Etika dan Profesionalisme Oleh; Roma Irawan
Pendahuluan Setiap pembahasan tentang status profesional dari PR selalu diawali dengan etika. Dalam kenyataannya, kepatuhan terhadap aturan etika profesional inilah yang memisahkan profesi dari pekerjaan lainnya. Isu etika adalah penting karena kalangan profesional yang punya keahlian khusus memiliki kekuatan besar dalam membuat keputusan yang mempengaruhi setiap aspek masyarakat. Etika dan profesionalisme adalah perhatian global, di mana tanggung jawab sosial yang bukan lagi isu lokal semata. Pembahasan bab ini adalah; landasan etika profesional PR dan juga membahas aspek-aspek pekerjaan yang mengadopsi filosofis yang sedang berkembang saat ini. Roma Irawan 4/6/2009
Landasan Filosofis Dari Etika Tujuan PR; untuk memfasilitasi dialog, meningkatkan pemahaman dan membangun hubungan yang saling menguntungkan dan ini adalah tujuan yang baik dan mulia. Akan tetapi, agar sampai kesana, PR harus dipraktikan dengan komitmen kepada tanggug jawab social etika Roma Irawan 4/6/2009
Tokoh-tokoh PR awal seperti Ivy Lee dan John W Hill mengatakan bahwa, PR harus bertindak sebagai "kesadaran etis" dari organisasi. Beberapa orang dewasa ini mengatakan bahwa, PR bisa membantu organisasi dengan sebaik-baiknya apabila ia bertindak sebagai kesadaran etis. Jika PR tidak mengisi peran kesadaran etis dalam organisasi, organisasi mungkin akan jatuh atau tidak berjalan sesuai dengan fungsinya Roma Irawan 4/6/2009
Ada dua pendekatan dalam filsafat moral yang biasa dipakai dalam pembuatan keputusan etis 1. Filsafat Utilitarian Utilitarianisme menitikberatkan utilitas atau hasil yang diharapkan dari keputusan untuk menentukan apa yang "benar" untuk dilakukan. Utilitarianisme didasarkan pada konsekuensi atau hasil yang diperkirakan dari sebuah keputusan. Konsekuensi dari sebuah keputusan dipakai untuk mengukur kelayakan moral suatu tindakan, sehingga prinsip etikanya didefinisikan berdasarkan konsekuensi atau hasil yang diharapkan. Utilitarianisme berpendapat bahwa tindakan etis harus menimbulkan kebaikan terbanyak untuk jumlah orang banyak. Tipe filsafat ini menekankan pada pelayanan kebaikan publik atau mayoritas di dalam masyarakat. Praktisi akan memilih alternatif yang memaksimalkan hasil positif dan meminimalkan hasil negatif atau merugikan. Pendekatan ini juga mensyaratkan agar profesional PR mesti memperkirakan secara akurat konsekuen dari setiap keputusan. Roma Irawan 4/6/2009
2. Filsafat Deontologi Etika deontologi difokuskan pada prinsip moral, bukan didasarkan pada moralitas keputusan. Pendekatan ini juga disebut "nonkonsekuensialis" karena pendekatan ini menyatakan bahwa etika seharusnya dipandu oleh kewajiban ketimbang konsekuensi. Deontologi dikembangkan oleh filsuf Jerman Immanuel Kant (1724-1804) sebagai upaya untuk mencari prinsip dasar moral yang universal. Deontologi dapat dikatakan merupakan pendekatan paling luas dalam etika dan didefinisikan sebagai "teori etika yang menekankan tugas atau kewajiban sebagai basis moralitas. Dalam deontologi, sifat etis dari sebuah tindakan tidak tergantung kepada hasilnya karena memprediksikan hasil adalah di luar kemampuan atau kendali manusia. Roma Irawan 4/6/2009
1. Tugas: Apakah saya melakukan hal yang benar dan tidak merugikan Manfaat Deontologi 1. Tugas: Apakah saya melakukan hal yang benar dan tidak merugikan 2. Niat: Apakah saya berjalan sesuai dengan niat yang baik secara moral 3. Martabat dan Kehormatan: Apakah saya memperlakukan orang lain dengan rasa hormat dan bermatabat Diri Stakeholder Publik Organisasi Masyarakat Roma Irawan 4/6/2009
Landasan Etika Profesionalisme Masyarakat atau asosiasi profesi menentukan kebijakan sendiri untuk mengatasi penyelewengan, menegakkan moralitas kolektif, dan memastikan agar kalangan profesional melakukan apa yang dinamakan "perilaku yang benar." Tujuan utamanya adalah melindungi klien yang mendapatkan pelayanan profesional tersebut. Secara bersama, kebijakan dalam profesi juga melindungi praktik profesional dan menjaga kepercayaan publik dan dukungan untuk privilese profesional. Roma Irawan 4/6/2009
1. Etika Profesional Perilaku yang etis menyiratkan bahwa tindakan konsisten dengan norma moral dalam masyarakat. Dalam profesi, aplikasi nilai-nilai moral dalam praktik disebut sebagai "etika terapan". Profesi yang mapan menerjemahkan gagasan perilaku yang benar ini ke dalam kode etik. Pernyataan etika terapan ini menjadi pedoman praktik profesional dan memberi dasar untuk penegakan dan sanksi. Misalnya, seorang pengacara yang menerima suap atau bersumpah palsu bisa dilarang berpraktik lagi. Mengapa etika profesional pemberlakuan aturan perilaku ini penting? Jawabannya sederhana sekaligus kompleks. Jawaban sederhananya adalah untuk melindungi orang-orang yang mempercayakan dirinya kepada kalangan profesional. Jawaban yang lebih kompleks mencakup kepentingan untuk melindungi profesi itu sendiri: privilese profesi, status profesi, dan otoritas profesi. Roma Irawan 4/6/2009
