik2 Panas]=0,94 – 0,0892 = 0,8508 Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa faktor kepercayaan sebelumnya lebih kecil dibanding setelah muncul gejala baru yaitu panas.

Menghitung Faktor Kepastian(CF) dengan Hipotesa (b) CF dihitung dari kombinasi beberapa hipotesis (Gambar 4.3b) , jika h1 dan h2 adalah hipotesis,maka: MB[h1 h2,e]=min(MB[h1,e],MB[h2,e]) MB[h1 h2,e]=max(MB[h1,e],MB[h2,e]) MD[h1 h2,e]=min(MD[h1,e],MD[h2,e]) MD[h1 h2,e]=max(MB[h1,e],MD[h2,e])

Contoh: Faktor Kepastian dengan Hipotesa Si Paul menderita bintik2x diwajahnya. Dokter memperkirakan si Paul terkena cacar dengan kepercayaan, MB[Cacar,Bintik2]=0,80 dan MD[Cacar,Bintik2]=0,01.Maka: CF[Cacar,Bintik2]=0,80 – 0,01 = 0,79 Jika observasi tersebut juga memberikan kepercayaan, bahwa si Paul mungkin juga terkena alergi dengan kepercayaan, MB[Alergi,Bintik2] = 0,4 dan MD[Alergi,Bintik2] = 0,3;maka: CF[Alergi,Bintik2]=0,4 – 0,3 = 0,1. Untuk mencari CF[Cacar Alergi,Bintik2] dapat diperoleh dari: MB[Cacar  Alergi,Bintik2] = min(0,8;0,40) = 0,4 MD[Cacar  Alergi,Bintik2] = min(0,01;0,3) = 0,01 CF[Cacar  Alergi,Bintik2] = 0,4 – 0,01 = 0,39 Untuk mencari CF[Cacar Alergi,Bintik2] dapat diperoleh dari: MB[Cacar  Alergi,Bintik2] = max(0,8;0,40) = 0,8 MD[Cacar  Alergi,Bintik2] = max(0,01;0,3) = 0,3 CF[Cacar  Alergi,Bintik2] = 0,8 – 0,3 = 0,5

Kesimpulan Dari hasil diatas Paul terkena cacar dari gejala muncul bintik2=0,79 Paul terkena alergi dari gejala muncul bintik2X=0,1 hal ini mempengaruhi 2 hipotesis berbeda dengan gejala yang sama, memberikan faktor kepercayaan bahwa : Si Paul menderita cacar dan alergi =0,39 Si Paul menderita cacar atau alergi = 0,5

Kasus lain Pada pertengahan tahun 2002, ada indikasi bahwa turunnya devisa indonesia disebabkan oleh permasalahan TKI di Malaysia. Apabila diketahui: MB[DevisaTurun,TKI] = 0,8 dan MD[Devisa Turun,TKI] = 0,3; maka carilah berapa CF[Devisa Turun,TKI]? Jawab : CF[Devisa Turun,TKI] = MB[DevisaTurun,TKI]-MD[DevisaTurun,TKI]; = 0,8 - 0,3 = 0,5. Ternyata pada akhir September 2002, kemarau yang berkepanjangan mengakibatkan gagal panen yang cukup serius, hal ini ternyata juga berdampak pada turunnya export Indonesia. Apabila diketahui MB[DevisaTurun,ExportTurun]=0,75 dan MD[DevisaTurun,ExporTurun]=0,1, maka carilah berapa CF[DevisaTurun,EksporTurun] dan berapa CF[DevisaTurun,TKI  Ekspor Turun]?

