ASPEK2 SKB Pasar Konsumen dan Produsen Pemasaran Teknik dan teknologi Sumber Daya Alam Manajemen Sumber Daya Manusia Keuangan Risiko Bisnis Politik, Ekonomi dan Sosial Lingkungan hidup Lingkungan Industri Yuridis (legal)
ASPEK KEUANGAN SKB (aspek keuangan) bertujuan untuk mengetahui perkiraan pendanaan dan aliran kas proyek/ bisnis, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya rencana bisnis yang dimaksud.
ASPEK KEUANGAN Pendapatan (Projected) xxx Biaya (Anggaran) ( xxx ) Net Income xxx Modal/ Investasi xxx Rate of Return xx %
ALTERNATIF INVESTASI Tabungan / Depositi - 6% SUN / ORI - 9% Reksadana – Proteksi - 15 – 18% Reksadana – Campuran- 17 – 23% Reksadana – Saham - 20 – 60% Saham/ Option/ Futures- (100%) – 100% Business - 10-30%
ASPEK KEUANGAN Sisi Pendapatan (dari hasil Aspek Pasar dan Pemasaran) = Proforma Cash Flow (+ Projected Trend 5 th) Proforma L/R (+ Projected Trend 5 th) Proforma Balanced Sheet (Neraca)
ASPEK KEUANGAN Jumlah dana (modal/ investasi) yang dibutuhkan Anggaran Biaya, Modal Investasi, dan Modal Kerja Pemilihan investasi Beli Sewa Kerjasama Struktur pembiayaan (sumber)
ASPEK KEUANGAN Berbagai sumber dana : Modal pemilik Saham Obligasi Kredit Bank Leasing (sewa) dari lembaga non bank.
ASPEK KEUANGAN Konsep Umur Proyek, Discount Rate Payback Period NPV IRR ROE / ROA BEP Profitability Index / Profit Margin, dll
Contoh kasus Arus kas Berbeda Suatu perusahaan sedang mempertimbangkan usulan proyek investasi sebesar Rp. 112.500.000, dengan tingkat pengembalian yang disyaratkan 15 %, bunga yang berlaku 12 %, perkiraan arus kas masuk pertahun Tahun Arus Kas 1 Rp. 45.000.000 2 Rp. 37.500.000 3 Rp. 30.000.000 4 Rp. 22.500.000 5 Rp. 15.000.000
Arus kas dan arus kas kumulatif Tahun Arus kas Arus kas kumulatif 1 Rp. 45.000.000 45,000 2 Rp. 37.500.000 82,500 3 Rp. 30.000.000 112,500 4 Rp. 22.500.000 5 Rp. 15.000.000
Periode Pengembalian Periode pengembalian 3 tahun kurang dari yang disyaratkan maka usulan proyek investasi ini di terima
Kelemahan Metode Periode Pengembalian Tidak memperhatikan nilai waktu dari uang Tidak memperhitungkan nilai sisa dari investasi Tidak memperhatikan arus kas setelah periode pengembalian tercapai
Metode Nilai Sekarang Bersih Metode nilai sekarang bersih – net present value – NPV Menggunakan pertimbangan bahwa nilai uang sekarang lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai uang pada waktu mendatang, karena adanya faktor bunga Arus kas yang digunakan arus kas yang telah didiskontokan atas dasar biaya modal perusahaan atau tingkat pengembalian yang disyaratkan atau tingkat suku bunga
1 ( 1 + 0,12 )¹ Tahun Arus kas Tingkat bunga PV 12% 1 45000 0.8929 40,181 2 37500 0.7972 29,895 3 30000 0.7118 21,354 4 22500 0.6355 14,299 5 15000 0.5674 8,511 Total nilai sekarang (PV) 114,239 Investasi awal (OI) 112,5 Nilai sekarang bersih (NPV) 1,739 Nilai NPV positif sebesar Rp. 1739, maka usulan proyek investasi ini layak diterima
Metode Indeks Profitabilitas Kriteria penilai : PI > 1 : Layak – diterima PI < 1 : Tidak layak - ditolak
Penyelesaian kasus Indek keuntungan : PI = (114,239 / 112,500 ) Proyek investasi ini layak
Metode Internal Rate Of Return - IRR Tahun Arus kas Tingkat bunga Nilai sekarang (PV) Nilai sekarang (PV) (1) (2) 13 % (3) (4) = (2) x (3) 12 % (5) (6) = (2) x (5) 1 45,000 0.8850 39,825 0.8929 40,181 2 37,500 0.7831 29,366 0.7972 29,895 3 30,000 0.6931 20,793 0.7118 21,354 4 22,500 0.6133 13,799 0.6355 14,299 5 15,000 0.5428 8,142 0.5674 8,511 Total nilai sekarang (PV) 111,926 114,239 Investasi awal 112,500 Nilai sekarang bersih (NPV) -575 1,739 Kita coba dengan tingkat suku bunga 13 % dan 12 %,
INTERPOLASI P2 – P1 r = P1 – C1 C2-C1 1 = 12 – 1739 -575- 1739 = 12,75 % Keuntungan yang disyaratka 15 %, maka usulan proyek investasi ini di tolak
ASPEK KEUANGAN Setelah dianalisa, direview kembali = Kebutuhan dana serta sumbernya Cash Flow Penggunaan Modal Prioritas Bisnis Sensitivity Analysis (Analisis Resiko dari segi Financial)
Rumus BEP Perhitungan BEP dapat dilakukan dengan dua cara : Atas dasar Unit Atas dasar sales dlm rupiah Rumus BEP : BEP ( Q / unit ) = __FC__ / BEP (Rp) = FC P – V 1 – VC S P = harga jual perunit VC = Tot Biaya Variabel V = Biaya var perunit S = Volume penjualan FC= Biaya tetap
