“Aku Tulis Pamplet Ini” Abdurrahman Ayyasy P. (16/399256/SP/27389) Antakarana Tanugraha (16/394545/SP/27151) Ika Risky Ariyanti (16/394556/SP/27162) Ken Ayu Galuh Satiti (16/399284/SP/27417) Muhammad Irsyad Abrar (16/399296/SP/27442) Nurul Vieda Saraswati (16/394566/SP/27172) Ully Shara Tobing (16/399309/SP/27442)
W. S. Rendra (1935-2009) Dikenal sebagai salah satu legenda paling berpengaruh dalam dunia Sastra Indonesia. Seorang sastrawan sejati; mahir dalam bidang puisi dan drama. Alumni Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Aktif 'menyentil' pemerintahan Orde Baru melalui karya-karyanya. Pada tahun 1967, mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta, lalu pindah ke Depok, Jabar pada tahun 1985. Tahun 1979 sempat ditahan selama 9 bulan saat membaca puisi di Taman Ismail Marzuki.
AKU TULIS PAMPLET INI Karya: W. S. Rendra
Aku tulis pamplet ini karena lembaga pendapat umum ditutupi jaring labah-labah Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk, dan ungkapan diri ditekan menjadi peng iya an
Apa yang terpegang hari ini bisa luput besok pagi Ketidakpastian merajalela. Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki menjadi marabahaya menjadi isi kebon binatang
Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi, maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan. Tidak mengandung perdebatan Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan
Aku tulis pamplet ini karena pamplet bukan tabu bagi penyair Aku inginkan merpati pos. Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.
Aku tidak melihat alasan kenapa harus diam tertekan dan termangu Aku tidak melihat alasan kenapa harus diam tertekan dan termangu. Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar. Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.
Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran? Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan. Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.
Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api. Rembulan memberi mimpi pada dendam. Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah
yang teronggok bagai sampah Kegamangan. Kecurigaan. Ketakutan. Kelesuan
Aku tulis pamplet ini karena kawan dan lawan adalah saudara Di dalam alam masih ada cahaya. Matahari yang tenggelam diganti rembulan. Lalu besok pagi pasti terbit kembali. Dan di dalam air lumpur kehidupan, aku melihat bagai terkaca : ternyata kita, toh, manusia !
SUDUT PANDANG KONFLIK Konflik tidak selamanya berdampak negatif. Konflik dapat membentuk persatuan dan kesatuan bangsa.