Perencanaan dan Pengembangan Produk Dosen : Somadi, SE., MM., MT.
Produk adalah hasil dari pengembangan suatu strategi bisnis. Definisi Produk adalah hasil dari pengembangan suatu strategi bisnis.
Karakteristik Produk Barang Jasa Berwujud, memiliki sifat fisik tertentu Tidak berwujud, dan tidak memiliki sifat fisik Dapat disimpan Tidak dapat disimpan Proses produksinya banyak menggunakan mesin Proses produksinya lebih banyak menggunakan faktor manusia Proses produksi dan konsumsi tidak berlangsung dalam waktu yang sama Proses produksi dan konsumsi berlangsung di waktu yang sama Kontak dengan konsumen rendah Kontak dengan konsumen/pengguna jasa tinggi Kualitas produk objektif, karena ada ukuran-ukurannya Kualitas produk bersifat subjektif, diantara pengguna jasa Atribut, seperti harga, kemasan, dll,lebih jelas. Atribut produk seringkali tidak jelas. Pasar lebih mudah diperluas (lebih luas) Pasar sulit diperluas (lebih bersifat lokal)
Sumber Ide / Gagasan Pengembangan Produk Pertanyaan pertama yang biasanya muncul dalam aktivitas manajemen operasi 1. Produk apa yang akan diproduksi / dihasilkan ? Sumber Ide / Gagasan Pengembangan Produk a. Sumber Internal Bagian penelitian dan pengembangan Konsultan pemasaran yang bekerja untuk perusahaan. Tenaga penjual. Peran aktif dari seluruh pihak yang ada dalam perusahaan. b. Sumber eksternal Kecenderungan pasar. Produk yang dikeluarkan oleh pesaing. Masukan/komplain dari pelanggan. Hasil Peramalan.
2. Pada tahap apa pengembangan produk sebaiknya dilakukan? Pertanyaan ??? 2. Pada tahap apa pengembangan produk sebaiknya dilakukan? Volume Penjualan Dewasa/Kematangan Penurunan Pertumbuhan Perkenalan Waktu Siklus Hidup Produk
Alternatif Pengembangan Produk Mengembangkan produk yang benar-benar baru (Paling sulit = ?) Modifikasi produk yang sudah ada Penambahan produk yang telah ada (Diversifikasi Produk ) Mengembangkan produk lokal yang belum ada Meniru produk yang sudah ada di pasar
Tahap-Tahap Pengembangan Produk Identifikasi produk yang telah ada (produk lama ) Mencari dan menggali ide-ide tentang produk baru Menyaring ide-ide yang ada Menganalisis masing-masing ide yang telah tersaring Menentukan ide yang paling mungkin dikembangkan Melaksanakan pengembangan ide produk baru tersebut Membuat sampel dan menguji produk baru Menguji produk baru di pasar ( Tes pemasaran ) Memproduksi dan memasarkan produk baru tersebut dalam arti yang sesungguhnya Melakukan pelayanan purna jual
Tahap-Tahap Pengembangan Produk Menurut Heizer dan Render Cakupan kerja tim pengembangan produk Ide dari banyak sumber. Apakah perusahaan mampu melaksanakan ide? Persyaratan pelanggan untuk memenangkan pesanan. Spesifikasi fungsional : Bagaimana produk akan berfungsi. Spesifikasi produk : Bagaimana produk akan dibuat. Peninjauan Desain : Apakah spesifikasi produk ini merupakan cara terbaik untuk memenuhi keinginan pelanggan? Pengujian pasar. Apakah produk memenuhi harapan pelanggan? Perkenalkan ke pasar Evaluasi (berhasil) Cakupan kerja tim desain dan rekayasa
Peluang Produk Baru Memahami pelanggan merupakan permasalahan utama dalam pengembangan produk baru. Perubahan ekonomis menyebabkan meningkatnya tingkat kemakmuran pada jangka panjang, tetapi siklus ekonomis dan harga berubah pada jangka pendek. Perubahan sosiologis dan demografis dapat muncul pada beberapa faktor seperti berkurangnya ukuran keluarga. Perubahan teknologi yang membuat segalanya mungkin. Perubahan politik/peraturan menghasilkan perjanjian perdagangan baru, tarif yang baru, dan juga persyaratan kontrak yang baru dengan pemerintah. Perubahan lain dapat muncul melalui kebiasaan pasar, standar profesional, pemasok dan distributor.
