Kompleksitas Algoritma Mengukur efisiensi sebuah Algoritma
Pendahuluan Sebuah masalah dapat memiliki beberapa algoritma penyelesaian. Misalnya untuk pengurutan (sort) Sebuah algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus efisien (mangkus) Kemangkusan algoritma diukur dari waktu (time) eksekusi algoritma dan kebutuhan ruang (space) memori
Algoritma yang mangkus adalah algoritma yang meminimumkan kebutuhan ruang dan waktu Kebutuhan waktu dan ruang suatu algoritma bergantung pada ukuran masukan (n), yang menyatakan jumlah data diproses Kemangkusan algoritma dapat digunakan untuk menilai algoritma yang bagus dari sejumlah algoritma penyelesaian masalah.
Model Perhitungan Kebutuhan Waktu Menghitung kebutuhan waktu algoritma dengan mengukur waktu sesungguhnya (dalam satuan detik) ketika algoritma dieksekusi oleh komputer bukan cara yang tepat. Alasan: 1. Setiap komputer dengan arsitektur berbeda mempunyai bahasa mesin yang berbeda waktu setiap operasi antara satu komputer dengan komputer lain tidak sama. 2. Compiler bahasa pemrograman yang berbeda menghasilkan kode mesin yang berbeda waktu setiap operasi antara compiler dengan compiler lain tidak sama.
Besaran yang dipakai untuk menerangkan model abstrak pengukuran waktu/ruang disebut dengan kompleksitas algoritma Ada 2 jenis kompleksitas algoritma yaitu Kompleksitas waktu T(n), diukur dari jumlah tahapan komputasi yang dibutuhkan untuk menjalankan algoritma sebagai fungsi dari ukuran masukan n Kompleksitas ruang S(n), diukur dari memori yang digunakan oleh struktur data yang terdapat di dalam algoritma sebagai fungsi dari ukuran masukan n
Ukuran masukan (n): jumlah data yang diproses oleh sebuah algoritma. Contoh: Algoritma pengurutan 1000 elemen larik, maka n=1000 Algoritma perkalian 2 buah matriks berukuran 50 x 50, maka n = 50 Dalam praktek perhitungan kompleksitas, ukuran masukan dinyatakan sebagai variabel n saja
Contoh
Kompleksitas Waktu Jumlah tahapan komputasi dihitung dari berapa kali suatu operasi di dalam sebuah algoritma sebagai fungsi ukuran masukan Di Dalam sebuah algoritma, terdapat bermacam jenis operasi, misalnya: Operasi baca tulis Operasi aritmatika Operasi pengisian nilai Operasi pengaksesan elemen larik Operasi pemanggilan fungsi/prosedur Dalam praktek, kita hanya menghitung jumlah operasi khas (tipikal) yang mendasari suatu algoritma
Contoh : algoritma untuk menghitung perpangkatan dua bilangan f(x,y)= xy def pangkat(x, y): hasil = 1 for i in range(0, y): hasil = x * hasil return hasil
Pada dasarnya yang kita lakukan pada kode di atas adalah mengkalikan x dengan dirinya sendiri sebanyak y kali, dan menyimpan hasil kali tersebut di dalam variabel hasil. Baris hasil = x * hasil melakukan perkalian x dengan dirinya sendiri, dan perulangan dilakukan untuk memastikan baris ini dijalankan sebanyak y kali
Y Proses Jml Langkah 1 2 + 1 3 10 2 + 10 12 100 2 + 100 102 1000 2 + 1000 1002 10000 2 + 10000 10002 Semakin meningkatnya jumlah y, semakin nilai 2 yang ditambahkan menjadi tidak relevan.
Semakin besar nilai Y, jml eksekusi semakin besar, jadi bayangkan jika jml eksekusi yg diperlukan Y2 Jml Langkah (Y) Jml Langkah (Y2) 1 10 100 10000 1000 1000000 100000000
Contoh operasi khas di dalam algoritma Algoritma pencarian di dalam larik Operasi khas: perbandingan elemen larik Algoritma pengurutan Operasi khas: perbandingan elemen dan pertukaran elemen Algoritm penjumlahan 2 buah matriks Operasi khas: penjumlahan Algoritma perkalian 2 buah matriks Operasi khas: perkalian dan penjumlahan
Tinjau algoritma menghitung rerata sebuah larik. sum 0 for i 1 to n do sum sum + a[i] endfor rata_rata sum/n Operasi yang mendasar pada algoritma tersebut adalah operasi penjumlahan elemen-elemen ai (yaitu sumsum+a[i]) yang dilakukan sebanyak n kali. Kompleksitas waktu: T(n) = n.
