SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Teknik Komunikasi Data Digital
Advertisements

MULTIPLEXING.
Sistem Transmisi Kecepatan Tinggi
Pertemuan 7 Sistem Telepon
Pertemuan ke-3 Perkuliahan Komunikasi Data
JENIS & METODE TRANSMISI
William Stallings Komunikasi Data dan Komputer
Broadband Integrated Services Digital Networks (B-ISDN)
Pertemuan 11 Komunikasi data.
Prinsip-prinsip switching pada jaringan telekomunikasi
William Stallings Komunikasi Data dan Komputer Edisi ke 7
TOPOLOGI JARINGAN STD week3.
SIGNALING.
TOPOLOGI JARINGAN KOMPUTER
Multiplexing Tutun Juhana KK Teknik Telekomunikasi
FDDI ( Fiber Distributed Data Interface )
Oleh : Muhammad Risal, S.Kom, MT.
Data Link Layer BAB 3.
5. Overhead Suatu overhead dapat dibandingkan dengan tanda terima suatu parsel yang berisi informasi tentang isi, kondisi, tipe, tanggal pos, berat dsb,
Technology Switching Network
PDH Plesiochronous Digital Hierarchy
Telekomunikasi, Jaringan dan Internet
KOMUNIKASI DATA.
Pertemuan 13. Pengantar Komputer A Minggu ke BAHASA PEMROGRAMAN  Bahasa Mesin ; Assembler  Bahasa Tingkat Tinggi - Menggunakan Compiler sebagai.
KOMUNIKASI DATA SAHARI 7. Multiplexing.
Jaringan KOmputer dan Komunikasi Data
Synchronous Optical Network (SONET)
MULTIPLEXER.
Oleh : Muhammad Risal, S.Kom, MT.
PERTEMUAN KE-14 PERKULIAHAN KOMUNIKASI DATA
Synchronous Optical Network (SONET)
TEKNOLOGI JARINGAN KECEPATAN TINGGI
MULTIPLEXING Kelompok 3 ACHMAD DARMADI EDID TRIATI
Struktur kanal Bit SDH Komponen berikut disediakan untuk pemonitoran kecepatan error bit di jaringan SDH.
(UTILISASI BANDWIDTH MULTIPLEKS DAN SPREADING)
Jaringan Akses PSTN TT 1122 PENGANTAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro – Institut Teknologi Telkom.
SISTEM KOMUNIKSAI DIGITAL
Gigabit Passive Optical Networks (GPON)
DASAR KOMUNIKASI DATA.
ET2080 JARINGAN TELEKOMUNIKASI
PENGANTAR TELEKOMUNIKASI S. Indriani L, M.T
Oleh : Danny Kurnianto,S.T.,M.Eng.
Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi
TEKNIK SWITCHING Irawan Afrianto.
Common Channel Signalling
MULTIPLEXING Ahmad Fali Oklilas, Jurusan Sistem Komputer fakultas ilmu komputer universitas sriwijaya.
Pengantar Sistem Telekomunikasi
Transmisi data digital
Multiplexing.
Pertemuan 4 Konsep Jaringan Komputer
FUNGSI DAN PROSES KERJA JARINGAN TELEKOMUNIKASI
LAYER FISIK.
PROTOCOL KOMUNIKASI DATA
Referensi OSI (Open System Interconection )
Multiplexing.
Multiplexing & Digital Transmission
Multiplexing.
Multiplexer VSAT Microwave RADIO
SISTEM PCM 30 PADA KOMUNIKASI SERAT OPTIK di PT
TEKNOLOGI JARINGAN KECEPATAN TINGGI
Modul 1b Pengantar Telekomunikasi
Bab II Media Transmisi & Diteksi dan Koreksi Kesalahan
SDH dan SONET Levy Olivia, MT SDH = Synchronous Digital Hierarchy
Jaringan KOmputer dan Komunikasi Data
Materi Perkembangan dari Komunkasi data Jenis dan sumber data
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA
Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi
“Optic Time Division Multipexing (OTDM)”
KOMUNIKASI DATA MULTIPLEXING.
PROTOCOL KOMUNIKASI DATA
Transcript presentasi:

SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY MULTIPLEX SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (SDH)

HIERARCHY DAN FUNGSI

HIERARCHY MULTIPLEX SDH STM-N AU-4 AUG VC-4 C-4 AU-3 VC-3 TUG-3 TU-3 C-3 TUG-2 TU-2 VC-2 C-2 TU-12 VC-12 C-12 TU-11 VC-11 C-11 xN 1x 3x 7x 4x *) Keterangan : Multiplexing Mapping Aligning ptr Pointer processing Not conformity with ETSI 139.264 kbps 34.368 kbps 44.736 kbps 6.312 kbps 2.048 kbps 1.544 kbps STM-1 Hierarchy Mux SDH yang diakui oleh ITU-T; yaitu standard ETSI dan ANSI.

HIERARCHY MULTIPLEX SDH (ANSI) xN AUG STM-1 STM-N 3x C-3 VC-3 AU-3 44.736 kbps 7x Keterangan : 1x TUG-2 C-2 VC-2 TU-2 Multiplexing 6.312 kbps Standard ANSI : a. Signal PDH 1,544 Mbps (T1) dimapping kedalam Container C-11 – Virtual Container VC-11; kemudian di aligning kedalam Tributary Unit TU-11. Selanjutnya 4 x TU-11 dimultiplexkan oleh TUG-2 menjadi satu. b. Signal PDH 6,312 Mbps (T2) dimapping kedalam Container C-2 – Virtual Container VC-2; kemudian di aligning kedalam Tributary Unit TU-2. Selanjutnya 1 x TU-2 dimultiplexkan oleh TUG-2 menjadi satu. c. 7 x Signal TUG-2 digabungkan oleh VC-3 menjadi satu. d. Signal PDH 44,736 Mbps (T3) dimapping kedalam Container C-3 – Virtual Container VC-3. e. Satu signal VC-3 di aligning kedalam Administrative Unit AU-3. f. Selanjutnya 3 x AU-3 dimultiplexkan oleh AUG menjadi satu. g. Signal AUG dimapping kedalam STM-1. h. N x STM-1 dimultiplexkan menjadi STM-N; dimana N = 4, 16, 64 dst.nya Mapping Aligning 4x Pointer processing ptr C-11 VC-11 TU-11 1.544 kbps

Hirarki sinyal SDH ETSI STM-1 AU-4 AUG VC-4 C-4 TUG-3 TU-3 VC-3 C-3 TUG-2 TU-12 VC-12 C-12 1x 7x 3x Keterangan : Multiplexing Mapping Aligning ptr Pointer processing 139.264 kbps 34.368 kbps 2.048 kbps Hirarki sinyal SDH ETSI Standard ETSI : a. Signal PDH 2,048 Mbps (E1) dimapping kedalam Container C-12 – Virtual Container VC-12; kemudian di aligning kedalam Tributary Unit TU-12. Selanjutnya 3 x TU-12 dimultiplexkan oleh TUG-2 menjadi satu. b. 7 x Signal TUG-2 digabungkan oleh TUG -3 menjadi satu. c. Signal PDH 34, 368 Mbps (E3) dimapping kedalam Container C-3 – Virtual Container VC-3; kemudian di aligning kedalam Tributary Unit TU-3. Selanjutnya 1 x TU-3 dimultiplexkan oleh TUG-3 menjadi satu. d. Selanjutnya 3 x TUG-3 dimultiplexkan oleh VC-4 menjadi satu. e. Signal PDH 139,264 Mbps dimapping kedalam Virtual Container VC-4. f. Signal VC-4 di aligning kedalam Administrative Unit AU-4. g. Satu Signal AU-4 di multiplexing kedalam Administrative Unit Group AUG. h. Signal AUG dimapping kedalam STM-1. i. N x STM-1 dimultiplexkan menjadi satu STM-N; dimana N = 4, 16, 64 dst.nya

Hirarki sinyal SDH ETSI STM-1 AU-4 AUG VC-4 C-4 1x 139.264 kbps Arah Kirim : 1. Signal PDH 139,264 Mbps (E4) dimapping kedalam Container C-4. 2. Signal SDH C-4 dimapping kedalam Virtual Container VC-4. 3. Signal VC-4 di aligning kedalam Administrative Unit AU-4. 4. Satu Signal AU-4 di multiplexing kedalam Administrative Unit Group AUG. 5. Signal AUG dimapping kedalam STM-1. Arah Terima : Signal STM-1 di demapping menjadi AUG Satu Signal Administrative Unit Group AUG di demultiplexing menjadi. AU-4 Signal Administrative Unit AU-4 di de-aligning menjadi VC-4. Signal Virtual Container VC-4 di demapping menjadi signal SDH C-4. Signal Container C-4 di demapping menjadi PDH 139,264 Mbps (E4). Hirarki sinyal SDH ETSI