Pengembangan Produk Quality Function Deployment (QFD) adalah proses menetapkan permintaan pelanggan (“keinginan” pelanggan) dan menterjemahkan keinginan pelanggan ke dalam atribut (“cara’) yang dapat dipahami dan dilaksanakan oleh setiap bagian fungsional. Rumah kualitas (Quality House) adalah bagian dari proses penyebaran fungsi kualitas yang menggunakan matriks perencanaan untuk menghubungkan “keinginan” pelanggan dengan “bagaimana” perusahaan akan memenuhi “keinginan” ini.
Pengembangan Produk Untuk membuat rumah kualitas, dilakukan 6 langkah dasar sebagai berikut : Kenali keinginan pelanggan. (Apa yang diinginkan pelanggan dalam produk ini). Kenali bagaimana produk/jasa akan memuaskan keinginan pelanggan. (Kenali karakteristik khusus, keistimewaan, atau atribut produk, dan tunjukan bagaimana produk akan memuaskan pelanggan). Hubungkan keinginan pelanggan dengan bagaimana produk akan dibuat untuk memenuhi keinginan pelanggan tersebut. Kenali hubungan antara sejumlah bagaimana pada perusahaan. Buat tingkat kepentingan. Evaluasi produk pesaing. Tentukan atribut teknis yang diinginan, prestasi perusahaan, dan prestasi pesaing terhadap atribut ini.
Membangun Rumah Kualitas Contoh : Great Cameras, Inc. Mengingkan sebuah metodologi yang memperkuat kemampuannya untuk memenuhi keinginan pelanggan terhadap kamera digital baru. Pertanyaan : Gunakan rumah kualitas QFD.
Membangun Rumah Kualitas Melalui penelitian pasar yang luas, perusahaan menetapkan keinginan pelanggan. Keinginan itu ditunjukkan pada bagian kiri rumah kualitas. Tim pengembangan produk menetapkan bagaimana organisasi akan menejemahkan keinginan pelanggan itu dalam desain produk dan target atribut proses. Sejumlah bagaimana ini dimasukan dalam bagian atas rumah kualitas. Tim produk mengevaluasi setiap keinginan pelanggan terhadap sekumpulan bagaimana yang telah dikemukakan. Dalam matriks hubungan dalam rumah kualitas, tim mengevaluasi seberapa baik desainnya dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Dalam atap rumah kualitas, tim pengembangan produk mengembangkan hubungan antar atributnya. Tim mengembangkan tingkat kepentingan untuk atribut desainnya pada baris paling bawah dalam tabel. Hal ini dilakukan dengan memberikan nilai (5 untuk tinggi, 3 untuk sedang, 1 untuk rendah) pada setiap kotak dalam matriks hubungan kemudian mengalikan setiap nilai ini dengan tingkat kepentingan pelanggan. Nilai-nilai dalam baris “tingkat kepentingan kita” memberikan sebuah tingkatan bagaimana meneruskan desain produk dan prosesnya dengan yang nilainya tertinggi sebagai hal yang terpenting bagi keberhasilan suatu produk.
Membangun Rumah Kualitas Rumah kualitas juga digunakan untuk mengevaluasi para pesaing. Seberapa baik para pesaing memenuhi kebutuhan pelanggan. Dua kolom di sisi kanan memperlihatkan bagaimana penelitian pasar berpendapat mengenai seberapa baik pesaing A dan B memenuhi keinginan pelanggan (Baik, sedang, dan jelek). Produk dari perusahaan lain, bahkan produk yang diajukan dapat ditambahkan di samping perusahaan B. Tim menentukan atribut teknis dan mengevaluasi seberapa baik perusaaahn dan pesaingnya menunjukkan atribut ini. Disinilah tim memutuskan atribut-atribut teknis yang penting.