Jawaban Devisa Turun CF[DevisaTurun,EksporTurun] = =MB[DevisaTurun,EksporTurun] - MD[DevisaTurun,EksporTurun] =0,75 – 0,1 = 0,65 MB[DevisaTurun,TKI  Ekspor Turun] = MB[DevisaTurun,TKI] + MB[DevisaTurun,ExportTurun]*(1- MB[DevisaTurun,TKI]) = 0,8 + 0,75*(1-0,8) = 0,95 MD[DevisaTurun,TKI  Ekspor Turun] = MD[DevisaTurun,TKI] + MD[DevisaTurun,ExportTurun]*(1- MD[DevisaTurun,TKI]) = 0,3 + 0,1 * (1 – 0,3) = 0,37 CF[DevisaTurun,TKI  EksporTurun] MB[DevisaTurun,TKI  Ekspor Turun] - MD[DevisaTurun,TKI  Ekspor Turun] = 0,95 – 0,37 = 0,58 Next -

Lanjutan soal Bom Bali 12 Oktober 2002 terjadi bom bali sehingga hal ini mengakibatkan juga devisa turun karena wisatawan asing takut datang ke Indonesia. Dik : MB[DevisaTurun,BomBali]=0,5 dan MD[DevisaTurun,BomBali]=0,3 Maka carilah berapa CF[DevisaTurun,BomBali] dan berapa CF[DevisaTurun,TKI^EksporTurun^BomBali]?

Gambar (C) Aturan : /1/ If terjadi PHK Then muncul banyak pengangguran (CF[Pengangguran,PHK]=0,9) /2/ If muncul banyak pengangguran Then muncul banyak gelandangan (MB[Gelandangan,Pengangguran]= 0,7) Maka : MB[Gelandangan,Pengangguran] = (0,7) * (0,9) = 0,63 A B C (c) Beberapa aturan saling bergandengan, ketidakpastian dari suatu aturan menjadi input untuk aturan lainnya: Maka : MB[h,s] =MB’[h,s] * max(0,CF[s,e]) Dengan MB’[h,s] adalah keyakinan penuh terhadap validitas s. Contoh : PHK = terjadi PHK Pengangguran = muncul banyak pengangguran Gelandangan = muncul banyak gelandangan

Teori Dempster - Shafer Secara umum Teori Dempster – Shafer ditulis dalam suatu interval: [Belief,Plausibility] Belief (Bel) adalah ukuran kekuatan evidence dalam mendukung suatu himpunan proposisi, jika bernilai 0 maka mengindikasikan bahwa tidak ada evidence, dan jika bernilai 1 menunjukkan adanya Plausibility Plausibility (Pl) dinotasikan sebagai : Pl(s) = 1 – Bel(-s) Plausability bernilai 0 sampai 1. jika kita yakin s, maka dapat dikatakan bahwa Bel(s)=1 dan Pl(s)=0, Pada teori Dempster-Shafer kita mengenal adanya frame of discernment yang dinotasikan dengan . Frame ini merupakan semesta pembicaraan dari sekumpulan hipotesis

Misal: ={A,F,D,B} Dengan: A = Alergi; F = Flu; D = Demam; B = Bronkitis; Tujuan dari keterangan diatas adalah untuk mengaitkan ukuran kepercayaan elemen – elemen . Tidak semua evidence secara langsung mendukung tiap – tiap elemen. Sebagai contoh, panas mungkin hanya mendukung {F,D,B} Untuk itu perlu adanya probabilitas fungsi densitas (m). Nilai m tidak hanya mendefinisikan elemen – elemen  saja, namun juga semua subsetnya. Sehingga jika  berisi n elemen, maka subset dari  semuanya berjumlah 2n. Kita harus menunjukkan jumlah m dalam subset  sama dengan 1. Andaikan tidak ada informasi apapun untuk memilih keempat hipotesis tersebut, maka nilai : m()= 1,0 Jika kemudian diketahui bahwa panas merupakan gejala dari flu, demam, dan bronkitis dengan m= 0,8, maka: M{F,D,B} = 0,8 M{} = 1 – 0,8 = 0,2

Jika diketahui ? XY=Zm1(X).m2(Y) 1 - XY=m1(X).m2(Y) M3(Z) = Jika diketahui x adalah subset dari , dengan m1 sebagai fungsi densitasnya, dan Y juga merupakan subset dari  dengan m2 sebagai fungsi densitasnya, maka dapat dibentuk fungsi kombinasi m1 dan m2 sebagai m3, yaitu : Next Contoh Soalnya ….. M3(Z) = XY=Zm1(X).m2(Y) 1 - XY=m1(X).m2(Y)

