PESTISIDA DAN HERBISIDA
Pengertian pestisida Pest = hama Cida = pembunuh Zat / substansi kimia untuk membunuh atau mengendalikan hama Hama : serangga, fungi, bakteri, virus, dll
Peranan pestisida Perlindungan tanaman Pengawetan kayu/hasil hutan Pengendalian vektor penyakit Pengendalian rayap dll
Menurut Dep.Kes RI Dirjen P2M dan PL 2000,berdasarkan struktur kimianya pestisida dapat digolongkan menjadi : Golongan organochlorin misalnya DDT, Dieldrin, Endrin dan lain-lain. Golongan organophosfat misalnya diazonin dan basudin. Golongan carbamat termasuk baygon, bayrusil, dan lain-lain. Senyawa dinitrofenol misalnya morocidho 40EC. Pyretroid ,salah satu insektisida tertua di dunia. Fumigant, misalnya chlorofikrin, ethylendibromide, naftalene, metylbromide,formaldehid, fostin.
Penggolongan pestisida berdasarkan sasaran yang akan dikendalikan insektisida bakterisida fungisida akarisida
NEMATISIDA H E R B I SI D A M O L U S KI I D A RODENTISIDA
Sejarah Penggunaan Pestisida 2.500 SM Orang Sumeria menggunakan sulfur untuk mengendalikan serangga tungau Abad ke 15 Mercury dan serbuk timah untuk memberantas serangga. Abad ke-19 diintroduksi dua jenis pestisida alami, yaitu pyretrum yang diekstrak dari chrysanthemum dan rotenon yang diekstrak dari akar tuba Derris eliptica Tahun 1940an Produksi dan aplikasi pestisida sintetik dalam jumlah besar (Daly et al,1998). Tahun 1950 penggunaan pestisida terus meningkat lebih dari 50 kali lipat
LANJUTAN....... Sekarang 2,5 juta ton pestisida digunakan tiap tahun, 75% digunakan oleh negara-negara berkembang (Murphy,2005) Di Indonesia, sejak tahun permulaan pelaksanaan program intensifikasi pangan, melalui program nasional BIMAS, pestisida dimasukkan sebagai paket teknologi yang wajib digunakan oleh petani.
Fakta Data dari rumah sakit Nishtar, Multan Pakistan pada tahun 1996-2000 terdapat 578 pasien yang keracunan dan diantaranya 370 pasien karena keracunan pestisida. 81 % korban adala petani berusia 14-30 tahun Menurut Harian Republika, 26 September 2007 pada bulan Juli tepatnya di Desa Kanigoro, Kecamatan Ngablak, Magelang. Terjadi kematian misterius menimpa 9 warga, dari hasil pemeriksaan Laboratorium Kesehatn dipastikan akibat keracunan pestisida (Raini,2007). Menurut World Health Organization (WHO), paling tidak 20.000 orang per tahun, mati akibat keracunan pestisida. Diperkirakan 5.000 – 10.000 orang per tahun mengalami dampak yang sangat fatal.
Konsumsi Pestisida Dunia Tahun 1983, 1993 dan 1998 ($USD)
Persentase penggunaan & penyimpanan pestisida oleh RT di Indonesia (2013)
Produksi DDT Pada Tahun 1940, 1959, 1963, 2009
Sejak buku Silent Spring oleh Carson (1962) diterbitkan Sejak buku Silent Spring oleh Carson (1962) diterbitkan. Buku tersebut membuka mata dunia tentang seriusnya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh DDT. Hasil penelitian menunjukkan berbagai jenis pestisida merusak kelestarian lingkungan biotik dan abiotik di daerah beriklim sedang maupun tropik.