Membangun Rumah Kualitas
Permasalahan Desain Produk Desain Yang Tangguh (robust design). Desain yang dapat diproduksi sesuai persyaratan, bahkan dengan adanya kondisi proses produksi yang tidak sempurna. Desain Moduler (moduller design). Desain dimana bagian atau komponen dari suatu produk dibagi-bagi menjadi modul-modul yang dapat dipertukar dan diganti dengan mudah. Computer-Aided Design (CAD). Penggunaan komputer secara interaktif untuk mengembangkan dan mendokumentasikan produk. Produksi dibantu komputer. (Computer-Aided Manufacturing (CAM)). Penggunaan teknologi informasi untuk mengendalikan mesin. Teknologi Virtual Reality. Bentuk komunikasi visual dimana citra-citra digunakan sebagai pengganti dari benda aslinya, tetapi masih memungkinkan pengguna untuk meresposnya secara interaktif. Analisis Nilai (Value Analysis). Suatu tinjauan atas produk yang berhasil yang dilakukan selama proses produksi. Desain Yang Ramah Lingkungan. Bentuk yang mengedepankan keramahan terhadap lingkungan (green product).
Penerapan Pohon Keputusan Pada Desain Produk Pohon keputusan dapat digunakan untuk membuat keputusan produk baru dan untuk beragam permasalahan manajemen lainnya. Pohon keputusan sangat bermanfaat terutama saat terdapat serentetan keputusan dan beragam hasil yang mengakibatkan keputusan selanjutnya yang diikuti hasil yang lain.
Penerapan Pohon Keputusan Pada Desain Produk Untuk membentuk sebuah pohon keputusan digunakan prosedur sebagai berikut : Pastikan semua alternatif yang mungkin dan keadaan sudah dimasukkan ke pohon, termasuk alternatif untuk “tidak melakukan apa apa” Pengembalian hasil (payoff) dimasukan pada akhir setiap cabang yang bersesuaian. Tujuannya adalah menetapkan nilai ekspektasi dari setiap tindakan yang ada.
Contoh Silicon, Inc., merupakan sebuah produsen semikonduktor sedang meneliti kemungkinan memproduksi dan memasarkan sebuah mikroprosesor. Untuk menjalankan proyek ini, dibutuhkan sebuah sistem CAD yang canggih atau mempekerjakan dan melatih beberapa insinyur tambahan. Pasar untuk produk ini bisa jadi baik, bisa jadi tidak baik. Silicon, Inc tentu juga memiliki pilihan untuk tidak mengembangkan produk baru sama sekali. Dengan penerimaan yang baik oleh pasar, penjualan akan mencapai 25.000 prosesor dengan harga $100. Dengan penerimaan pasar yang tidak baik, penjualan hanya akan mencapai 8.000 prosesor seharga $100. Harga peralatan CAD $500.000, tetapi merekrut dan melatih tiga insinyur baru hanya membutuhkan biaya $375.000. Walaupun demikian, biaya produksi akan turun dari $50 per buah saat diproduksi tanpa CAD, dari $40 dengan adanya CAD. Kemungkinan mikroprosesor baru diterima dengan baik oleh pasar adalah 0,40. sementara kemungkinan penerimaan yang tidak baik adalah 0,60. Pertanyaan : Gunakan sebuah pohon keputusan yang sesuai untuk Silicon, Inc. yang memiliki bahan-bahan dasar; pilihan keputusan, kemungkinan, dan pengambilan hasil (payoffs).
Jawaban Pada gambar berikut terlihat sebuah pohon keputusan dengan tiga cabang dimana satu cabang menjelaskan satu keputusan. Tentukan kemungkinan pengembalian hasil untuk setiap cabang, kemudian hitung EMV secara berturut-turut. EMV (expected monetary values) telah dilingkari pada setiap langkah di pohon keputusan. Untuk cabang teratas : EMV (membeli sistem CAD) = (0,4) ($.1.000.000) + (0,6) (-$20.000) = $ 388.000 Nilai ini mewakili hasil yang akan terjadi jika Silicon, Inc membeli CAD. Nilai yang diharapkan dengan merekrut dan melatih insinyur baru pada cabang kedua adalah sbb : EMV (merekrut/melatih insinyur) = (0,4) ($.875.000) + (0,6)($25.000) = $ 365.000 Karena cabang teratas mempunyai EMV tertinggi (EMV $388.000 dibandingkan $365.000 dibandingkan $0), maka cabang ini menjelaskan keputusan yang terbaik. Manajemen sebaiknya membeli sistem CAD.