Hirarki sinyal SDH ETSI 34.368 kbps 1x AUG VC-4 AU-4 STM-1 C-3 3x TUG-3 VC-3 TU-3 1x STM-1 AU-4 AUG VC-4 TUG-3 TU-3 VC-3 C-3 1x 3x 34.368 kbps Arah Kirim : Signal PDH 34,368 Mbps (E3) dimapping kedalam Container C-3. Signal SDH C-3 dimapping kedalam Virtual Container VC-3. Signal VC-3 di aligning kedalam Administrative Unit TU-3. Satu Signal TU-3 di multiplexing TUG-3 3 x TUG-3 dimultiplexkan menjadi satu oleh VC-4 VC-4 di aligning menjadi AU-4 AU-4 di multiplexkan menjadi AUG Signal AUG dimapping kedalam STM-1. Arah Terima : Signal STM-1 di demapping menjadi AUG Satu Signal AUG di demultiplexing menjadi. AU-4 Signal AU-4 di de-aligning menjadi VC-4. Signal Virtual Container VC-4 di demultiplexing menjadi 3 x TUG-3 Signal TUG-3 di demultiplexing menjadi TU-3. TU-3 di de-aligning menjadi VC-3 VC-3 di demapping menjadi signal SDH C-3. Signal Container C-3 di demapping menjadi PDH 34,368 Mbps. Hirarki sinyal SDH ETSI

Hirarki sinyal SDH ETSI TUG-3 3x 1x AUG VC-4 AU-4 STM-1 7x TUG-2 3x C-12 VC-12 TU-12 2.048 kbps 1x AUG VC-4 AU-4 STM-1 3x TUG-3 7x Arah Kirim : Signal PDH 2,048 Mbps (E1) dimapping kedalam Container C-12. Signal SDH C-12 dimapping kedalam Virtual Container VC-12. Signal VC-12 di aligning kedalam Administrative Unit TU-12. 3 x TU-12 dimultiplexing menjadi 1 x TUG-2 7 x TUG-2 di multiplexing menjadi 1 x TUG-3 3 x TUG-3 dimultiplexing menjadi satu oleh VC-4 VC-4 di aligning menjadi AU-4 AU-4 di multiplexkan menjadi AUG Signal AUG dimapping kedalam STM-1. Arah Terima : Signal STM-1 di demapping menjadi AUG Satu Signal AUG di demultiplexing menjadi. AU-4 Signal AU-4 di de-aligning menjadi VC-4. Signal Virtual Container VC-4 di demultiplexing menjadi 3 x TUG-3 Signal TUG-3 di demultiplexing menjadi 7 x TUG-2. 1 x TUG-2 di demultplexing menjadi 3 x TU-12 TU-12 di de-aligning menjadi VC-12 VC-12 di demapping menjadi signal SDH C-12. Signal Container C-12 di demapping menjadi PDH 2,048 Mbps. TUG-2 3x C-12 VC-12 TU-12 2.048 kbps Hirarki sinyal SDH ETSI

FUNGSI SDH BERFUNGSI : Mengubah sinyal bipolar PDH input pada tributary port, menjadi sinyal unipolar NRZ. Menempatkan sinyal unipolar NRZ pada containernya masing-masing : a. C-12 untuk sinyal 2048 Kbps. b. C-3 untuk sinyal 34368 Kbps c. C-4 untuk sinyal 139264 Kbps Melengkapi sinyal-sinyal C-12, C-3 dan C-4 dengan byte-byte : a. Over Head (POH), dan b. Pointer Menggabungkan sinyal-sinyal yang sudah dilengkapi dengan byte-byte Over Head dan Pointer menjadi satu deretan sinyal serial. Mengubah sinyal hasil multiplexing menjadi : a. Sinyal Bipolar CMI, untuk STM-1 yang dikirimkan melalui Radio Gelombang Mikro Digital SDH, atau melalui level SDH yang lebih tinggi. b. Sinyal dengan daya optik untuk STM-1 yang dikirmkan melalui kabel optik.

PRINSIP KERJA MULTIPLEX SDH

Gambar Mapping Sinyal PDH Kedalam Container CARA KERJA 1. Proses Mapping. a. Mapping Sinyal PDH Kedalam Container (C). Karena kapasitas container dibuat lebih besar dari pada kapasitas sinyal- sinyal PDH, maka mapping sinyal-sinyal PDH kedalam container selalu dilakukan dengan cara menambahkan bit-bit yang dibutuhkan, untuk menyamakan kapasitas sinyal-sinyal PDH dengan kapasitas container. Lihat Gambar berikut. CONTAINER (C) SINYAL PDH Cn Ditambahkan Bit-bit : - Bit stuufing tetap (R) - Bit Over Head (O) - Bit Justifikasi Opportuniity (S) - Bit Justifikasi Kontrol (C) Sinyal PDH : E1 – E3 – E4. Container (C) : C-12, C-3 dan C-4. Cn : C-12, C-3 dan C-4. Gambar Mapping Sinyal PDH Kedalam Container

VC b. Mapping Sinyal Container Kedalam Virtual Container (VC). Mapping sinyal-sinyal container (C) kedalam Virtual Container (VC) dilakukan dengan cara menambahkan bit-bit (byte) Path Over Head (POH) kedalam sinyal sinyal C. Lihat Gambar. VIRTUAL CONTAINER (VC) SINYAL C VC Ditambahkan Bit-bit (Byte) : PATH OVER HEAD (POH) Gambar Mapping Sinyal C Kedalam VC POH ini berfungsi untuk : - Mengirimkan bit-bit pengecek error - Mengirimkan indikasi sinyal, normal atau gangguan - Mengirimkan label sinyal Sinyal C : C-12, C-3 dan C-4. Virtual Container (VC) : VC-12, VC-3 dan VC-4.

a. Aligning VC Kedalam Tributary Unit (TU). 2. Proses Aligning. a. Aligning VC Kedalam Tributary Unit (TU). Proses aligning sinyal-sinyal virtual container (VC) kedalam Tribuatry Unit (TU) dilakukan dengan cara menambahkan bit-bit (byte) Pointer (PTR) kedalam sinyal sinyal VC. Proses ini berlaku untuk VC-12 dan VC-3. Lihat Gambar berikut. Tributary Unit (TU) SINYAL VC TU Ditambahkan Bit-bit (Byte) : POINTER (PTR) Gambar Aligning Sinyal VC Kedalam TU POINTER berfungsi untuk : - Mengindikasikan awal dari suatu VC - Menyamakan bit rate VC dengan bit rate TU - Mengindikasikan kondisi sinyal yang dikirimkan/diterima Sinyal VC : VC-12 dan VC-3. Tributary Unit (TU) : TU-12 dan TU-3

b. Aligning VC Kedalam Administrative Unit (AU). Proses aligning sinyal virtual container (VC) kedalam Administrative Unit (AU) dilakukan dengan cara menambahkan bit-bit (byte) Pointer(PTR) kedalam sinyal VC. Proses ini berlaku untuk VC-4. Lihat Gambar berikut. Administrative Unit -4 (AU-4) SINYAL VC-4 AU-4 Ditambahkan Bit-bit (Byte) POINTER (PTR) Gambar Aligning Sinyal VC-4 Kedalam AU-4 POINTER berfungsi untuk : - Mengindikasikan awal dari suatu VC - Menyamakan bit rate VC dengan bit rate AU - Mengindikasikan kondisi sinyal yang dikirimkan/diterima Sinyal VC : VC-4. Administrative Unit (AU) : AU-4.