Case Si Ani mengalami gejala panas badan. Dari diagnosa dokter, penyakit yang mungkin diderita oleh si Ani adalah Flu, demam atau bronkitis Gejala 1 Panas Apabila diketahui nilai kepercayaan setelah dilakukan observasi panas sebagai gejala dari penyakit flu, demam dan bronkitis adalah : m1{F,D,B} = 0,8 m1{} = 1 – 0,8 = 0,2, beberapa hari kemudian ada keluhan hidung buntu. Gejala 2 Hidung Buntu Setelah observasi gejala tersebut dikarenakan alergi,flue, demam, dengan nilai kepercayaan: m2{A,F,D} = 0,9 m2{} = 1 – 0,9 = 0,1

Munculnya gejala baru hidung buntu ,harus dibuat tabel untuk penyelesaian Munculnya gejala baru ini mengharuskan kita untuk menghitung densitas baru untuk beberapa kombinasi (m3), sehingga harus dibuat tabel untuk menyelesaikan {A,F,D} (0,9)  (0,1) {F,D,B} (0,8) {F,D} (0,72) {F,D,B} (0,08)  (0,2) {A,F,D} (0,18)  (0,02) {F,D} merupakan irisan dari {A,F,D} & {F,D,B} , kolom 1 {F,D,B} irisan dengan  baris 1 kolom 2, {A,F,D} irisan dengan  baris 2 kolom 1, Sehingga dapat dihitung nilai densitas m3: m3{F,D} = 0,72/1 – 0 = 0,72 m3{A,F,D} = 0,18/1 – 0 = 0,18 m3{F,D,B} = 0,08/1 – 0 = 0,08 m3{} = 0,02/1 – 0 = 0,02, didapat nilai densitas terkuat adalah m{F,D} sebesar 0,72

Hari berikutnya? Hari berikutnya si Ani datang lagi, dan memberitahukan bahwa minggu lalu dia baru saja datang dari piknik Gejala 3 : Jika diketahui nilai kepercayaan setelah dilakukan observasi terhadap piknik sebagai gejala dari alergi adalah: m4{A} = 0,6 m4{} = 1 – 0,6 = 0,4 Maka kita harus menghitung kembali fungsi densitas baru m5 dengan cara yang sama dimana fungsi densitas dari m3 dan m4 akan di proses dengan tabel

Aturan kombinasi untuk m5 {F,D} (0,72)  (0,432) {F,D} (0,288) {A,F,D} (0,18) {A} (0,108) {A,F,D} (0,072) {F,D,B} (0,08)  (0,048) {F,D,B} (0,032)  {A} (0,012)  (0,008) Sehingga dapat dihitung : m5{A} = 0,108+0,012 / 1- (0,432+0,048) = 0,231 m5{F,D} = 0,288 / 1 – (0,432 + 0,048) = 0,554 m5{A,F,D} = 0,072 / 1 – (0,432 + 0,048) = 0,138 m5{F,D,B} = 0,032 / 1 – (0,432 + 0,048) = 0,062 m5{} = 0,008 / 1 – (0,432 + 0,048) = 0,015 (0,432 + 0,048) didapat apabila ada irisan kosong yang mempunyai nilai

H’WORK Bila diketahui Ali menyukai 3 jurusan yaitu TI (I),Psikologi(P), atau Hukum (H). Untuk itu ia mencoba mengikuti tes 1 yaitu ujicoba logika dengan nilai densitas: m1{I,P} = 0,75 dan tes kedua adalah matematika { I }, hasil tes menunjukkan bahwa probabilitas densitas : m2{I} = 0,8 Untuk tes yang kedua Carilah probabilitas densitas yang baru untuk {I,P} dan { I }? Dihari berikutnya , Si Ali mengikuti tes yang ketiga yaitu PMP. Hasil tes menunjukkan bahwa probabilitas densitas:m4[H] = 0,3. Tentukan probabilitas yang baru untuk {I,P},{I}, dan {H}?