Jawaban
Contoh Sarah King, presiden King Electonics, Inc. Mempunyai dua pilihan desain untuk lini produk CRT (tabung sinar katoda) baru yang beresolusi tinggi untuk stasiun kerja CAD-nya. Ramalan penjualan selama siklus hidup CRT adalah 100.000 unit. Piliahn desain A memiliki kemungkinan sebesar 0,90 untuk menghasilkan 59 CRT yang baik per 100 unit produk dan kemungkinan sebesar 0,10 untuk menghasilkan 64 CRT yang baik per 100 unit produk. Biaya desain ini adalah $1.000.000. Pilihan desain B memiliki kemungkinan sebesar 0,80 untuk menghasilkan 64 CRT yang baik per 100 unit produk, dan kemungkinan sebesar 0,20 untuk menghasilkan 59 CRT yang baik per 100 unit produk. Biaya desain ini adalah $1.350.000. Baik buruknya setiap CRT akan membutuhkan modal $75. setiap CRT yang baik akan dijual seharga $150. CRT yang buruk akan dihancurkan dan tidak memiliki nilai sisa. Asumsi, disini kita mengabaikan biaya pembuangan pada permasalahan ini.
Jawaban Solusi : Kita menggambarkan pohon keputusan untuk mewakili dua keputusan dan kemungkinan yang terkait dengan setiap keputusan. Kemudian, kita menetapkan tingkat pengembalian yang berkaitan dengan setiap cabang. Pohon yang dihasilkan digambarkan sebagai berikut. Untuk desain A. EMV (desain A) = (0,9)($350.000) + (0,1)($1.100.000) = $425.000 Untuk (desain B) = (0,8)($750.000) + (0,2)($0) = $600.000 Jadi, tingkat pengembalian tertinggi adalah desain B dengan nilai $600.000.
Jawaban
3. Berapa yang harus diproduksi ? Pertanyaan ??? 3. Berapa yang harus diproduksi ? a. Menggunakan pendekatan mikroekonomi b. Dengan menggunakan pendekatan BEP c. Menggunakan Pendekatan Forecasting (Peramalan)
Contoh Penerapannya Dalam Konsep Ekonomi: Efek Pengenaan Pajak Penjualan Pada umumnya bila suatu komoditas dikenakan pajak penjualan maka harga yang diterima konsumen akan menjadi lebih mahal (tinggi) daripada harga sebelum komoditas tersebut terkena pajak. Jika fungsi penawaran barang dari produsen adalah P=f(Q), maka kalau pemerintah mengenakan pajak penjualan sebesar Rp T,- per unit barang yang ditawarkan produsen tersebut, maka fungsi penawaran (fungsi harga) produsen tersebut menjadi: P =f(Q) + T dimana P = harga/ unit; Q =jumlah yang ditawarkan dan T = pajak penjualan per unit barang
Bila produsen tidak dikenakan pajak penjualan maka titik keseimbangan pasar terjadi di Eo dengan jumlah dan harga sebesar Qo dan Po. Bila produsen tersebut dikenakan pajak penjualan Rp T,-/unit maka titik keseimbangan sekarang di E1 dengan jumlah dan harga sekarang sebesar Q1 dan P1. Adanya pajak penjualan tersebut telah menaikkan harga jual dari Po ke P1 sehingga Q keseimbangan berkurang dari Qo menjadi Q1.