Gambar Multiplexing Sinyal 3 x TU-12 menjadi TUG-2 3. Proses Multiplexing. a. Multiplexing TU Menjadi Tributary Unit Group (TUG). a). Multiplexing 3 x TU-12 Menjadi TUG-2 POH PTR 2048 kbit/s TU12 VC12 C12 POH PTR 2048 kbit/s TUG2 TU12 C12 VC12 POH PTR Multiplexing 3 x 2,048 Mbps menjadi 1x TU-12. 2048 kbit/s C12 VC12 TU12 Gambar Multiplexing Sinyal 3 x TU-12 menjadi TUG-2

Gambar Multiplexing Sinyal 1x TU-3 menjadi TUG-3 b). Multiplexing 1 x TU-3 Menjadi TUG-3 POH PTR 34368 kbit/s TUG3 TU3 C3 VC3 Multiplexing TU-3 menjadi TUG3 ditambahkan 6 fixed stuffing byte. Gambar Multiplexing Sinyal 1x TU-3 menjadi TUG-3

TUG-3 c. Multiplexing 7 x TUG-2 Menjadi TUG-3. TUG-2 1 TUG-2 2 TUG-2 3 Tributary Unit Group-3 (TUG-3) TUG-2 4 TUG-3 TUG-2 5 TUG-2 6 TUG-2 7 Gambar: Multiplexing Sinyal 7 x TUG-2 menjadi TUG-3

VC-4 b. Multiplexing 3 x TUG-3 Menjadi VC-4 TUG-3 1 Virtual Container - 4 (VC-4) TUG-3 2 VC-4 Multiplexing TUG-3 menjadi VC-4 juga ditambahkan 1 kolom POH VC-4; dan 2 kolom fixed stuffing byte. TUG-3 3 Gambar Multiplexing Sinyal 3 x TUG-3 menjadi VC-4

AUG c.Multiplexing 1 x AU-4 Menjadi AUG Administrative Unit Group (AUG) AUG AU-4 Multiplexing AU-4 menjadi AUG tidak terjadi penambahan apapun; jadi AU-4 dengan AUG sama persis. Gambar Multiplexing 1 x AU-4 menjadi AUG

STM-1 d. Mapping AUG Menjadi STM-1 Synchronous Transport Modul - 1 (STM-1) STM-1 AUG Mapping AUG kedalam STM-1 ditambahkan : 1. 3 x 9 byte RSOH. 2. 5 x 9 byte MSOH. Gambar Multiplexing 1 x AUG menjadi STM-1

Gambar Multiplexing Sinyal 4 x STM-1 menjadi STM-4 e. Multiplexing 4 x STM-1 Menjadi STM-4 STM-1 1 STM-1 2 STM-4 STM-4 STM-1 3 STM-1 4 Gambar Multiplexing Sinyal 4 x STM-1 menjadi STM-4

STM-16 f. Multiplexing 16 x STM-1 Menjadi STM-16. STM-1 1 STM-1 4 5 STM-1 8 STM-16 Gambar Multiplexing 16 x STM-1 menjadi STM-16 STM-16 STM-1 9 STM-1 12 STM-1 13 STM-1 16

Gambar Multiplexing Sinyal 4 x STM-4 menjadi STM-16 g. Multiplexing 4 x STM-4 Menjadi STM-16 STM-4 1 STM-4 2 STM-16 STM-16 STM-4 3 STM-4 4 Gambar Multiplexing Sinyal 4 x STM-4 menjadi STM-16

Kapasitas Bit Dalam Setiap Tingkatan Proses SDH PDH T1 E1 T2 E3 E4 Size (bytes) 24 32 99 537 2176 Bit rate (Kbit/s) 1544 2048 6312 34368 139264 Container C-11 C-12 C-2 C-3 C-4 Size (bytes) 25 34 106 756 2340 Bit rate (Kbit/s) 1600 2176 6784 48384 149760 Virtual Container VC-11 VC-12 VC-2 VC-3 VC-4 Size (bytes) 26 35 107 765 2349 Bit rate (Kbit/s) 1664 2240 6848 48960 150336 Tributary Unit TU-11 TU-12 TU-2 TU-3 Size (bytes) 27 36 108 768 Bit rate (Kbit/s) 1728 2304 6912 49152 Tributary Unit Group TUG-2 TUG-3 Size (bytes) 108 774 Bit rate (Kbit/s) 6912 49536 Administrative Unit AU-3 AU-4 Size (bytes) 786 2358 Bit rate (Kbit/s) 50304 150912 Administr. Unit Group AUG Size (bytes) 2358 Bit rate (Kbit/s) 150912

4. Tiga Cara Untuk Membentuk STM-1. Sesuai dengan penjelasan diatas, untuk membentuk sinyal STM-n1 dapat ditempuh melalui 3 cara; yaitu : a. STM-1 dibentuk dari sinyal PDH 2048 Kbit/s. b. STM-1 dibentuk dari sinyal PDH 34368 Kbit/s. c. STM-1 dibentuk dari sinyal PDH 139264 Kbit/s.

a. Pembentukan sinyal 2048 Kbit/s menjadi STM-1 270 RSOH AU-4 AU-4 PTR 1 86 TUG-3 #1 MSOH J1 H1 B3 H2 TUG-3 #2 C2 H3 H1 1 84 TUG-3 #3 G1 H2 F2 R R H3 N P I TUG-2 #1 AUG H4 #2 Z3 R Ptr #3 Ptr #4 Ptr #5 Z4 R R Ptr #6 Ptr #7 Z5 Ptr Ptr TU-12 #1 R Ptr #2 Ptr #3 byte-interleaving Ptr VC-12 1 4 POH 1. PDH E1 di mapping kedalam C-12. 2. C-12 dimapping kedalam VC-12. 3. VC-12 di aligning kedalam TU-12. 4. 3 x TU-12 di gabungkan menjadi 1 x TUG-2. 5. 7 X TUG-2 digabungkan menjadi 1 x TUG-3: karena TUG-3 membawa TUG-2, maka muncul NPI pada posisi pointer TU-3 6. 3 X TUG-3 digabungkan menjadi 1 x VC-4. dengan ditambahkan 1 kolom VC-4 POH dan 2 kolom Fixed Stuffing byte. 7. VC-4 di aligning menjadi AU-4; ditambahkan 1 baris (9byte) AU-4 pointer. 8. AU-4 di multiplexkan menjadi AUG. 9. AUG di mapping menjadi STM-1; dengan menambahkan SOH. byte-interleaving C-12 C-12 2048 Kb/s byte-interleaving

b. Pembentukan sinyal 34368 Kbit/s menjadi STM-1 270 RSOH AU-4 AU-4 PTR 1 86 MSOH J1 H1 TUG-3 #1 B3 H2 C2 H3 G1 H1 TUG-3 #2 F2 R R H2 AUG H4 H3 Z3 R H1 TUG-3 #3 TU-3 PTR Z4 H2 R VC-3 Z5 H3 1 85 J1 R B3 C2 byte-interleaving G1 C-3 F2 34368 Kb/s H4 1. PDH E3di mapping kedalam C-3. 2. C-3 dimapping kedalam VC-3. 3. VC-3 di aligning kedalam TU-3. 4. 1 x TU-3 di gabungkan menjadi 1 x TUG-3, terjadi penambahan 6 fixed stuffing byte. 5. 3 X TUG-3 digabungkan menjadi 1 x VC-4. dengan ditambahkan 1 kolom VC-4 POH dan 2 kolom Fixed Stuffing byte. 7. VC-4 di aligning menjadi AU-4; ditambahkan 1 baris (9byte) AU-4 pointer. 8. AU-4 di multiplexkan menjadi AUG. 9. AUG di mapping menjadi STM-1; dengan menambahkan SOH. Z3 Z4 Z5

c. Pembentukan 139264 Kbit/s menjadi STM-1 270 9 261 AU-4 RSOH 260 1 J1 AU-4 PTR B3 9 C2 G1 MSOH C-4 F2 139264 Kb/s H4 Z3 Z4 Z5 STM-1 1. PDH E4di mapping kedalam C-4. 2. C-4 dimapping kedalam VC-4. 3. VC-4 di aligning kedalam AU-4. 4. AU-4 di multiplexkan menjadi AUG. 5. AUG di mapping menjadi STM-1; dengan menambahkan SOH. VC-4 POH VC-4

RINGKASAN HIERARCHY MULTIPLEX SDH RSOH PTR x n x 1 POH + fixed byte STM-n AUG AU4 VC4 MSOH TUG3 TUG3 TUG3 fixed byte TUG2 TUG2 PTR POH C Container VC Virtual Container TU Tributary Unit TUG Tributary Unit Group AU Administrative unit AUG Administrative Unit group STM Synchronous Transport Module Pointer Processing TU12 VC12 C12 2048 kbit/s Multiplexing PTR POH Aligning 3 x sinyal PDH E1 di mapping kedalam C-12 – VC-12 – di aligning kedalam TU-12 – di multiplexing oleh TUG-2 menjadi satu. 7 x TUG-2 dimultiplexing oleh TUG-3 menjadi satu. 3 x TUG-3 dimultiplexing oleh VC-4 menjadi 1. VC-4 di aligning kedalam AU-4. AU-4 di multiplexkan menjadi AUG. AUG di mapping menjadi STM-1; dengan menambahkan SOH. Mapping TU12 VC12 C12 2048 kbit/s PTR POH TU12 VC12 C12 2048 kbit/s Divlat Telkom 1998

STRUKTUR FRAME DAN BIT RATE STM-N

STRUKTUR FRAME DAN BIT RATE STM – 1. Frame STM-1 : 1). Kapasitas sebesar 9 baris x 270 kolom = 2.430 byte. 2). Bit Rate STM-1 sebesar 2430 byte x 64 kbit/s = 155,520 Mbit/s 3). Interval waktu untuk setiap Frame sebesar 125 ms atau Frekuensi pengulangan setiap Frame sebesar 8.000 Hz. 4). Prinsip pengirimannya adalah byte-per-byte, mulai dari byte (kolom) pertama baris pertama; sampai dengan byte (kolom) terakhir baris terakhir.

