Standar Pelayanan Pekerjaan Sosial di bidang kesehatan. Menurut NASW Asesmen kebutuhan pelayanan pekerjaan sosial. Penemuan kasus, penjangkauan dan identifikasi kelompok rentan serta pelayanan-pelayanan yang diperlukan kelompok tersebut. Pelayanan konseling bagi pasien dan keluarganya sehubungan dengan reaksi terhadap penyakit dan kecacatan yang dialami pasien serta terhadap fasilitas-fasilitas pelayanan. Memberikan pelayanan perencanaan pemulangan pasien Perencanaan penerimaan pasien. Pemberian pelayanan lanjut. Pemberian informasi dan referal
Pemberian konsultasi bagi staf dan lembaga-lembaga di luar rumah sakit. Merencanakan pelayanan lembaga. Pemberian pelayanan liaison berkelanjutan. Melakukan kegiatan-kegiatan koordinasi dan perencanaan. Melakukan kolaborasi dengan ahli kesehatan/ staf lain. Mengajar, memberikan konsultasi dan melakukan penelitian.
Menurut Marry Johnson Pekerja sosial medis memberikan pemahaman, dorongan dan dukungan kepada pasien yang sedang mengalami proses penyembuhan. Pekerja sosial medis berusaha menjadi sahabat tempat pasien mengungkapkan dan mengeluarkan segala apa yang menjadi masalah sehingga membantu proses penyembuhan. Pekerja sosial medis dapat membawa pasien ke salah satu rumah sakit, agar pasien tersebut dapat memperoleh pengobatan dan pelayanan yang komprehensif. Perencanaan dan pendekatan yang terkoordinasi bagi keluarga maupun individu. Pekerja sosial medis memberikan dorongan agar pasien dapat kembali ke masyarakat tanpa adanya perasaan rendah diri dan masyarakat menerima pasien seperti semula seperti ketika pasien tersebut sehat. Pekerja sosial medis bekerjasama dengan tim medis dalam penanganan pasien dan menjadi bagian dari proses pengobatan itu sendiri.
PROSES PELAYANAN RUMAH SAKIT 1. FASE INTAKE Pertama pasien masuk ke Rumah Sakit membawa persoalan yang menekan mereka, karena ketidakpastian yang mereka hadapi karena penyakitnya, dan berbagai kecemasan lainnya. Hal ini sering memperberat penyakit mereka, bahkan menjadi faktor penghambat proses penyembuhan. 2. FASE HOSPITALISASI Pada saat di Rumah Sakit, sering terjadi masalah relasi interpersonal antara pasien dengan dokter, pasien dengan perawat, atau antara pasien dengan keluarganya. Persoalan lainnya adalah kecemasan seperti kesepian, takut kematian dan sbagainya. 3. FASE RELEASE DAN AFTER CARE Setelah Pasien dinyatakan sembuh dan sudah pulang, tidak sedikit pasien yang pulang dengan kondisi berbeda sebelum dia masuk ke Rumah Sakit. Misalnya cacat akibat penyakit yang mereka derita, atau gaya hidup baru (seperti diet) yang harus mereka lakukan.
Fase Pelayanan Rumah Sakit Kemungkinan masalah yang muncul Fase Intake Adanya kekhawatiran akan penyakit yg dideritanya dan juga apa yg akan dialaminya nanti di RS Adanya keraguan akan perlunya pengobatan di RS Kekhawatiran mengenai besarnya biaya pengobatan dan sumber Fase Hospitalisasi Penyesalan harus menjalani perawatan medis di RS Merasa bahwa perawatan tsb merupakan gangguan terhadap kehidupannya sehari-hari Hubungan pelayanan yang tidak mengenakkan bagi pasien dan keluarganya Perasaan terasing, tak berdaya dan kecemasan. Fase Release dan after care Penyesuaian diri setelah perawatan di RS dg keluarga, pekerjaan, sekolah dsb Kemungkinan terjadinya “handicapisme” dari lingkungan keluarga maupun masyarakat terhadap pasien yg mengalami kecacatan
Beberapa masalah yg ditemukan dari kasus-kasus pasien yg dilayani di RS Masalah gangguan komunikasi yg umumnya terjadi antara tiga pihak yaitu pasien, keluarga dan petugas RS Masalah penyesuaian diri, yg mencakup penyesuaian diri pasien/keluarga dg realitas sakit, tindakan medik dan perawatannya Masalah administrasi RS, baik yg terkait dg prosedur kerja RS, administrasi medik, adm. Keuangan Masalah relasi sosial pasien, keluarga dan petugas RS Masalah gangguan perilaku sosial yang timbul dalam hubungan pasien, keluarga dan RS
Tiga kategori masalah sosial yg sering dihadapi pasien di RS Transisi kehidupan, akibat sakit menuntut pasien dan keluarga dituntut untuk melakukan perubahan dan penyesuaian Stres karena tekanan lingkungan Hambatan proses interpersonal ; kesulitan komunikasi
Beberapa kriteria pasien yang perlu dijangkau pekerja sosial Pasien yg mengalami masalah dalam aspek Psikososial Pasien yg mengalami kesulitan menyesuaikan diri dg gejala2 penyakitnya seperti rasa sakit dan kesulitan bergerak Pasien yg memiliki permasalahan personal atau interpersonal yg mempengaruhi proses penyembuhannya Pasien yg membutuhkan sumber pelayanan masyarakat diluar RS Pasien atau keluarganya yg meminta atau menginginkan bertemu dg pekerja sosial Pasien yg tidak mampu membayar biaya perawatan Pasien gelandangan Pasien yg ditelantarkan
BENTUK-BENTUK PELAYANAN PEKERJA SOSIAL 1. PELAYANAN PENDAMPINGAN (Fasilitasi & Asistensi a. Pekerja sosial selalu mendampingi klien pada setiap tindakan, b. Memberikan dukungan-dukungan emosional yang diperlukan klien, c. Selalu berupaya membantu klien dalam mengatasi hambatan yang dihadapinya. 2. PELAYANAN MEDIASI a. Mengidentifikasi latar belakang keterpisahan antara kedua belah pihak yang, mempunyai persepsi yang bertentangan tentang kepentingan pribadi mereka yang sebetulnya dapat dipertemukan, b. Mengidentifikasi hambatan atau rintangan dan mencari jalan atau saluran untuk mengatasi hambatan tersebut, c. Mencari dan menentukan hal-hal yang berupa penghubungan kepentingan mereka, serta menentukan hal-hal yang menjadi kepentingan pribadi mereka yang tidak mungkin dipersatukan. d. Memberikan informasi yang belum diketahui oleh masing-masing pihak tentang pihak lainnya, dengan persetujuan pihak yang diinformasikan. e. Memfasilitasi dan menengahi komunikasi terbuka dan terarah antara kedua belah pihak. f. Meyakinkan kedua belah pihak mengenai misi pekerja sosial yang bertindak untuk kepentingan mereka tanpa berat sebelah.
