Jurnalisme Investigasi Sejarah Jurnalisme Investigasi Jurnalisme investigasi sebenarnya mempunyai jejak yang panjang dalam sejarah pers Amerika. Beberapa tokoh tercatat sebagai pionir jurnalisme investigasi.Mereka menetapkan pedoman jurnalisme investigasi bahkan menggariskan ciri pemberitaan pers sebagai medium watchdog di dunia jurnalisme. Menurut Rivers & Mathews sejarah investigasi berawal dari sebelum berdirinya Amerika. Pada 1690, Benyamin Harris menginvestigasi berbagai kejadian di masyarakat dan melaporkannya dalam Public Occurences, Both Foreign and Domestic. Isi laporannya dinilai menentang kebijakan kolonial Inggris. Pada awal sejarahnya, jurnalisme investigasi amat dekat dengan pemberitaan crusading atau jihad. Pada fase selanjutnya, spirit crusading (jihad atau perjuangan) mendapat bentuk yang lebih formal melalui penerbitan New England Courant pada 1721 yang diterbitkan oleh James Franklin.
Ciri-ciri Jurnalisme Investigasi Menurut Charneley ada dua hal yang signifikan yang mendasari reportase investigasi, yaitu: (1). jurnaisme harus membawa muatan pencerahan publik dan (2). seringkali juga kegiatan perlawanan. Untuk itu, jurnalisme investigas diidentikan dengan istilah jurnalisme crusading. Crusading, dalam sejarah pers Amerika, menyangkut periode Muckraking yang mengekspos perilaku anti-sosial dan kejahatan di dunia pemerintahan dan bisnis. Presiden Theodore Roosevelt bahkan memberi nama muckrakers kepada reporter yang sibuk menyoroti hal kotor dan tidak melihat sisi positif lain dari kehidupan Amerika.
Perubahan Juranlisme Lama Menuju Jurnalisnme Baru Pada peralihan abad 19 ke 20, berita dibuat menurut “apa yang dilakukan orang” bukan “apa yang terjadi pada orang”. Sejalan dengan perkembangan masyarakat, kerangka perumusan berita berkembang pula mengikuti tuntutan kebutuhan masyarakat. Konsep tradisional apa, siapa, kapan, di mana, bagaimana, dan mengapa pun mulai diubah ke penekanan tertentu. Pelaporan mementingkan jawaban mengapa, untuk memenuhi kebutuhan pemerintah masyarakat dan pemerintah akan penjelasan berbagai kejadian yang dilaporkan wartawan. Wartawan dituntut untuk mengangkat permasalahan dengan kriteria nilai berita yang yang berlatar belakang isu-isu kompleks. Mereka harus melaporkan peristiwa dengan kedalaman dan kelengkapan isu sosial yang akan memengaruhi kehidupan masyarakat.
Teknik Melakukan Kegiatan Jurnalisnme Investigasi Mengembangkan Fakta dengan Dangerous Projects Jurnalisme investigasi dialokasikan sebagai pekerjaan berbahaya atau dangerous projects. Para wartawannya berhadapan dengan kesengajaan pihak-pihak yang tidak mau urusannya diselidiki, dinilai, dan juga dilaporkan kepada masyarakat. Oleh karena itu, kewaspadaan dalam karier kewartawanan menjadi hal yang penting. Dan harus diingat bahwa jurnalisme investigasi bukan hanya menyampaikan sebuah dugaan adanya sebuah persoalan pelanggaran, melainkan juga merupakan kegiatan memproduksi pembuktian konklusif terhadap suatu persoalan dan melaporkannya sejara jelas dan sederhana. Kegiatan jurnalisme investigasi terkait dengan upaya mengembangkan bangunan fakta-fakta. Nilai mutu laporan jurnalistik ini terletak dalam membangun dasar fakta-fakta. Hasil liputannya mengeluarkan sebuah judgement yang didasari oleh fakta-fakta yang melingkupi persoalan yang dilaporkan wartawan. Untuk itulah pekerjaan ini mementingkan sekali kesiapan kerja wartawan untuk selalu mengecek fakta-fakta, tidak mudah menaruh kepercayaan kepada segala sesuatu,termasuk tidak langsung memercayai orang-orang yang memiliki kepentingan. Kerja investigasi wartawan kerap menemukan area liputan yang mesti dibuka dengan sengaja. Berbagai narasumber bahkan diasumsikan mempunyai kemungkinan untuk memanipulasi data. Oleh sebab itu, berbagai data yang didapat memerlukan analisis kritis wartawan investigasi.
Antara Paper and People Trail Terdapat dua bentukan umum kerja jurnalisme investigasi, yaitu terkait dengan pekerjaan menginvestigasi dokumen-dokumen, serta penyelidikan terhadap subjek-subjek individu yang terkait dengan permasalahan. Kedua bidang umum reportase investigasi ini diistilahkan dengan paper trails and people trails. Paper trails mencakup pekerjaan mencari bahan-bahan dokumentasi dari publikasi koran, majalah, televisi dan radio, buku-buku referensi, tesis dan disertasi, database komputer dan juga internet. Penelusuran dokumen merupakan sarana untuk mengecek kebenaran dari apa yang dikatakan narasumber terhadap suatu peristiwa. Sedangkan people trails terkait dengan kegiatan mendapatkan keterangan dari narasumber yang berwenang dan kredibel untuk memperkuat pembuktian dari fakta yang hendak dilaporkan.