Gambar Struktur Frame STM-1 : 270 Columns 1 9 1 261 1 2 3 4 5 6 7 8 9 RSOH AU POINTER PAYLOAD MSOH Struktur Frame STM-1 terdiri dari : 270 kolom dan 9 baris. Baris ke-1 s/d baris ke-3, kolom 1 – 9 untuk RSOH : Regenerator Section Overhead. Baris ke-4 kolom 1 – 9 untuk AU-4 Pointer. Baris ke-5 s/d baris ke-9, kolom 1 – 9 untuk MSOH : Multiplex Section Overhead. Baris ke-1 s/d baris ke-9, kolom 10 – 270 untuk Payload : Area untuk memuat sinyal informasi ( sinyal PDH E1, E3 atau E4) Kapasitas transport untuk satu Byte = 64 Kbit/s Kapasitas Frame = 270 x 9 x 64 Kbit/s = 155,520 Mbit/s Perioda Pengulangan Frame = 125 us, mulai dari byte-1 (kolom-1/baris-1) s/d byte ke 2430 (kolom-270/baris-9)

2. STRUKTUR FRAME DAN BIT RATE STM – 4. Frame STM-4 : 1). Kapasitas sebesar 9 baris x 4(270) kolom = 9.720 byte; atau 2.430 byte (STM-1) x 4 = 9.720 byte, atau 9 baris x 1.080 kolom = 9.720 byte 2). Bit Rate STM-1 sebesar 9.720 byte x 64 kbit/s = 622,080 Mbit/s 3). Interval waktu untuk setiap Frame sebesar 125 ms atau Frekuensi pengulangan setiap Frame sebesar 8.000 Hz. 4). Prinsip pengirimannya adalah byte-per-byte, mulai dari byte (kolom) pertama baris pertama; sampai dengan byte (kolom) terakhir baris terakhir.

Gambar Struktur Frame STM-4 : 1 36 1 1044 1 2 3 4 5 6 7 8 9 RSOH AU POINTER PAYLOAD MSOH Struktur Frame STM-4 terdiri dari : 1080 kolom dan 9 baris. Baris ke-1 s/d baris ke-3, kolom 1 – 36 untuk RSOH : Regenerator Section Overhead. Baris ke-4 kolom 1 – 36 untuk AU-4 Pointer. Baris ke-5 s/d baris ke-9, kolom 1 – 36 untuk MSOH : Multiplex Section Overhead. Baris ke-1 s/d baris ke-9, kolom 37 – 1080 untuk Payload : Area untuk memuat sinyal informasi ( sinyal PDH E1, E3 atau E4) Kapasitas transport untuk satu Byte = 64 Kbit/s Kapasitas Frame = 1080 x 9 x 64 Kbit/s = 622,080 Mbit/s Perioda Pengulangan Frame = 125 us, mulai dari byte-1 (kolom-1/baris-1) s/d byte ke 9720 (kolom-1080baris-9).

3. STRUKTUR FRAME DAN BIT RATE STM – 16. Frame STM-16 : 1). Kapasitas sebesar 9 baris x 16(270) kolom = 38880 byte, atau 9 baris x 4(1080) kolom = 38880 byte, atau 9.720 byte (STM-4) x 4 = 38880 byte, atau 9 baris x 4.320 kolom = 38880 byte. 2). Bit Rate STM-16 sebesar 38880 byte x 64 kbit/s = 2488.320 Mbit/s 3). Interval waktu untuk setiap Frame sebesar 125 ms atau Frekuensi pengulangan setiap Frame sebesar 8.000 Hz. 4). Prinsip pengirimannya adalah byte-per-byte, mulai dari byte (kolom) pertama baris pertama; sampai dengan byte (kolom) terakhir baris terakhir.

Gambar Struktur Frame STM-16 : 1 144 1 4176 1 2 3 4 5 6 7 8 9 RSOH AU POINTER PAYLOAD MSOH Struktur Frame STM-16 terdiri dari : 4320 kolom dan 9 baris. Baris ke-1 s/d baris ke-3, kolom 1 – 144 untuk RSOH : Regenerator Section Overhead. Baris ke-4 kolom 1 – 144 untuk AU-4 Pointer. Baris ke-5 s/d baris ke-9, kolom 1 – 144 untuk MSOH : Multiplex Section Overhead. Baris ke-1 s/d baris ke-9, kolom 145 – 4320 untuk Payload : Area untuk memuat sinyal informasi ( sinyal PDH E1, E3 atau E4) Kapasitas transport untuk satu Byte = 64 Kbit/s Kapasitas Frame = 4320 x 9 x 64 Kbit/s = 2488,320 Mbit/s Perioda Pengulangan Frame = 125 us, mulai dari byte-1 (kolom-1/baris-1) s/d byte ke 38880 (kolom-4320/baris-9).

BYTE OVERHEAD DAN POINTER SETRUKTUR DAN FUNGSI BYTE OVERHEAD DAN POINTER

STRUKTUR DAN FUNGSI BYTE-BYTE OVER HEAD 1. BYTE SECTION OVER HEAD (SOH). Byte SOH yang ditambahkan ke AU-4 berfungsi : Berisi informasi frame STM-1. Informasi monitoring perfomansi section ybs. Maintenance Fungsi-fungsi operasi (seperti monitoring regenerator intermediate dan pengontrol switching proteksi). Baris 1 s/d 3 dari SOH digunakan untuk byte RSOH, baris ke-4 untuk POINTER AU-4, dan baris 5 s/d 9 digunakan untuk byte MSOH.

3 1 5 1. STM - 1 Section Over Head 9 A1 A1 A1 A2 A2 A2 C1 B1 E1 F1 D1 AU - POINTER B2 B2 B2 K1 K2 D4 D5 D6 5 D7 D8 D9 D10 D11 D12 S1 Z1 Z1 Z2 Z2 M1 E2 Dimana : A1,A2 = Framing Pattern A1 : 11110110 (3 byte) - A2 : 00101000 (3byte), tanda awal dari frame. D1-D3 = 3 x 64 Kbps = 192 kbit/s channel komunikasi data (untuk manajemen section regenerator). D4-D12 = 9 x 54 Kbps = 576 kbit/s channel komunikasi data (untuk manajemen section multiplex). C1 = J0 (section trace) E1,E2 = Order wire channels (voice), untuk komunikasi antar petugas. F1 = User channel, bisa untuk transmisi sinyal supervisi. B1 = Bit Interleaved Parity (BIP-8), untuk mengecek ada atau tidak ada error. B2 = Bit Interleaved Parity (BIP-24), untuk mengecek ada atau tidak ada error. K1,K2 = Multiplex Section Protection (MSP), bit-bit untuk sistem switching. Z1 ke-1 = Byte S1 (b5 -b8), untuk Status Synchronisasi. Z1 ke-2 dan 3 = Spare Z2 ke-1 dan 2 = Spare Z2 ke-3 = Byte M, untuk Status FEBE Multiplex Section (MS-FEBE).

2. STM-4 Section Over Head P O I N T E R 4 x A U 4 Z2 B1 E1 F1 D1 D2 K1 K2 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10 D11 D12 Dimana : A1,A2 = Framing Pattern A1 : 11110110 (12 byte) - A2 : 00101000 (12 byte), tanda awal dari frame. D1-D3 = 3 x 64 Kbps = 192 kbit/s channel komunikasi data (untuk manajemen section regenerator). D4-D12 = 9 x 54 Kbps = 576 kbit/s channel komunikasi data (untuk manajemen section multiplex). C1 (4 byte) = Untuk indikasi STM-1 (STM-1#1, STM-1#2, STM-1#3, STM-1#4 pada STM-n) E1,E2 = Order wire channels (voice), untuk komunikasi antar petugas. F1 = User channel, bisa untuk transmisi sinyal supervisi. B1 = Bit Interleaved Parity (BIP-8), untuk mengecek ada atau tidak ada error. B2 (12 byte) = Bit Interleaved Parity (BIP-24), untuk mengecek ada atau tidak ada error. K1,K2 = Multiplex Section Protection (MSP), bit-bit untuk sistem switching. Z1 ke-1 = Byte S1 (b5 -b8), untuk Status Synchronisasi. Z1 ke-2 dan 3 = Spare Z2 ke-1 dan 2 = Spare Z2 ke-3 = Byte M, untuk Status FEBE Multiplex Section (MS-FEBE). Z1 Z1 Z1 Z1 Z1 Z1 Z1 Z1 Z1 Z1 Z1 Z1 Z2 Z2 Z2 Z2 Z2 Z2 Z2 Z2 Z2 Z2 Z2 Z2 E2