Kompleksitas waktu dibedakan atas tiga macam: Tmax(n): Kompleksitas waktu untuk kasus terburuk (worst case) kebutuhan waktu maksimum Tmin(n): Kompleksitas waktu untuk kasus terbaik (best case) kebutuhan waktu minimum Tavg(n): Kompleksitas waktu untuk kasus rata-rata (average case) kebutuhan waktu secara rata-rata
Jumlah operasi perbandingan elemen tabel: 1. Kasus terbaik: ini terjadi bila a1 = x Tmin(n) = 1 2. Kasus terburuk: bila an = x atau x tidak ditemukan. Tmax(n) = n 3. Kasus rata-rata: Jika x ditemukan pada posisi ke-j, maka operasi perbandingan (ak = x) akan dieksekusi sebanyak j kali.
Notasi Asimtotik Perhitungan pertumbuhan fungsi seperti yang kita lakukan sebelumnya sangat krusial dalam menghitung efisiensi sebuah algoritma Penulisan fungsi pertumbuhan dilakukan dengan menggunakan notasi asimtotik
Jenis Notasi Asimtotik Keadaan terbaik (best case) Dilambangkan dengan notasi (...) dibaca Theta Keadaan rata-rata (average case) Dilambangkan dengan notasi (...) dibaca Omega Keadaan terburuk (worst case) Dilambangkan dengan notasi O(...) dibaca Big-O
Kinerja sebuah algoritma biasanya diukur dengan menggunakan patokan keadaan terburuk (worst case) yang dinyatakan dengan Big-O. Big-O dipilih karena merupakan notasi yang paling populer dan paling banyak digunakan pada kalangan peneliti ilmu komputer Fungsi Big-O Nama O(1) Konstan O(Log n) Logaritmik O(n) Linier O(n log n) n log n O(n2) Kuadratik O(nm) Polinomial O(n!) Faktorial
O(1), Konstan Sebuah algoritma yang memiliki kompleksitas konstan tidak bertumbuh berdasarkan ukuran dari data atau masukan yang diterima algoritma tersebut. Bahkan, algoritma dengan kompleksitas ini tidak akan bertumbuh sama sekali. Berapapun ukuran data atau masukan yang diterima, algoritma dengan kompleksitas konstan akan memiliki jumlah langkah yang sama untuk dieksekusi
void add_list(node *anchor, node *new_list) { new_list->next = anchor->next; anchor->next = new_list; } untuk menambahkan elemen baru ke dalam linked list tidak memerlukan perulangan, percabangan, ataupun banyak langkah
O(log n): Kompleksitas Logaritmik Algoritma dengan kompleksitas logaritmik merupakan algoritma yang menyelesaikan masalah dengan membagi-bagi masalah tersebut menjadi beberapa bagian, sehingga masalah dapat diselesaikan tanpa harus melakukan komputasi atau pengecekan terhadap seluruh masukan
def binary_search(lst, search): lower_bound = 0 upper_bound = len(lst) - 1 while True: if upper_bound < lower_bound: print("Not found.") return -1 i = (lower_bound + upper_bound) // 2 if lst[i] < search: lower_bound = i + 1 elif lst[i] > search: upper_bound = i - 1 else: print("Element " + str(search) + " in " + str(i)) return 0
Langkah yang akan selalu dieksekusi pada awal fungsi, yaitu inisialisasi lower_bound dan upper_bound: 2 langkah. Pengecekan kondisi while (pengecekan tetap dilakukan, walaupun tidak ada perbandingan yang dijalankan): 1 langkah. Pengecekan awal (if upper_bound < lower_bound): 1 langkah. Inialisasi i: 1 langkah. Pengecekan kondisi kedua (if lst[i] < search: ...), kasus terburuk (masuk pada else dan menjalankan kode di dalamnya): 4 langkah.
Setelah melalui langkah kelima, jika elemen belum ditemukan maka kita akan kembali ke langkah kedua. Perhatikan bahwa sejauh ini, meskipun elemen belum ditemukan atau dianggap tidak ditemukan, kita minimal harus menjalankan 2 langkah dan pada setiap perulangan while kita menjalankan 7 langkah. Sampai di titik ini, model matematika untuk fungsi Big-O yang kita dapatkan adalah seperti berikut: f(n)=2+7(jumlah perulangan)
Pertanyaan berikutnya, tentunya adalah berapa kali kita harus melakukan perulangan? Berhentinya kondisi perulangan ditentukan oleh dua hal, yaitu: Kondisi upper_bound < lower_bound, dan Pengujian apakah lst[i] == search, yang diimplikasikan oleh perintah else. Perhatikan juga bagaimana baik nilai upper_bound maupun lower_bound dipengaruhi secara langsung oleh i, sehingga dapat dikatakan bahwa kunci dari berhentinya perulangan ada pada i
i = (lower_bound + upper_bound) / 2 Melalui baris kode ini: i = (lower_bound + upper_bound) / 2 Terlihat bahwa pada setiap iterasinya nilai i dibagi 2, sehingga untuk setiap iterasinya kita memotong jumlah data yang akan diproses (n) sebanyak setengahnya.