KASUS keracunan produk makanan beku di Jepang Organophosphat dalam minyak goreng di India, bocor nya pabrik Union Carbide di Bhopal, India
Jalur masuk pestisida ke dalam tubuh melalui 3 cara yaitu: kulit Mulut pernafasan melalui
DAMPAK NEGATIF DARI PENGGUNAAN PESTISIDA
Faktor-faktor pestisida yang dapat mempengaruhi keracunan Jenis pestisida Tehnik aplikasi/penggunaan pestisida Dosis Pestisida Toksisitas senyawa pestisida. Frekuensi penyemprotan. Jalan masuk pestisida ke dalam tubuh Waktu penyemprotan Tempat penyimpanan Lingkungan
gunakan pestisida alami Penyuluhan pada petani Solusi umum gunakan pestisida alami Penyuluhan pada petani Ketepatan pengunaan pestisida (Tindakan Perbaikan) Bioremidiasi Back to organic farm
Solusi dari pemerintah Ketentuan penggunaan pestisida di Indonesia diatur dalam peraturan perundangan seperti : UU Nomor 12 Tahun 1992 PP Nomor 7 Tahun 1973 42/SR.120/5/2007 PERMENTAN Nomor PERMENTAN Nomor 45/SR.140/10/ 2009
Solusi LSM Penerapan konsep PHT Peduli kaidah safety dan security penggunaan pestisida Sosialisasi bagi para pengguna pestisida
Solusi Kelompok Sosialisasi dan pelatihan kepada petani Mendukung kebijakan pemerintah tentang program ramah lingkungan
Pembuatan dan penggunaan pestisida alami Menggunakan alat pelindung Mencuci buah dan sayuran sebelum di masak Pengembangan Pertanian Organik
Tindakan pencegahan pencemaran ketepatan waktu sasaran dosis Cara pemakaian dan penyimpanan
PENCEMARAN LINGKUNGAN Tanaman Udara Kerusakan lingkungan dan Timbul banyak penyakit PESTISIDA Perairan Tanah mutasi kanker keracunan
Penggunaan pestisida secara benar Penggunaan pestisida harus dilakukan sesuai dengan peraturan yang diberkalukan oleh pemerintah. Pelaksanaan peraturan harus diawasi dan diatur oleh otoritas pestisida nasional Semua tingkatan penggunaan pestisida, mulai dari pembelian, aplikasi di lapangan, penyimpanan dan penjualan, harus di dokumentasikan Petani sebagai operator harus mempunyai pengetahuan praktis dan keahlian tentang penggunaan pestisida secara benar Petani harus mengikuti instruksi dan rekomendasi dari label yang tertera Pestisida harus di gunakan berdasarkan pada prinsip-prinsip pengendalian hama terpadu (PHT), mempertimbangkan dampak pada lingkungan dan organisme yang menguntungkan lainya. Cara-cara yang dapat ditempuh untuk mencegah atau mengurangi serangga hama antara lain: • pengaturan jenis tanaman dan waktu tanam, • memilih varietas yang tahan lama, • memanfaatkan musuh-musuh alami serangga, • penggunaan hormon serangga, • pemanfaatan daya tarik seks pada serangga • sterilisasi
Perhatikan Kemasan
Simbol Fisik Pestisida
Beberapa Piktogram yag tercantum dalam label pestisida
Herbisida Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil yang disebabkan oleh gulma.
Produk herbisida
Thn 1901 digunakan besi sulfat sebagai herbisida pertama Sejarah Herbisida Thn 1901 digunakan besi sulfat sebagai herbisida pertama Tahun 1942, ditemukannya efek herbisida dari 2,4-diklorofenoksi asam asetat. Efek bentuk garam dari 2,4-D pertama kali dikemukakan oleh Z.M. Zimmerman dan A.E. Hitchcock penggunaan herbisida pertama kali dilaporkan oleh Marth dan Mitchell pada tahun 1944 untuk mengendalikan gulma di lapangan rumput. Selain itu, pada tahun yang sama, Hammer dan Tukey menggunkannya untuk mengendalikan gulma di kebun.
Sejarah Herbisida dikemukakan oleh H. Gysin dan E. Knulsi (1957) dalam Kongres Internasional perlindungan tanaman ke IV di Hamburg. Herbisida jenis ini pertama kali diproduksi oleh J. R. Geigy S. A. herbisida paraquat diklorida dan paraquat dimetil yang bersifat nonselektif dikemukakan pertama kali oleh R. C. Bryan dalam Majalah Nature, London, tahun 1958. diluncurkan pertama kali pada tahun 1960-an oleh ICI Plant Protection Division
Glifosat, Efek herbisida ini diuraikan oleh D. D Glifosat, Efek herbisida ini diuraikan oleh D.D. Baird dan kawan-kawan dalam North Central Weed Control Conference pada tahin 1971.
