Andi Dinda Rahayu Mulya Ir Catur Dewi Praptiningsih Tourism and Sustainability: Development and New Tourism in the Third World Andi Dinda Rahayu Mulya Ir Auzan Ramadhan Azza Bimantara Catur Dewi Praptiningsih Fifi Fitriana Indah Kumalasari
Perkembangan Pariwisata Masal Faktor Berkembangnya pariwisata Masal a. Perkembangan Teknologi dalam transportasi b. Perubahan Pola hidup masyarakat
Pertumbuhan Pariwisata Masal Semakin bertebarannya fasilitas-fasilitas Pariwisata Kemampuan Masyarakat untuk berwisata semakin meningkat Berwisata menjadi bagian dari kehidupan profesional di era Modern The WTTC (World Travel and Tourism Council) mengklaim bahwa perjalanan pariwisata telah menjadi industri terbesar di dunia, menghasilkan 10% dari GDP dunia dan lebih dari 10% lapangan kerja dunia dan diperkirakan akan menciptakan 130 juta lapangan kerja baru antara tahun 1996 sampai 2006.
Dampak Pariwisata Masal Masalah yang ditimbulkan Penyebaran Penyakit Permasalahan Lingkungan Pemasalahan Sosial Degradasi Budaya Dengan adanya permasalahan tersebut, muncul adanya gagasan baru dalam dunia pariwisata yaitu Eco Tourism
Konsep New Tourism Ecotourism Sustainable Tourism Community-based Tourism Fair trade and ethical tourism Pro-poor tourism
4 Kriteria Ekologis Sosial Budaya Ekonomis
PEMERATAAN PEMBANGUNAN, DLL. SUSTAINABLE TOURISM WORK ETHIC & LIESURE ETHIC Muncul kritik DAMPAK PERSOALAN LINGKUNGAN, PEMERATAAN PEMBANGUNAN, DLL.
ISU GENDER DALAM HI Pariwisata berkelanjutan dalam bidang kultural mempromosikan ketimpangan gender. Harus ada perspektif gender yang diselipkan dalam pariwisata berkelanjutan
“Tourism as a concept is gendered. Tourists as people are gendered “Tourism as a concept is gendered. Tourists as people are gendered. Tourism-promoting policies are gendered. Profit-seeking tourism companies and the ever-increasing numbers of people who work for them are gendered. And all five are political. All five involve the workings of power. That is, the industry, the people in it, and the people it is supposed to serve shape—and are shaped by—ideas about and practices of diverse masculinities and femininities.” (C. Enloe , 2014)
Fakta Umum Perempuan dalam Pariwisata (UNWTO, 2011) Wanita memenuhi sebagian besar proporsi tenaga kerja pariwisata yang formal Perempuan terwakili dalam pekerjaan pelayanan dan tingkat administrasi, tetapi kurang terwakili pada tingkat profesional Perempuan di bidang pariwisata biasanya mendapatkan 10% sampai 15% lebih sedikit dari pada tenaga kerja laki-laki Sektor pariwisata menjadikan perempuan sebagai pemilik usaha/majikan yaitu hampir dua kali lipat jika dibandingkan dengan sektor lainnya Satu dari lima menteri pariwisata di seluruh dunia adalah perempuan Perempuan yang bekerja di sektor pariwisata menjadi pekerja sendiri/mandiri dengan proporsi yang jauh lebih tinggi dari pada sektor lain
Contoh-contoh ketimpangan Gender dalam Pariwisata Wisata prostitusi “Sex tourism is the process of encouraging overwhelmingly male tourists—from North America, western Europe, the Middle East, Russia, and East and Southeast Asia—to travel from one country to another to gain access to women’s sexual services.” Area pekerjaan bagi wanita/laki-laki (pramugari, supir, dll) Kemudahan/kesulitan bagi para turis laki-laki maupun perempuan (ex: room for women/men only)
Peran Aktor Non-Negara dalam Pengembangan Sustainable Tourism Aktor negara dalam pengembangan pariwisata seringkali kurang melibatkan aktor-aktor non-negara yang tentunya mempunyai peranan penting dalam pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Johannes burg Summit membahas mengenai Type II Partnership. Pendekatan yang dipakai untuk membuat kebijakan pariwisata lebih mengarah pada multi-stakeholder approach tidak lagi top-down approach.
CONTOH Konsep yang menekan pada kerjasama antara pemerintah dan aktor non-negara dalam pembangunan berkelanjutan termasuk pariwisata di dalamnya yaitu Multi-Stakeholder Partnerships (MSP). Hal yang lebih diutamakan dalam MSP adalah sharing bukan shifting risk, mutual benefit. Peran NGO dalam dunia modern dapat ditemui di hampir semua lini/bidang kehidupan salah satunya pariwisata. NGO mempunyai peranan vital dalam tourism awareness.
GLOBALISASI Widening, deepening, and accelerating interconnectedness Dalam aspek politik, globalisasi “menghapus” keterbatasan ruang politik (globalization of politics) Global governance dan Global issues 2 Konsekuensi : Inklusivitas ruang politik aktor-aktor non-negara baru Rezim internasional
Globalisasi dan Pariwisata (Berkelanjutan) Pariwisata dan isu pembangunan (berkelanjutan) sebagai isu global kontemporer yang kompleks (isu dan ruang geografis) Peluang bagi aktor-aktor non-negara baru filling the loopholes MSP dalam pariwisata berkelanjutan pengejawantahan global governance
MSP pada Isu Pariwisata di Level Global 2 poin penting: Rezim pariwisata dunia Organisasi inter-governmental (e.g.: United Nations World Tourism Organization (UNWTO)) Hubungan Negara-Pelaku Ekonomi-Masyarakat-Organisasi Internasional Transnasionalisme para stakeholder Activism beyond Border: Boomerang Effect (e.g.: Greenpeace dan wisata perburuan paus di Jepang)
Organisasi Internasional Pelaku Ekonomi/ Pebisnis Masyarakat/ Civi Society Negara/ Pemerintah
ENVIRONMENT VS PEOPLE Pariwisata dapat mendorong perekonomian akan tetapi berpengaruh besar pada aspek sosial, budaya dan lingkungan Industri pariwisata memiliki hubungan erat dengan lingkungan secara fisik yang bersifat fragile dan inseprability Di Indonesia dampak pembangunan pariwisata dapat diangani melalui lahan hijau diperkotaan Pengelolaan lahan hijau tersebut menimbulkan dampak baru terhadap masyarakat contohnya pada relokasi kali jodo