3. STM-16 Section Over Head POINTER 16 x AU4 Dimana : 1 2 3 4 45 46 47 48 49 50 51 52 93 94 95 96 9798 99100 109 108 111 112 144 POINTER 16 x AU4 D D D 7 8 9 D D D 10 11 12 Z Z Z Z Z Z Z Z Z Z Z Z Z Z Z Z E 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 D D D 4 5 6 B B B B B B B B K K 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 3 B E F 1 1 1 A A A A A A A A A A A A A A A A C C C C C C C C 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 Dimana : A1,A2 = Framing Pattern A1 : 11110110 (48 byte) - A2 : 00101000 (48 byte), tanda awal dari frame. D1-D3 = 3 x 64 Kbps = 192 kbit/s channel komunikasi data (untuk manajemen section regenerator). D4-D12 = 9 x 54 Kbps = 576 kbit/s channel komunikasi data (untuk manajemen section multiplex). C1 (16 byte) = Untuk indikasi STM-1 (STM-1#1, STM-1#2, STM-1#3, STM-1#4 pada STM-n) E1,E2 = Order wire channels (voice), untuk komunikasi antar petugas. F1 = User channel, bisa untuk transmisi sinyal supervisi. B1 = Bit Interleaved Parity (BIP-8), untuk mengecek ada atau tidak ada error. B2 (48 byte) = Bit Interleaved Parity (BIP-24), untuk mengecek ada atau tidak ada error. K1,K2 = Multiplex Section Protection (MSP), bit-bit untuk sistem switching. Z1 ke-1 = Byte S1 (b5 -b8), untuk Status Synchronisasi. Z1 ke-2 dan 3 = Spare Z2 ke-1 dan 2 = Spare Z2 ke-3 = Byte M, untuk Status FEBE Multiplex Section (MS-FEBE).

2. BYTE PATH OVER HEAD (POH). Byte POH yang ditambahkan ke VCn berfungsi : Membawa informasi yang dibutuhkan sesuai dengan payload VC-4 yang dikirimkan. Mmenandai payload yang bersangkutan, dan akan tetap ada sampai payload di demultiplexkan. POH terdiri dari 9 byte, yang ditandai dengan J1, B3, C2, G1, F2, H4, Z3, Z4 dan Z5.

A. VC-4 Path Over Head (POH); satu kolom pertama dari frame VC-4. J1 B3 C2 G1 F2 H4 Z3 Z4 Z5 VC-4 path trace, untuk verifikasi hubungan antar VC-4 (16 byte E.164). Bit Interleaved parity (BIP-8), untuk memonitor error pada tingkat VC-4. Signal Label, untuk mengindikasikan komposisi dari VC-4 Path status, untuk melaporkan error (FEBE) jika BIP-8 menghitung adanya error dan FERF (jika diterima AIS , gangguan sinyal, path trace mismatch). VC-4 path user channel (64 KBPS) Multiframe indicator, untuk mengindikasikan posisi multipframe TU-12 Spare Spare Spare

B. VC-3 Path Over Head (POH), satu kolom pertama dari frame VC-3. J1 B3 C2 G1 F2 H4 Z3 Z4 Z5 VC-3 path trace, untuk verifikasi hubungan antar VC-3 (16 byte E.164). Bit Interleaved parity (BIP-8), untuk memonitor error pada tingkat VC-3. Signal Label, untuk mengindikasikan komposisi dari VC-3 Path status, untuk melaporkan error (FEBE) jika BIP-8 menghitung adanya error dan FERF (jika diterima AIS , gangguan sinyal, path trace mismatch). VC-3path user channel (64 KBPS) Multiframe indicator, untuk mengindikasikan posisi multipframe TU-12 Spare Spare Spare

a. Bit-1 dan 2 = Bit Interleaved Parity (BIP-2), untuk mengecek error. C. VC-12 Path Over Head (POH) = ( V5 ) BIP - 2 FEBE PATH TRACE L1 L2 L3 SIGNAL LABEL REMOTE ALARM 1 2 3 4 5 6 7 8 Penjelasan : Path Over Head (POH) VC-12 adalah byte pertama dari frame sinyal VC-12; yang posisinya diindikasikan oleh pointer TU-12, dan disebut sebagai V5. Bit - V5 a. Bit-1 dan 2 = Bit Interleaved Parity (BIP-2), untuk mengecek error. b. Bit-3 = Far End Block Error (FEBE); Jika Status Path FEBE akan di set ke “1” dan dikirim kembali ke path aslinya jika BIP-2 menghitung adanya error. Bit-4 = Path Trace, untuk verifikasi hubungan VC (format 16 byteE.164) Bit-5, 6 dan 7 = Label Sinyal, mengindikasikan komposisi dari VC. Bit-8 = Bit Far End Receive Failure (FERF); jika Status Path FERF akan di set ke “1”; yaitu dalam kondisi AIS atau kondisi sinyal terima terganggu

Ringkasan Daerah kerja Overhead C1X C2 VC1x VC2 VC3 VC4 C3 C4 STM-1 STM-N C1x R POH VC1 x/ VC2 POH VC3 / VC4 MSOH MSOH STM-N RSOH NNI Ringkasan Daerah kerja Overhead NNI = Network Node Interface C1x = C-11 atau C-12 VC1x = VC-11 atau VC-12 POH VC-1x/VC-2 mempunyai daerah kerja antar VC-1x atau VC-2; artinya POH ini tidak bisa dimonitor ditingkat VC-3 atau VC-4, atau yang lainnya. POH VC-3/VC-4 mempunyai daerah kerja antar VC-3 atau VC-4; artinya POH ini tidak bisa dimonitor ditingkat VC-1x atau VC-2, atau yang lainnya. MSOH mempunyai daerah kerja antar MSOH; artinya MSOH ini hanya bisa dimonitor pada tingkat terminal, tidak bisa dimonitor ditingkat VC atau RSOH. RSOH mempunyai daerah kerja antar RSOH; artinya RSOH ini bisa dimonitor pada setiap lokasi, baik terminal maupun regenerator, tetapi tidak bisa dimonitor ditingkat VC.

SETRUKTUR DAN FUNGSI POINTER Pointer berfungsi :. Untuk menekan keterlambatan transmisi, VC diletakkan dimana saja didalam payload; process ini disebut “floating” . Untuk menunjukkan awal dari VC didalam payload, setelah process floating kemudian akan ditambahkan “pointer”; jadi pointer berfungsi untuk mengindikasikan alamat byte pertama dari VC tersebut. Ada 2 jenis pointer; yaitu : Pointer AU (pointer Administration Unit), yaitu pointer yang terletak pada baris ke-empat dari “Section Over Head (SOH)” frame STM-N, yang berfungsi mengindikasikan lokasi awal dari VC-4. Pointer TU (pointer Tributary Unit), yaitu pointer yang terletak didalam “section payload” dari frame STM-N, digunakan untuk mengindikasikan lokasi awal dari VC-12/ VC-3.

1. Struktur Dasar Pointer AU-4 (High Order Pointer) H1 H2 H3 negative positive justification opportunity H1 dan H2 berisi : New Data Flag (NNNN); bit ke-1 s/d 4 H1. Indikasi Tipe Sinyal (SS) yang dibawa; bit ke-5 dan 6 H1. Nilai dari pointer, bit ke-7 dan 8 H1 dan bit ke-1 s/d 10 H2; ada 10 bit. Mengindikasikan terjadinya justifikasi positve dan/atau justifikasi negative. H3 berisi : Pointer action byte, untuk mentransmisikan informasi jika terjadi justifikasi negatif.