3. BROKERING (Kepialangan Sosial) a. Mengetahui berbagai sumber pelayanan yang dibutuhkan, termasuk prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, dan sebagainya. b. Menghemat sumber dengan memperhatikan investasi sumber tersebut untuk kepentingan jangka panjang. Pekerja sosial harus waspada terhadap kemungkinan kebutuhan klien yang krisis pada waktu yang membutuhkan pelayanan sumber tersebut dengan segera. c. Menciptakan sumber-sumber palayanan yang belum tersedia di dalam masyarakat. 4. PELAYANAN ADVOKASI SOSIAL (Pembelaan) a. Mengidentifikasi berbagai aturan dan prosedur yang berkaitan dengan pembelaan hak klien, b. Mendiskusikan dengan klien mengenai tuntutan klien terhadap pihak yang merugikan, c. Memberikan penjelasan kepada klien tentang kemungkinan dari tindakan pembelaan yang akan dilakukan, d. Berhubungan langsung dengan pihak yang merugikan klien dan berbicara atas nama klien, e. Melakukan tindakan pembelaan dengan memberikan kekuatan, menggerakaan dan mengatur klien serta memberikan kebebasan kepada klien untuk mendapatkan kembali hak- haknya yang telah dilanggar. 5. PELAYANAN LIASONING (Penghubungan) Klien dengan Keluarganya dan Bagi Orang Tua dengan Lembaga Pekerja sosial memberikan informasi yang diperlukan oleh pihak keluarga, agar dapat memberikan pertimbanganyang tepat dalam menentukan tindakan demi kepentingan klien.
7. BIMBINGAN SOSIAL KELOMPOK 6. PELAYANAN KONSELING Pekerja sosial membantu klien untuk memahami dan menyadari permasalahan yang dihadapinya, memahami potensi dan kekuatan yang dimilikinya serta membimbing untuk menemukan atau memberikan cara pemecahan masalah yang diperlukan. 7. BIMBINGAN SOSIAL KELOMPOK Bimbingan sosial kelompok merupakan suatu metode intervensi pekerjaan sosial dimana sejumlah klien/orang berkumpul dan berbagi berbagai isu (minat, masalah yang mereka hadapi). Kelompok ini bertemu secara teratur dan dirancang untuk mencapai suatu tujuan. a. Kelompok Tolong Menolong (Self Help Group), menekankan pada : 1) Pengakuan dari anggota kelompok bahwa mereka mempunyai masalah 2) Kesaksian dari anggota kelompok tentang pengalamannya dalam menghadapi permasalahan dan rencana mereka. 3) Pemberian dukungan sesama anggota kelompok b. (Kelompok Sosialisasi (Socialization Group), Bertujuan untuk mengembangkan atau mengubah perilaku dan sikap anggota kelompok agar dapat membentuk sikap dan perilaku yang lebih diterima dalam lingkungan sosial. Dengan bahasan utama pembentukan pengembangan ketrampilan sosial, meningkatkan rasa percaya diri dan pengembanga perencanaan hidup untuk masa depan.
c. Kelompok Penyembuhan (Therapeutic Group), tujuannya adalah : 1) Menurunkan tingkat kecemasan anggota kelompok, 2) Mempengaruhi anggota untuk melanjutkan upaya penyembuhan, 3) Membelajarkan anggota untuk memperoleh rasa aman dan nyaman dalam relasi dengan orang lain, 4) Meningkatkan konsep diri dan citra diri anggota kelompok melalui kesadaran dan dukungan orang lain terhadap dirinya dalam proses kelompok 5) Membantu memecahkan masalah utama yang dialami oleh peserta kelompok. 6) Mengembangkan tanggung jawab individual terhadap orang lain. 7) Memodifikasi Perilaku Kelompok. d. Kelompok Rekreasi Betujuan untuk menyediakan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan (kegiatannya merupakan latihan ringan), seperti olah raga dan kegiatan kesenian.