Sejauh ini kita memiliki model matematika seperti berikut (konstanta 2 dihilangkan karena tidak berpengaruh): Jika diturunkan lebih lanjut
kita ketahui kondisi dari pemberhentian perulangan adalah ketika sisa elemen list adalah 1 Artinya : Sehingga dapat dikatakan bahwa binary search memiliki kompleksitas Atau sederhananya
O(n): Kompleksitas Linear Algoritma dengan kompleksitas linear bertumbuh selaras dengan pertumbuhan ukuran data. Maka algoritma ini memerlukan 10 langkah untuk menyelesaikan kalkulasi data berukuran 10, dan ia akan memerlukan 100 langkah untuk data berukuran 100
Contoh lain dari algoritma dengan kompleksitas linear adalah linear search Linear search melakukan pencarian dengan menelusuri elemen-elemen dalam list satu demi satu, mulai dari indeks paling rendah sampai indeks terakhir
def linear_search(lst, search): for i in range(0, len(lst)): if lst[i] == search: print("Nilai ditemukan pada posisi " + str(i)) return 0 print("Nilai tidak ditemukan.") return -1
Dengan menggunakan cara perhitungan yang sama pada perhitungan pangkat, kita bisa mendapatkan jumlah eksekusi kode seperti berikut (dengan asumsi n = len(lst)): Sehingga nilai kompleksitas dari linear search adalah (5 + n) Atau ditulis O(n)
O(n log n) Algoritma dgn kompleksitas (n log n) memiliki cara perhitungan yang sangat mirip dengan algoritma (log n). Pada dasarnya algoritma kelas ini merupakan algoritma log n yang dijalankan sebanyak n kali.
Contoh kasus misalkan kita diminta untuk mencari sepasang bilangan di dalam sebuah list yang jika ditambahkan akan bernilai 0. Asumsikan list yang diberikan sudah terurut.
Salah satu solusi yang paling sederhana ialah dengan menelusuri seluruh list, satu demi satu (kompleksitas: n) lalu mencari elemen yang bernilai invers dari elemen sekarang menggunakan binary search (kompleksitas: log n).
def zero_sum(lst): n = len(lst) for i in range(0, n): j = binary_search(lst, -1 * lst[i]) if j > i: n1 = str(lst[i]) n2 = str(lst[j]) print("Zero sum: " + n1 + " and " + n2 + "\n")
Perhatikan bagaimana kita melakukan binary search sebanyak n kali, sehingga secara sederhana kompleksitas yang akan kita dapatkan adalah n∗log n=n log n.
O(nm): Kompleksitas Polinomial Algoritma dengan kompleksitas polinomial merupakan salah satu kelas algoritma yang tidak efisien, karena memerlukan jumlah langkah penyelesaian yang jauh lebih besar daripada jumlah data
def kali(a, b): res = 0 for i in range(a): for j in range(b): res += 1 return res
Algoritma di atas melakukan perkalian antara a dan b, dengan melakukan penambahan 1 sebanyak b kali, yang hasilnya ditambahkan sebanyak a kali. Mengabaikan dua langkah, yaitu awal (res = 0) dan akhir (return res) kode, kita dapat melihat total langkah yang diperlukan oleh perulangan bersarang yang ada seperti berikut:
Total langkah karena pada setiap iterasi kita harus menjalankan kode for i in range(b), maka dapat dikatakan kompleksitas dari kode di atas adalah a * b, Jika harga a = b maka kompleksitasnya adalah a2 Dengan bentuk umum nm dengan m=2
Perbandingan Pertumbuhan Seluruh Kompleksitas n log n n log n
Kesimpulan Pengembangan algoritma idealnya diusahakan mendapatkan kompleksitas O(1) atau O(logn). Tetapi pada kenyataannya kita tidak akan selalu mendapatkan kompleksitas terbaik dalam merancang algoritma. Jika tidak dapat mencapai kompleksitas maksimal, hal terbaik yang dapat kita lakukan ketika mengembangkan solusi dari masalah adalah melihat apakah masalah yang ada dapat diselesaikan dengan algoritma yang ada terlebih dahulu, sebelum mengembangkan algoritma baru.