2. Struktur Dasar Dari Pointer TU : a. Pointer TU-3 (High Order Pointer) H1 H2 H3 negative positive justification opportunity H1 dan H2 berisi : New Data Flag (NNNN); bit ke-1 s/d 4 H1. Indikasi Tipe Sinyal (SS) yang dibawa; bit ke-5 dan 6 H1. Nilai dari pointer, bit ke-7 dan 8 H1 dan bit ke-1 s/d 10 H2; ada 10 bit. Mengindikasikan terjadinya justifikasi positve dan/atau justifikasi negative. H3 berisi : Pointer action byte, untuk mentransmisikan informasi jika terjadi justifikasi negatif.

b. Pointer TU-12 (Low Order Pointer). V1 Nilai pointer (address) V2 V3 Pointer action byte; justifikasi negative. V4 Cadangan

A. SUSUNAN POINTER STANDARD. 1. Pointer AU-4. negative justification SUSUNAN UMUM POINTER. A. SUSUNAN POINTER STANDARD. 1. Pointer AU-4. negative justification opportunity positive justification opportunity 10-bit pointer H1 H2 H3 N N N N S S I D I D I D I D I D NDF S : Tipe AU-4/TU-3 (2 bit SS) AU-4, TU-3 : 0 1 Bit-bit POINTER AU-4 : adalah 5 bit-I(Increment) dan 5 bit-D(Decrement) ; ada 783 jumlah nilai (posisi), yaitu nilai 0 s/d 782). JUSTIFICATION : Bit I = untuk indikasi Positive Justification : Jika mayoritas bit “I” di-invert (1 menjadi 0, atau 0 menjadi 1), berarti terjadi justifikasi positive (majority decision). Bit D = untuk indikasi Negative Justification : Jika mayoritas bit “D” di-invert (1 menjadi 0, atau 0 menjadi 1), berarti terjadi justifikasi negative (majority decision). N = New Data Flag (4 bit NNNN ) -active status/enabled = “1001” inactive status/disabled = “0110”

Pointer value range : 0 - 782 decimal POSISI AU-4 POINTER DIDALAM FRAME STM-n STM-1 SOH 1 X AU-4 POINTER Pointer value range : 0 - 782 decimal Pointer value in bits 7 - 16 of H1 and H2 SOH P O H VC-4 = H1 Y Y H2 “1” “1” H3 H3 H3 Y : 1 0 0 1 S S 1 1 dan “1” : 1 1 1 1 1 1 1 1 Penjelasan : PTR AU-4 pada STM-1 menunjukan posisi awal dari VC-4. VC-4 membawa 1 x 139264 KBPS.

negative justification opportunity positive justification opportunity 2. Pointer TU-3. negative justification opportunity positive justification opportunity 10-bit pointer H1 H2 H3 N N N N S S I D I D I D I D I D S : Tipe AU-3/TU-3 (2 bit SS) AU-4, TU-3 : 0 1 Bit-bit POINTER TU-3 : adalah 5 bit-I(Increment) dan 5 bit-D(Decrement) ; ada 765 jumlah nilai (posisi), yaitu nilai 0 s/d 764). JUSTIFICATION : Bit I = untuk indikasi Positive Justification : Jika mayoritas bit “I” di-invert (1 menjadi 0, atau 0 menjadi 1), berarti terjadi justifikasi positive (majority decision). Bit D = untuk indikasi Negative Justification : Jika mayoritas bit “D” di-invert (1 menjadi 0, atau 0 menjadi 1), berarti terjadi justifikasi negative (majority decision). N = New Data Flag (4 bit NNNN ) -active status/enabled = “1001” inactive status/disabled = “0110”

PTR AU-4 pada STM-1 menunjukan posisi awal dari VC-4. POSISI TU-3 POINTER DIDALAM FRAME STM-n STM-1 SOH 1. 1 x AU-4 Pointer 2. 3 x TU-3 Pointer Pointer value range : 0 - 764 decimal Pointer value in bits 7 - 16 of H1 and H2 P O H VC-4 SOH P O H VC-3 1. = H1 Y Y H2 “1” “1” H3 H3 H3 Y = 1 0 0 1 S S 1 1 dan “1” = 1 1 1 1 1 1 1 1 2. = H1 H1 H1 H2 H2 H2 VC-3 #3 VC-3 #2 VC-3 #1 H3 H3 H3 Penjelasan : PTR AU-4 pada STM-1 menunjukan posisi awal dari VC-4. VC-4 membawa 3 x TUG-3; dimana PTR TU-3 akan mengindikasikan posisi awal dari VC-3. Jadi disini satu VC-4 membawa 3 x TUG-3, atau 3 x TU-3, atau 3 x VC-3 (sinyal 34368 KBPS)

negative justification opportunity positive justification opportunity 3. Pointer TU-12. negative justification opportunity positive justification opportunity 10-bit pointer V1 V2 V3 N N N N S S I D I D I D I D I D NDF S : Tipe TU-xn (2 bit SS) TU-11 = 1 1 TU-I2 = 1 0 TU-2 = 0 0 Bit-bit POINTER TU-11/TU-12/TU-2 : adalah 5 bit-I(Increment) dan 5 bit-D(Decrement) : - Nilai POINTER TU-11 = 0 – 103 (104 macam nilai) Nilai POINTER TU-12 = 0 – 139 (140 macam nilai) Nilai POINTER TU-2 = 0 – 427 (428 macam nilai) JUSTIFICATION : Bit I = untuk indikasi Positive Justification : Jika mayoritas bit “I” di-invert (1 menjadi 0, atau 0 menjadi 1), berarti terjadi justifikasi positive (majority decision). Bit D = untuk indikasi Negative Justification : Jika mayoritas bit “D” di-invert (1 menjadi 0, atau 0 menjadi 1), berarti terjadi justifikasi negative (majority decision). N = New Data Flag (4 bit NNNN ) -active status/enabled = “1001” inactive status/disabled = “0110”

B. SUSUNAN POINTER CONCATENATION INDICATION 1. Pointer AU-4 Concatenation Indication (CI) : Aplikasi : Suatu signal broadband dibagi menjadi beberapa sub-signal dan di transmisikan didalam satu STM-N. Dalam hal seperti ini, pointer standard di-set didalam STM-1# 1; sedangkan bit-bit CI di-set didalam STM-1 #2. 10-bit pointer H1 H2 H3 1 0 0 1 S S 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 negative justification opportunity S : Tipe AU-4/TU-3 (2 bit SS) AU-4, TU-3 : 0 1 positive justification opportunity Pointer CI N = New Data Flag (4 bit NNNN ) -active status/enabled = “1001” inactive status/disabled = “0110”

Concatenation Indication (CI) : 2. Pointer TU-3. Concatenation Indication (CI) : Aplikasi : Suatu signal broadband dibagi menjadi beberapa sub-signal dan di transmisikan didalam satu STM-N. Dalam hal seperti ini, pointer standard di-set didalam STM-1# 1; sedangkan bit-bit CI di-set didalam STM-1 #2. 10-bit pointer H1 H2 H3 1 0 0 1 S S 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 negative justification opportunity S : Tipe AU-4/TU-3 (2 bit SS) AU-4, TU-3 : 0 1 positive justification opportunity Pointer CI N = New Data Flag (4 bit NNNN ) -active status/enabled = “1001” inactive status/disabled = “0110”

Concatenation Indication (CI) : 2. Pointer TU-12. Concatenation Indication (CI) : Aplikasi : Suatu signal broadband dibagi menjadi beberapa sub-signal dan di transmisikan didalam satu STM-N. Dalam hal seperti ini, pointer standard di-set didalam STM-1# 1; sedangkan bit-bit CI di-set didalam STM-1 #2. 10-bit pointer V1 V2 V3 1 0 0 1 S S 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 negative justification opportunity S : Tipe TU-xn (2 bit SS) positive justification opportunity Pointer CI N = New Data Flag (4 bit NNNN ) -active status/enabled = “1001” inactive status/disabled = “0110”

C. SUSUNAN POINTER NPI (NULL POINTER INDICATION) NULL POINTER INDICATION (NPI) : Terjadi apabila TUG-3 membawa sinyal TU-12; jadi dalam hal ini, pointer TU-3 tidak berfungsi (nol), dan yang berfungsi adalah pointernya TU-12. 10-bit pointer H1 H2 H3 1 0 0 1 S S 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 negative justification opportunity S : Tipe TU-3 (2 bit SS) positive justification opportunity Pointer NPI N = New Data Flag (4 bit NNNN ) -active status/enabled = “1001” inactive status/disabled = “0110”

ARSITEKTUR JARINGAN Ada 2 level penggunaan elemen-elemen jaringan SDH dalam jaringan transmisi : Jaringan Akses (Access Network) untuk mengkombinasikan dan mendistribusikan layanan-layanan yang menggunakan semua jenis bit rate (64 kbps, VC-12, VC-3, VC-4) dan dengan bit rate transmisi STM-1, STM-4, STM-16 dan STM-64. Level Transport untuk transmisi sinyal-sinyal STM-1 STM-4, STM-16 dan STM-64 serta node-node jaringan dengan sistem Cross-Connect yang menggunakan semua jenis bit rate (VC-12, VC-3 dan VC-4).

TOPOLOGI JARINGAN SDH STM-4 Trunk Network Level 1 STM-16 STM-4 STM-1 STM-1 Local Exchange Trunk Network Level 2 STM-1 Local Exchange Local Network Cross Connect FlexiMux Multiplexer Mux 64/2M Subscriber Access Digital Switch

Point-to-Point (End) Terminal Aplication Topologi point-to-point hanya cocok untuk trafik rendah dan pelanggan yang terkonsentrasi atau tidak menyebar. Kelemahan dari topologi ini adalah tidak adanya proteksi yang cukup. Untuk meningkatkan keamanan jaringan bisa dilakukan peningkatan kehandalan system yaitu dengan menggunakan : 1 + 1 MSP Protected point-to-point. Jika jarak antar terminal cukup jauh sehingga daya optik turun sampai di bawah sensistifitas detektor optik, maka perlu ditambahkan Optical Amplifier (atau regenerator optik).