Tingkatan Reporter Dunia jurnalistik mengenal tiga tingkatan yang dilakukan reporter. Pada level (1). , reporter melaporkan kejadian dan memaparkan apa yang terjadi. Level (2). ,mereka mencoba menjelaskan atau menginterpretasikan apa yang harus dilaporkan. Dan pada level (3), mereka mencari bukti yang ada di balik sebuah peristiwa. Secara keseluruhan, dunia kerja peliputan wartawan merujuk pada tiga tipe reporter, yaitu general reporters, specialist reporters, dan reporters with an investigative turn of mind. Reporter tipe general ialah para reporter yang mencari berita tanpa mengetahui lebih dulu subjek pemberitaannya. Ia bekerja dalam ketergesaan deadline. Berita yang diliput juga ditentukan editor. Sementara itu, reporter specialist adalah reporter yang memiliki rincian keterangan mengenai subjek liputan danmencoba menjelaskannya. Sedangkan para reporter yang bekerja dengan pikiran investigative adalah salah satu dari kedua tipe reporter sebelumnya. Reporter tipe ini selalu menyiapkan diri untuk mendengar berbagai hal yang dikatakn orang kebanyakan. Reporter investigasi juga mencari pemikiran yang berbeda dari orang-orang yang berbeda.
Pelaksanaan Jurnalisme Investigatif di Indonesia Di Indonesia kegiatan jurnalisme Investigasi dipengaruhi antara lain oleh sistem politik “keterbukaan dan kemerdekaan pers”. Di negeri ini semuanya terkait dengan sikap penguasa dalam menerapkan kebijakan tentang kebebasan pers. Tidak mengherankan jika media massa Indonesia memberikan gambaran fluktuatif mengenai pemberitaan investigasi. Masalah korupsi yang sudah turun temurun terjadi sejak negara ini merdeka, dapat dilaporkan pers dalam dua gerakan, yaitu “sangat takut” atau “sangat berani”. Hal ini terjadi akibat bergantung pada kondisi politik yang ada. Kegiatan investigasi pers Indonesia ditakut-takuti tindakan pembredelan penguasa. Namun ditengah-tengah tindakan represif penguasa yang besar, masih ada bagian pers yang mengerjakan jurnalisme investigasi. Kasus Bibit & Chandra, dan kasus Bank Century yang sedang berguling.
Contoh Hasil Jurnalisme Investigasi Pada tahun 1970-an istilah tersebut memiliki makna yang sangat terhormat. Saat itu, dua wartawan muda Washington Post, Bob Woodward & Carl Bernstein, berkat laporan investigasinya berhasil mengungkap skandal Watergate yang berakhir dengan mundurnya presiden AS saat itu, Richard Nixon.
Contoh Jurnalisme Investigasi: Sekelebat, pentungan mendarat tepat di tubuh tikus berkumis panjang. Tak berdaya, tikus lalu dimasukan kedalam ember hitam. Tempat semua tikus sawah dan got hasil tangkapan dikumpulkan. Malam itu, Edi--bukan nama sebenarnya--tidak sedang membersihkan sawah dari hama yang bernama tikus. Edi juga tidak berburu tikus got untuk membersihkan lingkungan disekitar rumah. Dia Berburu tikus untuk mengoplosnya dengan daging sapi. Kabarnya, daging-daging itu dipersiapkan untuk membuat BAKSO. BENARKAH? Apakah Edi benar-benar tega mencampur daging sapi dengan daging tikus? Atau cerita diatas hanya isapan jempol belaka? Banyak kisah, dongeng, isu, gosip tentang bakso tikus yang beredar di masyarakat. Tim investigasi REPORTASE Trans TV menelusuri keberadaan bakso tikus ini. Surprise ! Kami menemukan praktik penjualan bakso tikus. Bukan hanya itu, dipasaran ternyata bakso juga tercampur dengan 6 zat kimia mematikan. termasuk bahan boraks alias bahan baku deterjen dan lem kayu. Mual? Jangan dulu ! Sebab tidak semua bakso yang beredar mengandung boraks apalagi daging tikus. Lalu apa perbedaannnya? Dimana dijualnya?
Wartawan Reportase Investigasi Trans TV yang menyelidiki tentang masalah bakso tikus ini sedang menjalankan sistem jurnalisme Investigasi. Dimana narasumber harus disembunyikan identitasnya, harus ada kamera tersembunyi, alat perekam tersembunyi, dan lain sebagainya. Tujuannya agar masyarakat luas tahu tentang kebenaran dan pada akhirnya dapat lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi bakso yang akan mereka makan.