Jenis-jenis Herbisida Berdasarkan cara kerjanya herbisida dibagi menjadi: Herbisda Kontak Herbisida Sistemik herbisida yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida ini, terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih hijau, serta gulma yang masih memiliki sistem perakaran tidak meluas. Contoh: Gramoxone, Herbatop, Paracol, Paraquat herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya. Cara kerja herbisida ini membutuhkan waktu 1-2 hari untuk membunuh tanaman pengganggu tanaman budidaya (gulma) sampai akar dan tunasnya. Contoh: Glisofat
Fakta Kasus Agen Oranye digunakan dari 1961 hingga 1971, dan disebut " herbisida pelangi" yang yang paling berbahaya, yang digunakan dalam perang Vietnam. Degradasi Agen Oranye melepaskan dioxin, yang dituduh telah membahayakan kesehatan warga vietnam yang terpaparkan pada masa Perang Vietnam 15 okt 2010: puluhan kambing di Dusun Sidasari, Desa Sidasari, Kecamatan Cipari mati. sedikitnya 75 ekor kambing yang mati. Kematian itu disebabkan keracunan obat pembasmi rumput (herbisida) yang masih melekat dalam rerumputan pakan ternak (Suaramerdeka)
Dampak Penggunaan Herbisida Dampak Langsung Keracunan terhadap ternak dan hewan peliharaan karena memakan gulma yang telah disemprot herbisida. Penggunaan herbisida di sawah atau perairan lainnya mengakibatkan kematian pada ikan yang dipelihara di sawah /di kolam maupun ikan liar. Herbisida paraquat, ketika disemprotkan ke telur burung, menyebabkan kelainan pertumbuhan embrio dan mengurangi jumlah anakan yang berhasil menetas
Dalam jangka panjang herbisida dapat mencemari tanah dan air. Dampak Tidak Langsung Dalam skala jangka panjang, herbisida anorganik dari bahan kimia dapat menyebabkan erosi pada tanah dikarenakan bahan kimia yang terkandung didalamnya dapat memperbesar pori tanah dan mengurangi zat hara dalam tanah sehingga perlekatan antar partikel tanah menjadi berkurang (John, 1997). Timbunan herbisida yang terdapat pada sayuran semakin banyak dikonsumsi lama-lama akan mengakibatkan penimbunan pada ginjal dan menyebabkan gangguan pada ginjal. Dalam jangka panjang herbisida dapat mencemari tanah dan air.
Solusi Solusi secara umum Menggunakan herbisida sesuai dengan dosis. Hal ini akan mengurang dampak buruk terhadap tumbuhan budidaya, lingkungan, hewan dan manusia.
Solusi Pemerintah Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan alam khususnya kekayaan alam hayati, dan supaya pestisida dapat digunakan efektif, maka peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida(insektisida, fumisida, herbisida, dll) diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973
Solusi Instansi/LSM Pemakaian herbisida harus dilakukan secara tepat baik dalam hal jumlah (dosis), waktu dan penempatannya, demikian pula harus disesuaikan antara macam herbisida dengan gulma yang akan diberantas. Penggunaan herbisida yang berlebihan dapat menyebabkan bahaya keracunan pada si pemakai dan pada produk pertanian yang dihasilkan serta pencemaran lingkungan (Pemkab Pekalongan, 2011).
Lanjutan solusi dari Instansi/LSM Menerapkan Konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Memperhatikan Kaidah – Kaidah Keselamatan Dan Keamanan Penggunaan Herbisida Bagi instansi pendidikan, dapat bekerja sama dengan LSM/LPM untuk memberikan sosialisasi bagi para pengguna pestisida dan herbisida
Solusi Kelompok Penggunaan bioherbisida. Dapat menggunakan mikroorganisme yang patogen terhadap tanaman. Contoh : Candida oleophila, Fusarium oxysporum Bisa juga menggunakan daun teretentu yang bersifat racun untuk gulma. Contoh: daun pepaya, babandotan, mimba
menggunakan pertanian organik Solusi Kelompok gembalakan binatang ternak disekitar area yang banyak dijumpai gulma, atau gunakan gulma yang merupakan pengganggu dari tanaman budidaya sebagai pakan ternak menggunakan pertanian organik
Solusi Penanggulangan Pencemaran Tanah oleh Herbisida dan Pestisida Remidiasi Hal yang perlu diketahui sebelum dilakukan remidiasi adalah sebagai berikut: Jenis pencemar (organic atau anorganik), terdegradasi/tidak, berbahaya/tidak, Berapa banyak zat pencemar yang telah mencemari tanah tersebut, Jenis tanah, Kondisi tanah (basah, kering), Telah berapa lama zat pencemar terendapkan di lokasi tersebut, Kondisi pencemaran (sangat penting untuk dibersihkan segera/bisa ditunda).
Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site) In-situ (On-site) Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi Ex-situ (off-site) Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
Penanggulangan pencemaran Air dan Tanah Oleh Herbisida dan Pestisida Biostimulasi Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas, ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar untuk memperkuat pertumbuhan dan aktivitas bakteri remediasi yang telah ada di dalam air atau tanah tersebut. Bioaugmentasi Mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan kontaminan tertentu ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar. Cara ini yang paling sering digunakan dalam menghilangkan kontaminasi di suatu tempat