Topologi Point-to-point tanpa proteksi Contoh aplikasi : STM-1 STM-4 STM-16 STM-64 10 Gbps Central office TRIB. End Terminal REGENERATOR Gambar diatas menggambarkan hubungan point-to-point tanpa regenerator. Tributari bisa STM-1, STM-4, STM-16 atau kombinasinya. Transmit dan receive menggunakan core optik yang berbeda. Gambar dibawah menggambarkan hubungan point-to-point dengan regenerator. Tributari bisa STM-1, STM-4, atau kombinasinya. Topologi Point-to-point tanpa proteksi

Konfigurasi Jaringan 1+1 MSP Protected Point-to-Point CABLE PATH B (PROTECTION) CABLE PATH A (WORKING) TRIB. STM-16 End Terminal REGENERATOR Gambar diatas menggambarkan hubungan point-to-point dengan proteksi ring dan dengan regenerator. Tributari bisa STM-1, STM-4, atau kombinasinya. Transmit dan receive menggunakan core optik yang berbeda. Konfigurasi Jaringan 1+1 MSP Protected Point-to-Point

Konfigurasi Jaringan Linear Add/Drop Linier Add/Drop Application   Linear Add/ drop ini digunakan apabila sebuah jaringan terdapat lebih dari 2 terminal. Sinyal dari perangkat terminal asal selain diturunkan di terminal berikutnya oleh terminal ini pula diteruskan ke termnal selanjutnya. Linear ADM 2 Fibre ADM STM-16 ADM STM-16 B C A TRIBUTARY Gambar diatas menggambarkan hubungan linear add/drop. Tributari bisa STM-1, STM-4, atau kombinasinya. Transmit dan receive menggunakan core optik yang berbeda. Konfigurasi Jaringan Linear Add/Drop

Konfigurasi Jaringan Folded Ring Folded Ring Application Apabila terminal akhir dalam suatu jaringan dihubungkan kembali dengan serat optik (pada kabel yang sama) ke stasiun awal, maka seolah-olah membentuk jaringan Ring atau Ring tipu-tipuan (Folded Ring). 2 Fibre ADM STM-16 ADM 16/1 TRIBUTARY Gambar diatas menggambarkan konfigurasi jaringan folded ring. Tributari bisa STM-1, STM-4, atau kombinasinya. Transmit dan receive menggunakan core optik yang berbeda. Konfigurasi Jaringan Folded Ring

Konfigurasi Jaringan Ring Ring Aplication Perangkat ADM 16/1 ini mampu memberikan Jaringan Ring dengan jumlah nodes 2 sampai dengan 16. TRIB. ADM ADM 16/1 STM-16 RING Gambar diatas menggambarkan konfigurasi jaringan ring. Tributari bisa STM-1, STM-4, atau kombinasinya. Transmit dan receive menggunakan core optik yang berbeda. Konfigurasi Jaringan Ring

2-Fiber MS-SPRing Topologi jaringan dengan menggunakan sistem proteksi 2-fiber MS-SPRing (Multiplex Section-Shared Protection Ring) mempunyai pengertian bahwa setiap saluran akan diproteksi dengan satu saluran yang lain pada arah yang berlawanan. Dalam hal ini, bandwidth akan berkurang menjadi setengahnya. Pada Gambar 2-1 dilukiskan kapasitas trafik yang tersedia pada satu sistem STM-64 dengan menggunakan Topologi MS-SPRing.

Gambar-48 : Trafik Normal pada Topologi 2-Fiber MS-SPRing Protection 2 Protection 1 Working 2 Working 1 STM-64 (D) STM-64 (A) (E) STM-64 (C) STM-64 (B) Tx Rx Gambar diatas menggambarkan konfigurasi jaringan ring 2 fiber STM-64 (TDM-10G), dalam kondisi normal. Kapasitas 64 STM-1, 16 STM-4, atau 4 STM-16 per fiber; dimana setengah kapasitas untuk working, dan setengah kapasitas sisanya untuk proteksi. Tributari bisa STM-1, STM-4, STM-16 atau kombinasinya. Transmit dan receive menggunakan core optik yang berbeda.

Gambar-49 : Loopback Protection pada Topologi 2-Fiber MS-SPRing Jika hubungan B-C Putus maka komunikasi akan berlangsung seperti gambar berikut : Protection 2 Protection 1 Working 2 Working 1 STM-64 (D) STM-64 (A) STM-64 (E) STM-64 (C) STM-64 (B) Tx Rx Putus … Loopback Gambar diatas menggambarkan konfigurasi jaringan ring 2 fiber STM-64 (TDM-10G), dalam kondisi tidak normal. Dimana kabel antara lokasi B dan lokasi C putus. Dalam kondisi seperti ini maka Working 1 akan switch ke proteksi 1, dan working 2 menduduki proteksi 2. Kapasitas 64 STM-1, 16 STM-4, atau 4 STM-16 per fiber; dimana setengah kapasitas untuk working, dan setengah kapasitas sisanya untuk proteksi. Tributari bisa STM-1, STM-4, STM-16 atau kombinasinya. Transmit dan receive menggunakan core optik yang berbeda.

ELEMEN-ELEMEN JARINGAN

Elemen Jaringan adalah suatu interface yang ditempatkan pada Node SDH dan berfungsi untuk komunikasi antara Node SDH dengan jaringan Supervisi (Telecomunication Management Network ). Jenis-jenis elemen jaringan : 1. Terminal Multiplexer (MUX 2. Add Drop Multiplexer (ADM) 3. SDH Repeater (REG) 4. Digital Cross Connect (DXC)

1. TERMINAL MULTIPLEXER PDH danTributary STM-m STM-n m n Aplikasi : Sistem Transmisi Point-to-Point (STM-1, STM-4, STM-16)

2. ADD/DROP MULTIPLEXER STM-n STM-n Aplikasi : Jaringan Ring SDH (STM-1, STM-4, STM-16) Tributary PDH & STM-m m n 3. SDH REPEATER Aplikasi : Regenerasi sinyal saluran di dalam jaringan RING dan Point-to-Point STM-n STM-n

Routing, Broadcasting, add & drop 4. DIGITAL CROSS CONNECT. 16 2.5 Gbit/s 2.5 Gbit/s 4 SDH Multiplexer 4 622 Mbit/s 622 Mbit/s 16 155 Mbit/s 155 Mbit/s C C 2 140 VC-12 2 140 140 Mbit/s VC-12 2 140 Mbit/s 140 VC-4 140 Mbit/s 140 Mbit/s VC-4 140 VC-3 34 Mbit/s 34 VC-4 VC-3 VC-12 34 Mbit/s VC-3 34 2 Mbit/s 2 2 Mbit/s 2 VC-12 VC-12 Aplikasi : Routing, Broadcasting, add & drop

Gambar Proses X-Connect CHSD-1/4 VC4 1-1 VC3 1-1-1 VC2 1-1-1-1 VC12 1-1-1-1-1 1-1-1-1-2 1-1-1-1-3 VC12 1-1-1-2-1 1-1-1-2-2 1-1-1-2-3 VC12 1-1-1-3-1 1-1-1-3-2 1-1-1-3-3 VC12 1-1-1-4-1 1-1-1-4-2 1-1-1-4-3 CHSD-1/4 2-1 VC4 2-1-1 VC3 2-1-1-1 VC2 2-1-1-1-1 VC12 2-1-1-1-2 2-1-1-1-3 2-1-1-2-1 VC12 2-1-1-2-2 2-1-1-2-3 2-1-1-3-1 VC12 2-1-1-3-2 2-1-1-3-3 2-1-1-4-1 VC12 2-1-1-4-2 2-1-1-4-3 VC12 3-1-1-1-1 VC12 3-1-1-1-2 VC12 3-1-1-1-3 VC12 3-1-1-2-1 VC12 3-1-1-2-2 VC12 3-1-1-2-3 VC12 3-1-1-3-1 VC12 3-1-1-3-2 VC2 3-1-1-1 VC3 3-1-1 VC4 3-1 CHSD-1E VC-12 1-1-1-1-1 connect ke VC12 2-1-1-2-1 (aggregate to aggregate) VC-12 1-1-1-1-3 connect ke VC12 2-1-1-1-1 (aggregate to aggregate) VC-12 1-1-1-2-2 connect ke VC12 2-1-1-2-2 (aggregate to aggregate) VC-12 1-1-1-3-1 connect ke VC12 3-1-1-2-3 (aggregate to tributary) VC-12 2-1-1-2-3 connect ke VC12 3-1-1-1-2 (aggregate to tributary) VC-12 3-1-1-1-1 connect ke VC12 3-1-1-2-1 (tributary to tributary) VC-12 3-1-1-2-1 connect ke VC12 3-1-1-2-2 (tributary loop back)