2. Pentingnya Kepercayaan Hubungan klien dengan profesional berbeda dengan hubungan mereka dengan penyedia jasa keahlian dan layanan lainnya. Artinya, Anda memasuki hubungan berdasarkan kepercayaan, yakni si profesional itu menguasai Anda, dan mungkin milik Anda, dengan memegang amanah dan diwajibkan untuk bertindak demi kepentingan terbaik Anda. Kewajiban inilah yang membedakan profesional dengan pekerjaan lain." Roma Irawan 4/6/2009
3. Privilese Profesional Profesional biasanya punya kedudukan istimewa di dalam masyarakat, karena mereka melakukan hubungan yang berdasarkan kepercayaan. Selain itu, kalangan profesional melakukan pekerjaan yang dianggap berharga, sebagian karena mereka punya keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan. Profesional bukan hanya harus meluangkan banyak waktu dan usaha untuk mendapatkan pengetahuan dan keahlian itu, tetapi mereka juga harus berkomitmen untuk menjaga profesi mereka dengan menghormati kewajiban mereka sendiri. Roma Irawan 4/6/2009
4. Tanggung jawab Sosial Profesi juga harus memenuhi harapan dan kewajiban moral masyarakat. Komitmen untuk melayani masyarakat berlaku pada praktisi individual dan kolektif. Profesional harus mempertimbangkan masyarakat luas saat membantu memecahkan problem klien. Untuk memenuhi tanggung jawab sosialnya, profesional diharapkan melakukan lebih dari sekadar memberikan pengetahuan dan keahlian; mereka "bertanggung jawab untuk meningkatkan lembaga-lembaga yang memberikan pelayanan itu, dan pada akhirnya, PR dinilai ada dampaknya terhadap masyarakat Roma Irawan 4/6/2009
Manfaat PR bagi masyarakat dirasakan bertambah apabila: PR mempromosikan persaingan bebas yang etis dalam hal ide, informasi, pendidikan di pasar opini public. PR menunjukkan sumber dan tujuan peserta dalam perdebatan. PR memperkuat standar perilaku yang baik. Roma Irawan 4/6/2009
Manfaat bagi masyarakat hilang apabila; PR menekan atau membatasi persaingan ide PR menyembunyikan atau memfitnah pihak lain tentang sumber-sumber dari upaya PR PR membiarkan praktik yang tidak kompeten dan tidak etis. Roma Irawan 4/6/2009
Aspek Positif PR yang bertanggung jawab secara sosial antara lain sebagai berikut: PR meningkatkan praktik profesional dengan melakukan kodifikasi dan menegakkan perilaku etis dan standar kinerja. PR meningkatkan perilaku organisasi dengan menekankan perlunya persetujuan publik. PR melayani kepentingan publik dengan mengartikulasi semua sudut pandang dalam forum publik. PR melayani masyarakat yang terpecah-pecah dan berbeda-beda dengan menggunakan komunikasi dan mediasi untuk menghilangkan misinformasi dan perselisihan. PR memenuhi tanggung jawab sosialnya untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dengan membantu sistem sosial beradaptasi dengan perubahan dan lingkungan. Roma Irawan 4/6/2009
Aspek Negatif PR dalam praktik ini adalah sebagai berikut: PR mendapat keuntungan karena mempromosikan dan mendukung kepentingan khusus, terkadang dengan mengorbankan kesejahteraan publik. PR meramaikan saluran komunikasi yang sudah padat dengan berbagai macam kejadian yang dibuat-buat dan ungkapan-ungkapan palsu yang mengacaukan dan membingungkan. PR terkadang menggerogoti saluran komunikasi kita dengan sinisme dan kesenjangan kredibilitas. Roma Irawan 4/6/2009
Kriteria Profesi Dibutuhkan kriteria untuk menilai kemajuan praktik PR kontemporer dalam meraih status profesional. Tentu saja, kewajiban praktik etis adalah kriteria paling utama. Indikator lain dari status profesional antara lain: Pendidikan khusus untuk mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang unik, berdasarkan teori yang dikembangkan melalui riset. Pengakuan oleh komunitas akan pelayanan yang unik dan penting. Otonomi dalam praktik dan penerimaan tanggung jawab personal oleh praktisi. Kode etik dan standar kinerja yang diberlakukan oleh asosiasi profesi yang mengatur diri sendiri. Roma Irawan 4/6/2009
Akuntabilitas individual Agar PR mendapat status profesional, harus ada program sebagai berikut; Pendidikan special Kerangka pengetahuan Pengakuan komunitas Akuntabilitas individual Komitmen untuk mengikuti kode etik yang melindungi kepentingan publik dan memberikan tanggung jawab sosial. Roma Irawan 4/6/2009
Kode Etik Selain organisasi yang mengatur diri sendiri, persyaratan dasar untuk profesi adalah ketaatan pada seperangkat norma profesional, yang dibiasanya dinamakan” Kode Etik” Roma Irawan 4/6/2009
Etika dan profesionalisme itu berjalan seiring, jika salah satunya tidak ada, maka tidak sempurna; Etika tanpa kompetensi menjadi tidak berarti; kompetensi tanpa etika menjadi tidak tentu arah dan bahkan membahayakan. Hans Martins Sass menerangkan pendapatnya; “Etika dan keahlian bergandengan, hanya dengan keduanya profesionalisme sesungguhnya muncul dan memberikan landasan pelayanan hubungan kepercayaan professional yang bias diterima secara moral” Roma Irawan 4/6/2009
Sekian…! Terima Kasih…! Roma Irawan 4/6/2009