BAB VII TINJAUAN AKHIR: MUNDURNYA SEKTOR PENANGKAPAN IKAN By: Sigit Putra R. 12040284054 Aisyah Syafiera 12040284064 Dwi Widianto 12040284074 Galih Fajar Padmasana 12040284079
MENYISIR PANTAI UTARA USAHA DAN PEREKONOMIAN NELAYAN DI JAWA MADURA 1850-1940 PENGARANG : MASYHURI PENERBIT : YAYASAN PUSTAKA NUSATAMA TAHUN : 1996 TEBAL BUKU : 393 HALAMAN
Sektor Penangkapan Ikan Di Pulau Jawa Madura Before 19th century Sektor perikanan mengalami ledakan pertumbuhan In the 19th century Mengalami de-industrialisasi
Proses De-Industrialisasi Sektor Penangkapan Ikan di Pulau Jawa dan Madura Pada abad ke-19 1. Bergeser ke Dekat Pantai 2. Lokalisasi Sektor Penangkapan Ikan 3. Kurangnya Penumpukan Modal 4. Keterbatasan Skala Usaha 5. Kontinuitas Sektor Penangkapan Ikan
Bergeser ke Dekat Pantai Berlaku sistem sewa Pachter sebagai penanam modal. Nelayan memperoleh keuntungan. Pendapatan pada sektor perikanan mengalami peningkatan. >1880s Perubahan struktural pada usaha penangkapan ikan. Sistem sewa tanah dihapuskan. Pachter kehilangan peran. Terjadi isu “overfishing” di perairan dekat pantai. Pendapatan pada sektor penangkapan ikan mengalami penurunan.
Lokalisasi Sektor Penangkapan Ikan Dihapuskannya sistem sewa tanah yang berdampak: Peran pachter digantikan oleh pelepas uang, secara tidak langsung membuat sektor ini tidak lagi menarik bagi nelayan. Terbatasnya modal bagi sektor penangkapn ikan. Kurang lancarnya pemasaran ikan. Terjadinya liberalisasi ekonomi Indonesia Berbagai sektor usaha lain terbuka luas.
Runtuhnya industri pengasinan ikan Impor ikan asin meningkat tajam Memperburuk keadaan para nelayan lokal.
Kurangnya Penumpukan Modal Selama periode sejak akhir perempat pertama abad ke-19 sampai akhir paruh pertama abad ke-20, pendapatan nelayan terus mengalami penurunan. Sehingga penumpukan modal dengan sendirinya tidak terjadi, dan nelayan tidak mempunyai modal yang cukup untuk mengembangkan usahanya.
Pendapatan Pekerja di Jawa Pada Tahun 1870-an Jenis Pekerjaan Upah Nelayan ± 29,5 sen/hari Pertanian ± 19,33 sen/hari Pabrik Gula ± 30 sen/hari Pendapatan Pekerja di Jawa Pada Tahun 1900-an Jenis Pekerjaan Upah Nelayan ± 15,43 sen/hari Pertanian ± 22,56 sen/hari Pabrik Gula ± 40 sen/hari
Keterbatasan Skala Usaha Teknologi sektor penangkapan ikan yang ada di Jawa dan Madura umumnya masih berskala kecil dengan teknologi yang masih sederhana. ≥ 1970-an Jaring trawl dan purse seine mulai digunakan dan kemudian meluas di kalangan nelayan Indonesia.
Sebelum dihapusnya sistem sewa tanah Pengolahan ikan dilakukan dalam perusahaan-perusahaan pengolahan ikan yang dimiliki oleh pachter, dan terdapat satu kesatuan struktur organisasi produksi dengan para pachter, sebagai pusatnya. Setelah dihapusnya sistem sewa tanah Pengolahan ikan beralih menjadi industri rumah tangga, dengan tenaga kerja bertumpu pada anggota keluarga. Spesialisasi pekerjaan, atau pembagian pekerjaan makin terpola.
Sampai tahun 1960-an, usaha perikanan rakyat di Jawa dan Madura sering disebut-sebut sebagai usaha perikanan rakyat yang bercorak subsisten. Baru menjelang akhir 1970-an, disebutkan bahwa usaha penangkapan ikan rakyat di Jawa secara perlahan-lahan mengalami pertumbuhan kembali ke arah bentuk ekonomi yang semi subsisten atau semi komersial.
Kontinuitas Sektor Penangkapan Ikan Kecenderungan pertumbuhan yang membalik sektor penangkapan ikan berakibat sektor ini masih tetap bertumpu pada corak usaha yang telah mapan. Bagi nelayan, sektor penangkapan ikan tetap merupakan sektor usaha yang labil, tidak sebagaimana sektor pertanian. Dalam sektor penangkapan ikan terdapat dua faktor yang sangat berpengaruh, yaitu : faktor alam dan faktor keberuntungan. Terciptanya pola hubungan hutang-piutang di kalangan masyaakat nelayan.
Tingkat Pelapisan Sosial 1. Juragan Darat 2. Juragan Laut 3. Kelompok Pandega
THANKS