DANAU INDAH (X-CONNECT) CROSS-CONNECT CIKARANG JABABEKA SUKARESMI (TRM) ADM (X-CONNECT) FLX 2500A STM-16 FLX 2500A STM-16 FLX 2500A 1 X STM-1 E FLX150T G2 FLX150T 1 X STM-1 0 (1 + 1) G1 FLX150/600 2M Nomer Group 2M Nomer VC-4 (1/STM-1; 1- 4 /STM-4; 1-16/STM-16) Nomer TUG-3(1 S/D 3) Nomer TUG-2 (1 S/D 7) Nomer VC-12 (1 S/D 3) VC - 1 - 1 - 3 - 1 - 1 CIANTRA (X-CONNECT) DANAU INDAH (X-CONNECT) 1 X STM-1 0 (1 + 1) G1 Contoh kondisi yang ada di Jakarta Junction. FLX 150/600 : bisa untuk STM-1 (FLX-150) dan/atau STM-16 (FLX-600). FLX2500A : untuk STM-16. Multiplex SDH buatan Fujitsu. FLX150/600 G2 G1 FLX150/600 G2 G3/G5/G7 VC - 2 - 1 - 1 - 7 - 1 21 X 2M 42 X 2M VC - 3 - 1 - 1 - 7 - 1

SINKRONISASI

SUMBER CLOCK. Yang membedakan multiplex PDH dan SDH terutama adalah dalam pengoperasian clocknya; Yaitu : Multiplex PDH menggunakan sistem clock “INDEPENDENT:; setiap perangkat multiplex menggunakan clocknya sendiri. Sedangkan multiplex SDH menggunakan sistem clock yang terpusat (dependent); suluruh jaringan multiplex SDH mengunakan clock yang berasal dari satu sumber. Jadi pada multiplex SDH dikenal adanya sumber clock acuan, Primary Reference Clock (PRC); dimana semua clock disinkronkan terhadap clock PRC. Lihat tabel berikut : Tipe Clock Rekomendasi ITU Primary Reference Clock (PRC) G.811 (1.10-11) Slave Clock (Transit Node) G.812 (1.10-9) Slave Clock (Local Node) G.812 (4,6.10-9) SDH Network Element ClockG.81S

PRC Node Clock Node Clock Node Clock Node Clock Node Clock Node Clock DISTRIBUTSI CLOCK. a. Inter-Station, dengan topologi pohon PRC Node Clock Node Clock Node Clock Node Clock Node Clock PRC = Primary Reference Clock; pembangkit clock utama. Node Clock = Transit Node ( clock digunakan sendiri dan diteruskan ke (Slave Clock) node clock lainnya) Local Node (clock digunakan dilokasi setempat saja) Node Clock

b. Intra-Station; dengan topologi star. Node boundary SDH network element clock SDH network element clock Synchronization link(s) Node Clock SDH network element clock SDH network element clock Timing only Node Clock akan membangkitkan clock yang sesuai dengan input synchronization link, untuk kemudian didistribusikan ke perangkat SDH yang ada dilokasi setempat. Disini hanya clock dengan hierarchy tertinggi yang akan disinkronkan dengan sumber clock yang berasal dari luar station. Jadi seluruh clock didalam suatu jaringan SDH berasal dari satu sumber PRC.

MODE SINKRONISASI. Ada 4, yaitu : Sinkron; seluruh clock dalam jaringan menggunakan satu PRC yang sama. Pseudosinkron; disini terdapat lebih dari satu PRC, tetapi clock yang digunakan hanya mengacu kepada satu PRC. Plesiokron; tiap-tiap NE menggunakan clocknya masing-masing (independent clock), dengan catatan sumber clock harus mempunyai akurasi yang sangat tinggi. Asinkron; disini terdapat perbedaan frekwensi yang besar, oleh karenanya tidak digunakan. Mode kesatu yang digunakan didalam sistem synkronisasi jaringan SDH.

Distribusi clock inter-station SUMBER CLOCK Clock untuk clock node bisa bersumber dari : 1. Clock PDH 2. Clock tersendiri 3. Clock Sentral 4. Clock SDH lainnya Synchronisasi terhadap clock elemen jaringan SDH dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : Dengan sinyal STM-n yang masuk; lihat gambar berikut : Aliran sinyal STM-n SDH NE CLOCK G.81s N E SDH NE Clock akan membangkitkan clock yang sesuai dengan input clock Dari Aliran sinyal/ATM-n, untuk kemudian didistribusikan ke perangkat SDH yang ada. Disini hanya clock dengan hierarchy tertinggi yang akan disinkronkan dengan sumber clock yang berasal dari luar station. Jadi seluruh clock didalam suatu jaringan SDH berasal dari satu sumber PRC. Distribusi clock inter-station

Distribusi clock inter-station Distribusi clock intra-station 2. Dengan sinyal PRC melalui sinkronisasi external; misalnya : a. Sinyal STM-N b. Sinyal 2048 Kbit/s c. Sinyal 2048 KHz Distribusi clock inter-station Aliran sinkronisasi external Node Clock G.812 SDH NE CLOCK G.81s N E Distribusi clock intra-station SDH NE Clock akan membangkitkan clock yang sesuai dengan input clock dari Node Clock, untuk kemudian didistribusikan ke perangkat SDH yang ada. Ada 3 pilihan clock pada Node Clock yang berasal dari External.

Level Sinyal Sinkronisasi Untuk informasi status sinkronisasi digunakan byte Z1 pada Over Head, yaitu yang mengindikasikan level dari sinyal sinkronisasi; yaitu : Byte Z1 (Bit 5,6,7,8) Level Sinyal Sinkronisasi 0010 G.811 0100 G.812 Transit 1000 G.812 Local 1011 Synchronization Equipment Timing Source (SETS)

Sistim proteksi EQUIPMENT PROTECTION (HARDWARE PROTECTION) 1 + 1 1 : N TRANSMISION PROTECTION MSP (MULTIPLEX SECTION PROTECTION) MS-SPRING (MULTIPLEX SECTION SHARED PROTECTION RING) MSP 1+1 UNIDIRECTIONAL BIDIRECTIONAL OPTIMIZED

SOAL-SOAL UNTUK LATIHAN. Apa yang dimaksud dengan Multiplex SDH ? Standard apa yang diterapkan pada jaringan telekomunikasi kita ? Gambarkan block diagram Hierarchy mux SDH sesuai dengan standard dimaksud ! Lengkapi Gambar-struktur Frame STM-4 berikut ! RSOH POINTER MSOH PAYLOAD t = ……. ms …….. ……………..

Lengkapi Gambar-struktur Frame STM-16 berikut ! RSOH POINTER MSOH PAYLOAD t = ……. ms …….. ……………..

Lengkapi Gambar-struktur Frame STM-64 berikut ! RSOH POINTER MSOH PAYLOAD t = ……. ms …….. ……………..

KUNCI JAWABAN. 1. Multiplex SDH adalah multiplex Synchronous Digital Hierarchy : Bekerja dengan teknik Time Division Multiplexing (TDM). Menggabungkan : Signal PDH E1 menjadi STM-1 Signal PDH E3menjadi STM-1 Signal PDH E4 menjadi STM-1 2. Standard ETSI (European Telecommunication Standard Institute). 3. Hierarchy Mux SDH standard ETSI adalah :

Hirarki sinyal SDH ETSI STM-1 AU-4 AUG VC-4 C-4 TUG-3 TU-3 VC-3 C-3 TUG-2 TU-12 VC-12 C-12 1x 7x 3x Keterangan : Multiplexing Mapping Aligning ptr Pointer processing 139.264 kbps 34.368 kbps 2.048 kbps Hirarki sinyal SDH ETSI

Struktur Frame STM-4 : 1 36 37 1080 1 RSOH PAYLOAD 3 5 MSOH 9 BARIS 9 POINTER 4 5 MSOH 9 BARIS 9 t = 125 ms 1080 x 9 x 64 Kbit/s = 622,080 Mbit/s

Lengkapi Gambar-struktur Frame STM-16 berikut ! 144 145 4320 1 RSOH PAYLOAD 3 POINTER 4 5 MSOH 9 9 t = ……. ms 4320 x 9 x 64 Kbit/s = 2488,320 Mbit/s

Lengkapi Gambar-struktur Frame STM-64 berikut ! 1 576 577 17280 1 RSOH PAYLOAD 3 POINTER 4 5 MSOH 9 9 t = ms 17280 x 9 x 64 Kbit/s = 9953,2880 Mbit/s