Contoh: 1. Pasar barang X memiliki fungsi permintaan dan penawaran pasar sebagai berikut: Fungsi Permintaan (Dd) : P = 28 – 1,6Q Fungsi Penawaran (Ss) : 2P = 1,6Q + 8 atau P = 4 + 0,8Q Maka harga keseimbangan pasar dan jumlah keseimbangan pasar dapat dicari sebagai berikut: Permintaan = Penawaran 28 – 1,6Q = 4 + 0,8Q 28 – 4 = 2,4Q Q = 10 Pada Q = 10 maka P = 28 – 1,6 (10) = 12 Jadi pada kondisi keseimbangan pasar barang X memiliki tingkat harga keseimbangan Rp 12,- per unit dan jumlah keseimbangannya 10 unit. Sekarang bila produsen barang X tersebut dikenai pajak penjualan sebesar Rp 2,40 perunitnya maka fungsi penawaran setelah pajak berubah menjadi: P = 0,8Q + 4 + 2,40 atau P = 6,40 + 0,8Q
maka keseimbangan pasar barang X setelah pajak adalah : Permintaan = Penawaran atau 28 – 1,6Q = 0,8Q + 6,40 21,60 = 2,4Q Q = 9 dan P = 13,6 Setelah produsen tersebut dikenai pajak penjualan maka harga keseimbangan pasar naik dari Rp 12 jadi Rp 13,6; sementara jumlah keseimbangan turun dari 10 unit menjadi 9 unit. Konsumen menanggung beban pajak penjualan sebanyak : = kenaikan harga X jmlhbarang stlh pajak = (13,6 – 12)x9 = Rp 14,40. Pajak yang diterima pemerintah dari produsen: adalah = pajak penjualan X jmlh brg stlh pjk = Rp 2,40 x 9 = Rp 21,60. Jadi sebenarnya beban pajak yang ditanggung produsen adalah: Rp (21,60 – 14,40) = Rp 7,20.
Efek Pemberian Subsidi Penjualan Bila produsen diberi subsidi penjualan oleh pemerintah maka kemampuan efektif dari produsen tersebut dalam melakukan penawaran barang yang dijualnya akan meningkat. Oleh karena itu harga barang bersubsidi akan lebih murah daripada barang yang tidak bersubsidi. Jika fungsi penawaran produsen: P = a + mQ dan bila pemerintah memberi subsidi penjualan Rp s,- per unit barang yang ditawarkan Maka fungsi penawaran produsen setelah subsidi adi: P= a + mQ-s dimana P = harga/ unit; Q = jumlah barang yg ditawarkan s = subsidi per unit barang
Contoh: Pasar barang X memiliki fungsi permintaan dan penawaran pasar sebagai berikut: Fungsi Permintaan (Dd) : P = 28 – 1,6Q Fungsi Penawaran (Ss) : 2P = 1,6Q + 8 atau P = 4 + 0,8Q Bila produsen barang tersebut diberikan subsidi oleh pemerintah sebesar Rp 1,20 maka fungsi penawaran setelah subsidi adalah : P = f(Q) – S atau P = 0,8Q + 4 – 1,20. Maka keseimbangan pasar setelah adanya subsidi adalah: Permintaan = Penawaran 28 – 1,6Q = 0,8Q + 4 – 1,20 sehingga diperoleh Q = 10,5 dan P = 11,2. Jadi setelah adanya subsidi penjualan kepada produsen X sebesar Rp 1,20 perunit X yang dijual maka harga keseimbangan sekarang turun dari Rp 12,- perunit menjadi Rp 11,2,- dan kuantitas keseimbangan naik dari 10 unit menjadi 10,5 unit.
2) Sebuah produk mempunyai fungsi biaya : TC = a + mQ Dimana: a = TFC dan m = AVC, sehingga TC = TFC + AVC(Q) Jika biaya tetap (TFC) sebesar Rp 6000 dan biaya variabel perunitnya (AVC) sebesar Rp 20,- maka fungsi biaya totalnya (TC ) menjadi: TC = 6000 + 20Q Bila produk tersebut dijual seharga Rp 40,- perunitnya maka kondisi Break Even perusahaan tercapai pada saat: TR = TC dimana: TR = P.Q 40Q = 6000 + 20Q 40Q – 20Q = 6000 20 Q = 6000 maka Q = 300 Sekarang bila biaya variabel perunitnya naik Rp 5,- maka fungsi biaya totalnya (TC ) adalah : TC’ = 6000 + (20 + 5)Q atau TC = 6000 + 25Q. Kondisi break even setelah adanya kenaikan biaya variabel adalah: TR = TC’ 40Q = 6000 + 25Q 40Q – 25Q = 6000 15Q = 6000 maka Q = 400
Jadi kenaikan biaya variabel perunit sebesar Rp 5,- pada harga jual yang tetap Rp 40,-, maka untuk mencapai kondisi break even perusahaan harus memproduksi jumlah output lebih banyak atau jumlah produksi harus ditingkatkan dari 300 menjadi 400 unit.