Fixed Cost suatu toko lampu : Rp.200,000,- Contoh soal 1 : Fixed Cost suatu toko lampu : Rp.200,000,- Variable cost Rp.5,000 / unit Harga jual Rp. 10,000 / unit Maka BEP per unitnya adalah Rp.200,000 __________ = 40 units 10,000 – 5,000 Artinya perusahaan perlu menjual 40 unit lampu agar terjadi break even point. Pada pejualan unit ke 41, maka took itu mulai memperoleh keuntungan Contoh : Fixed Cost suatu toko lampu : Rp.200,000,- Contoh : Variable cost Rp.5,000 / unit Fixed Cost suatu toko lampu : Rp.200,000,- Harga jual Rp. 10,000 / unit Variable cost Rp.5,000 / unit Harga jual Rp. 10,000 / unit Maka BEP per unitnya adalah Maka BEP per unitnya adalah Rp.200,000 __________ = 40 units Rp.200,000 10,000 – 5,000 __________ = 40 units 10,000 – 5,000 Artinya perusahaan perlu menjual 40 unit lampu agar terjadi break even point. Pada pejualan unit ke 41, maka took itu mulai memperoleh keuntungan Artinya perusahaan perlu menjual 40 unit lampu agar terjadi break even point. Pada pejualan unit ke 41, maka took itu mulai memperoleh keuntungan
Analisa Sensitivitas Pembangunan Meeting Hall Metode Net Present Value (NPV) Besarnya MARR yang ditetapkan di Hotel Dwi Agung adalah sebesar 21% yang berasal dari 11% dari tingkat suku bunga, 8% dari inflasi dan 2% berasal dari resiko. Net Present Value untuk investasi pengembangan Meeting Hall dapat dihitung sebagai berikut :
Analisa Sensitivitas Pembangunan Meeting Hall NPV positif sebesar Rp 12.191.196 investasi pengembangan Meeting Hall layak.
Analisa Sensitivitas Pembangunan Meeting Hall Faktor yang diubah adalah investasi awal, pendapatan tahunan dan tingkat bunga yang berfluktuasi karena adanya inflasi. Analisa ini untuk mengetahui apakah keputusan investasi yang diambil akan berubah atau tetap.
Analisa Sensitivitas Pembangunan Meeting Hall Investasi awal naik 40%
Analisa Sensitivitas Pembangunan Meeting Hall Tingkat bunga naik 20 %
Analisa Sensitivitas Pembangunan Meeting Hall Arus kas turun 30 %
Analisa Sensitivitas Pembangunan Meeting Hall Kesimpulan 1. Dari hasil analisa sensitivitas, dengan mengubah nilai faktor yang berpengaruh seperti investasi awal, suku bunga maupun nilai arus kas, alternatif pembangunan meeting hall tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini bisa dikarenakan modal awal yang dibutuhkan sangat besar. 2. Perubahan yang dilakukan pada analisa sensitivitas merupakan interpretasi matematis jika kondisi ekonomi tidak menguntungkan akibat inflasi sehingga investasi awal naik karena mahalnya material bangunan, tenaga kerja, sumber daya dan naiknya harga barang. Begitu juga suku bunga naik akibat menurunnya nilai real atau nilai tukar uang sehingga nilai arus kas menurun jika diproyeksikan pada nilai saat ini. Nilai arus kas turun 30% diasumsikan terjadi jika pendapatan hotel menurun karena lesunya ekonomi.
Analisa Sensitivitas Pembangunan Meeting Hall Kesimpulan 3. Jika pemilik hotel tetap akan melaksanakan alternatif pembangunan meeting hall, disarankan untuk menurunkan nilai investasi awal dengan cara mengurangi komponen-komponen biaya investasi. Cara lain adalah menggiatkan pemasaran meeting hall dengan memberikan diskon khusus atau pemberian hadiah tertentu.
Soal 1 : Perusahan Zamanria sedang mempertimbangkan suatu usulan proyek investasi senilai Rp. 150.000.000, umur proyek diperkirakan 5 tahun tanpa nilai sisa.Arus kas yang dihasilkan : Tahun 1 adalah Rp. 60.000.000 Tahun 2 adalah Rp. 50.000.000 Tahun 3 adalah Rp. 40.000.000 Tahun 4 adalah Rp. 35.000.000 Tahun 5 adalah Rp. 28.000.000 Jika diasumsikan r =10 % berapakah IRR? Soal 2 : Stallings Paint Company memiliki biaya tetap sebesar 3 juta per tahun. Biaya variabel adalah $1,75 per liter cat yang diproduksi, dan harga jual adalah $2 per liter. Berapa titik impas operasional tahunan dalam liter (Q)? Dalam jumlah uang penjualan (S)? Jika biaya operasional turun menjadi $1,68 per liter, apa yang terjadi dengan titik impas operasionalnya (Q)? Jika biaya tetap naik menjadi $3,75 juta per tahun, apa pengaruhnya terhadap titik impas operasionalnya (Q)?